Wednesday, May 30, 2012

Pinkdot 2012, Singapore

Everyone should have the freedom to love, regardless of sexual orientation. But fear, ignorance and prejudice often stand in the way. At Pink Dot, we believe the first step to overcoming these barriers is for open-minded segments of society to come together. If you too feel that LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) people deserve to express their love just like any other Singaporean, please join us at Hong Lim Park on 30 June 2012.





"Find out what are some of the realities of being lesbian, gay, bisexual and transgender (LGBT) in Singapore, and the yearnings for a more enlightened future.

Notes: Positive representations of LGBT people are disallowed or heavily restricted in newspapers, magazines, radio, television and film in Singapore; 377A is the section of the Singapore Penal Code that criminalizes sex between male adults.




For more info, check the pinkdot video 2011, 2010 and 2009 at Hong Lim Park. Its bigger and bigger dot every year. Do you wanna be a part of this to support freedom to love? For more info, please check http://pinkdot.sg








Hong Lim Park located not too far from Chinatown (NE4) or Clarke Quay (NE5), from People's Park Center just cross then walking straight forward to Clarke Quay, you can find Hong Lim Park at the Bus stop B05059 (Bus services are CT28, 2, 12, 33, 54, 147 and 190).

It is not about gay, lesbian, bisexual or transgender event. all singaporean, PR and foreigner (staright or not) who support freedom to love, who support their family member, who support human rights and who support a peaceful movement, join there at Hong Lim Park. Every family bring their children, their parent even their pet to join this event. This year, bring your pink stick to Hong Lim Park on 30 June 2012 at 6 PM, be a part of Pinkdot movement, freedom to love at Singapore. Be there!




Updated: Pinkdot 2012



Tuesday, May 29, 2012

Dee, Lady Gaga and Indonesia

27 Mei 2012, Lady Gaga resmi membatalkan konser di Jakarta. Bukan karena tidak mendapat izin, bukan karena promotor yang tidak mampu membayar, bukan karena demo FPI. Lady Gaga membatalkan konser di Jakarta, mempertahankan integritas sebagai diva pop kelas internasional. Tidak tunduk pada peraturan yang sangat merugikan, apalagi atas nama Agama yang entah siapa yang punya wewenang membatasinya. Sungguh tidak ada yang pantas berbicara atas nama Agama untuk melarang, siapapun itu.

Kontroversi konser Lady Gaga memang bukan hanya di Indonesia saja, tetapi terjadi juga di luar negeri. Contohnya Korea Selatan dan Filipina, tapi media disana tidak mem-blow-up dengan berlebihan seperti di Indonesia. Bahkan, berita tersebut kuantitasnya lebih banyak beredar di Indonesia dibandingkan negara mereka sendiri. Entah apa sih maunya media Indonesia? Provokator? Pasti sih.. Rating? Atau dapat saweran juga sih media disini? Entahlah. Sudah tidak tahu apa yang harus dikatakan, entahlah, speechless dengan berbagai bidang di random country seperti yang dikatakan oleh Justin Bieber.

Polemik dengan pakaian yang tidak senonoh yang biasa dikenakan oleh Lady Gaga cukup tidak masuk di akal. Apalagi konser ini tentunya untuk kalangan terbatas, tidak ditayangin secara langsung di televisi nasional, dan yang nonton tentunya sudah punya consideration sendiri. Berbeda dengan tayangan di televisi nasional kita, tooh yang berbikini juga ditayangin di siang hari, entah kerja atau tidak para editor/tukang sensor di televisi tersebut. Kalo memang beneran ada peraturannya, public bisa menuntut ke televisi tersebut lewat saluran mana yah? Berencana mau somasi salah satu stasiun televisi yang menayangkan video klip Gaga berbikini di stasiun televisi pada pukul 12:30 tanggal 28 Mei 2012, kalo benar ada peraturan dari KPI tentu saja ini harus kita tuntut.

Tetapi untuk sekelas konser, siapapun tidak bisa menuntut, karena para penonton membayar cukup mahal untuk menonton all package performance with her dancer. Ga seru banget nonton konser dengan berbagai macam peraturan censorship yang tidak wajar sama sekali. Nah, banyak juga yang permasalahin dangdut yang diselenggarakan  di kampung-kampung yang tidak memakai censorship juga, malah lebih parah bisa sampai memperlihatkan (maaf) payudara dan vagina secara live. Lantas kita judge itu tidak boleh? Tidak juga kalo kita pada rule, kebebasan. Memang harus dituntut karena sering kita lihat anak dibawah umur juga berada disitu, tetapi apakah para biduanita tersebut harus dicekal? Tetap pada pendirian, tidak. Mereka tidak merusak moral orang lain, yang salah orang tua yang membawa anak-anak ke acara tersebut. Kita tidak bisa men-judge mereka yang merusak moral orang seperti halnya yang dilakukan oleh para penjaja seks komersial, apakah yang mereka lakukan salah? Oh no, bukan coverage kita untuk men-judge seperti itu.

Kemudian sorotan kedua ditujukan kepada budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya timur. Wait.. Argumen ini sangatlah lemah, bisa dipatahkan darimana saja. Apa itu budaya barat? Apa itu budaya timur? Budaya timur diidentikkan dengan konservatif? Budaya Barat diibaratkan dengan liberal? Seperti apa batasannya? Siapa yang membuat batasan tersebut? Budaya Barat dan Timur itu hanyalah opini untuk membedakan, memecah belah, kasihan sekali yang masih membedakan budaya barat dan timur.

Apa itu budaya timur Indonesia? Sopan santun? Berpakaian tertutup? Apa Lady Gaga tidak sopan? Apa Lady Gaga perlu untuk memakai sorban? kaftan? Apa budaya timur identik dengan pakaian tertutup? Please be wise, Indonesia ini tidak semua daerah berpakaian tertutup sebagai budaya mereka, contoh suku Dayak, suku Asmat, suku Duano, apa pakaian mereka tertutup? Terus apa itu budaya timur dengan pakaian tertutup? Argumen yang dangkal sekali, dikemukanan oleh 'pemuka' agama, hanya bisa diam orang seperti itu apa masih pantas dijadikan panutan?

Demo organisasi masyarakat yang mengatasnamakan agama. Merusak moral bangsa, kembali agama menjadi sumber masalah di negeri kita. Tapi, di negeri yang mengakui berbagai macam agama, apa pantas untuk melarang umat agama lain menikmati hiburan? Tidak semua orang yang nonton beragama seperti yang melarang lho?! Berapa orang yang menolak? Silence community di Indonesia ini sudah terlalu cuek dan tidak peduli terhadap apa yang terjadi. Bodo amat apa yang terjadi di negeri ini, terserah apa saja yang akan terjadi, biarkan saja mereka berkarya. Mostly Indonesian berpikiran seperti itu, dan seperti terlihat sekarang makin subur organisasi masyarakat berkedok agama melakukan tindakan anarkis.

Pemujaan setan yang mungkin dilakukan oleh para fans Lady Gaga. Dude, please deh pinteran dikit. Sorry, semua yang beropini dengan alasan setan, please check your brain. Apa dengan konser kurang dari 3 jam, semua orang akan menjadi setan? Akan ada setan-setan baru? Semua orang akan dijadikan orang yang memuja Gaga? Sebagai well-educated person, please rethink again before say your opinion on national media. Kalian bisa lebih pintar dari itu, kalo tidak, mungkin saatnya mengundurkan diri. Masih banyak orang pintar di negeri ini, tapi kapan orang-orang pintar tersebut peduli? Entahlah.... Biar waktu saja yang menjawabnya..

Apa akibat gagalnya konser Gaga? Dunia menyoroti Indonesia sebagai negara muslim yang tidak demokratis lagi, Indonesia bukan negara yang aman lagi, Indonesia tidak sanggup menggelar konser besar lagi, muslim Indonesia anarkis, Indonesia tidak demokratis lagi, Indonesia plin-plan, promotor Indonesia tidak capable, masyarakat Indonesia semakin tidak mempercayai pemerintah Indonesia, masyarakat semakin was-was dengan superioritas organisasi keagamaan muslim, organisasi masyarakat berkedok muslim semakin merajalela, promotor mengalami kerugian yang jumlahnya pasti banyak sekali dan U2 membatalkan konser di Indonesia.

Enough Indonesia, time to grow up! Please be nice, we got lots of homework to be done! 

Sunday, May 27, 2012

Dee, keteledoran dan Anda kurang beruntung

Jalanan Jakarta masih terlihat lenggang, taxi kuning itu telah meluncur pelan, membawaku ke bandara Soekarno Hatta. Berbincang basa-basi mengenai jumlah setoran taxi per hari, I was bit surprise, setoran untuk taxi bandara 475K, nah kalo si burung biru itu setorannya 580K. Kudu extra kerja keras nih, bolak balik sehari bisa 6x katanya.

Dengan ransel merah yang setia menemani, dan sebuah tas, aku meluncur ke Soeta, dengan tiket di tangan, harapanmu tiba di Singapore tanpa delay tepat waktu. Flight ku rencananya pukul 07:45 dengan Tiger Airways T7522. Setelah melewati pengamanan standar bandara, aku pun segera mencari counter check-in untuk Tiger Airways, setelah berkeliling dari terminal D1-D2, dan bolak balik 2x, lihat di papan boarding bandara, kok flight-ku jam 07:45 tidak terdaftar! Dunia seperti mau runtuh, apa aku tertipu travel agent tempat biasa aku memesan tiket? Aah, aku sudah biasa memesan tiket di situ.
Bertanya kepada petugas bandara Soeta yang tidak informatif dan tidak friendly di pagi hari, agak menguras emosi. Saya disuruh bertanya kepada JAS, tetapi petugasnya belom buka! Kemudian dilempar lagi ke kantor perwakilan airlines yang diujung terminal 2D, yang berupa lorong sempit tanpa ada satu orang pun! Aku mulai panik, sudah pukul 06:45 dan aku belom check-in, flight-ku tidak terdaftar. Telpon ke ticketing, belum ada petugas yang mengangkat telepon.
Finally, satu orang petugas muncul di kantor perwakilan airlines, tidak tahu dari maskapai apa, aku tidak peduli, segera aku bertanya dimana kantor perwakilan Tiger Airways? Jawaban cukup membuat sport jantung lagi, Tiger tidak memiliki kantor perwakilan di bandara Soeta. Kembali saya disuruh bertanya kepada JAS kembali di ujung D2. Cukup jauh, bayangin saya kembali berlari-lari seperti orang kesurupan. Untunglah hari ini saya pakai sandal gunung, cukup nyaman dan membantu. Kalo saya pake sendal alay versi warna-warni itu, ga terbayang deh :) 
Sesampai di JAS, ada ibu-ibu yang ‘akan’ melayani pertanyaan saya, belum sempat saya melontarkan pertanyaan, si ibu yang sangat tidak friendly langsung ingin melempar saya ke kantor perwakilan airlines lagi. Saya jelaskan perkaranya, akhirnya dia mau membantu pengecekan jadwal. Dan ternyata ini kebodohan saya. Tiketnya 07:45 PM! Dunia runtuh!
Aku mungkin tidak bernafas beberapa detik, jantungku mungkin berdegub 3x lebih kencang, dan kakipun langsung lemas. Janjiku kepada orangtuaku, aku akan tiba di bandara pukul 10-an waktu setempat, tetapi jadwal ini malam! Aaaaah, aku kudu nyari tiket baru, sialan agent ticketing itu, nanti aku akan buat pelajaran dengan mereka. Siap-siap di-complain dan masuk koran pikirku, tapi yang utama sekarang, aku harus cari tiket baru kemana?!
Aku dengan tampang memelas, memohon kepada ibu tersebut untuk memberikan jadwal penerbangan paling pagi yang ada. Lion baru saja boarding, batavia, garuda airlines. Oh garuda saja, seingatku mereka banyak flight pagi. Aku pun segera berlari lagi ke terminal 2F! Iya aku keliling terminal 2 dari ujung ke ujung. Sesampai di Garuda, ajubile, semua counter penuh dan antrian 3-4 orang, aku butuh cepat. Sebelom sampai di Garuda, aku lihat Lion kosong. Apa aku harus bertanya ke Lion, bagaimana kalo delay? Tapi ticketing di Lion tersebut seperti mengeluarkan sinar terang, aku pun memutuskan segera bertanya ke Lion.
Tiket terpagi jurusan Singapore adalah pukul 08:20, 1 jam 20 menit dari sekarang, harganya 400.000. What? 400.000, cukup murah pikirku, dan tiba-tiba mama nelepon nanya apa aku sudah di bandara. Dengan cerita seperlunya, tidak sepanjang basa basi disini, aku ditertawakan, bodoh! Hahaha... aku pun disuruh beli saja penerbangan pagi, doooh duit lagi sebenarnya, tapi mau gimana lagi. Ini salahku, keteledoranku.
Akhirnya aku purchase tiket Lion Air seharga 400,000 ke Singapore, 1 jam sebelum boarding. Ini kali kedua aku naik Lion selama kiprah terbangku, dan artinya aku gagal ke budget terminal di Changi. Kayaknya aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku di budget terminal sebelum di renovasi September ini. Hidup memang sudah ditebak, plan-ku jadi berantakan, dan aku penasaran seperti apa bentuk budget terminal XD
Setelah check-in, melewati imigrasi dan duduk di boarding lounge, aku akhirnya bisa bernafas normal. Saatnya complain! Aku mencoba telepon sebelumnya dan di reject berkali-kali. Aku pun mengirim SMS bernada ancaman, minta refund, bila tidak ‘tunggu tanggal mainnya’. Aku kirimkan screenshot konfirmasi sebelom pembelian tiket, yang harusnya mereka beli sesuai jadwal yang aku berikan dan seperti yg mereka berikan sebelum uang aku transfer, pukul 09.00 AM tetapi yg diberikan 07:45 PM, padahal aku masih sempat bertanya itu beneran ada Tiger yg lebih pagi dari pukul 9? Mereka mengiyakan, padahal aku sebenarnya yakin jadwal mandala paling pagi pukul 09:45, ah mungkin Tiger punya yang lebih pagi pikirku dan mereka punya jadwal flight yang berbeda, aku positif saja, soalnya ini bukan pertama kalinya aku memesan tiket disini, tetapi ternyata kali ini memang bermasalah. Aku jelasin apa yang terjadi minggu lalu saat ku memesan tiket dan keteledoranku tidak mengecek sama sekali. Dan betapa urgent-nya aku harus terbang pagi ini, bukan malam. Terakhir aku cantumkan nomor rekening yang aku minta harus di refund secepatnya, dengan ancaman bila saya kembali ke Indonesia, dan belum di refund, surat pembaca menanti Anda. Kemudian aku pun boarding. Ciaaaao!
(To be continued)

Tuesday, May 22, 2012

Dee, Hidup tanpa Agama

Menjaga Islam dg metode FPI analoginya membunuh nyamuk di rumah dg granat, nyamuk belum tentu mati tetapi rumah pasti hancur ~ 

Akhir-akhir ini di Indonesia, banyak permasalahan yang bermunculan based on agama. Agama yang hakiki sebenarnya adalah untuk menciptakan suasana tanpa kekacauan atau kekerasan (gama), tetapi dalam perkembangannya malah menjadi sumber masalah. Entah berapa banyak korban berjatuhan akibat peperangan antar agama, bahkan beberapa agama memperbolehkan saling membunuh bila dalam keadaan urgent mempertahankan agamanya.

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa agama tidak pernah mengajarkan kekerasan. Really? Coba liat lagi kitab suci Anda, bukankah banyak ayat yang mengajarkan kekerasan? Banyak sekali orang yang melakukan kekerasan berdasarkan kutipan dari ayat-ayat yang katanya dari-Nya. Apa kekerasan itu diperkenankan bila urgent? Sudah tidak bisa di-handle atau dalam keadaan mendesak? Pertanyaannya bagaimana literatur, batas keadaan itu dikatakan mendesak atau tidak? Bila untuk mempertahankan diri? Bila telah diserang? Bila tidak sesuai dengan pemikiran kita? Sungguh absurb.. Patokan yang bersifat sangat subjektif. Apa itu yang disebut wahyu dari Tuhan? Dari Nabi? Dari para dewa? 

Akhir-akhir ini sering kita dengar kasus GKI atau HKBP yang diserang oleh orang-orang FPI, kelompok ormas Islam yang menyerang komunitas Islam lain yang tidak sejalan, sekelompok ormas menyerang tokoh yang mereka anggap tidak sesuai dengan ideologi, merusak gedung yang digunakan untuk kegiatan yang tidak sesuai dengan ideologi, sungguh hidup di Indonesia ini makin mengerikan.

Seorang teman Dee, kebangsaan asing, terkejut mendengar cerita Dee, bagaimana keadaan negeri kita yang sangat memprihatinkan mengenai chaos yang terjadi di negeri kita tercinta dua tahun belakangan ini. Bagaimana keadaan hidup beramah tamah yang mereka jadikan sebenarnya tidak seindah seperti yang mereka dengar. Jauh dari yang pernah dibayangkannya.

Mungkin persepsi dia sepenuhnya tidak salah dari perspektif keberagaman dan toleransi antar umat beragama dan ras yang ada di Indonesia memang bisa dijadikan acuan. Kita bisa melihat bagaimana satu keluarga berbeda agama bisa hidup dengan damai. Bagaimana perbedaan suku masih tetap bisa melangsungkan pernikahan. Yah walaupun masih ada yang tabu melakukannya, tapi mostly terlihat sebagai keberagaman yang indah di Indonesia.

Teman Dee juga memberikan pernyataan, Indonesia itu contoh yang sangat baik di dunia, khususnya buat negara tetangga kita yang paling sering bermusuhan dengan kita. Disana, tidak diperkenankan seorang Muslim memiliki anak yang berbeda agama. Bagaimana syariat ditegakkan dan yang tidak menjadi muslim akan hilang segala macam hak-nya sebagai warga negara. Bagaimana kebijakan pemerintah yang hanya untuk membantu warga muslim, tidak untuk yang lain. Beasiswa pun diberikan kepada yang muslim saja. Kembali dicontohkan bagaimana Dee bisa memiliki banyak teman muslim dan berkumpul dengan yang berbeda agama. Disana, hal ini sangat jarang bisa mereka dapatkan. 

Keindahan hidup dalam keberagaman seperti pemahaman dalam Bhineka Tunggal Ika seolah-olah mulai hilang tergerus perkembangan agama yang berlebihan. Yah, tidakbisa dipungkiri agama adalah akar permasalahan sekarang. Demi agama, dan mempertahankan wacana seperti yang diwajibkan oleh agamanya segala hal dilakukan untuk menyerang pemeluk agama lain, yang berbeda kepercayaan. Sungguh ironis.

Muncul wacana, hidup tanpa agama, apa akan lebih kacau dibandingkan hidup beragama? Dari perspektif Dee, lebih baik Indonesia tanpa agama, sumber permasalahan itu akan hilang. Kontroversi, memang tidak bisa dihindari, mengajak orang untuk tidak beragama. Tapi, Dee pribadi sudah lama tidak beragama. Buddha bukanlah agama, Buddhism bukan ajaran agama. Lalu kenapa di Indonesia Buddha dijadikan sebagai agama? Kita kembali terjebak ke mainstream, hidup ini harus beragama, that's why Buddha (Buddhism) menjadi salah satu agama yang diakui. Iya diakui sebagai agama.

Namun pada hakiki-nya Buddhism bukanlah agama. Untuk masuk ke Indonesia dan diakui pada masa pemerintahan Soekarno, semua simbol Buddhism pernah akan dibumi hanguskan oleh Presiden Soekarno. Tradisi Cina yang telah berkembang dengan Buddhism di Indonesia telah membuat rancu sebenarnya. Disini peran Sukong (Bikkhu Ashin Jinarakkhita) mempertahankan Buddhism tetap berkembang di Indonesia, sesuai dengan Pancasila sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa".

Fakta unik lainnya, Buddhist tidak mengenal 'Tuhan', Buddhism tidak memiliki Tuhan. Bagaimana kepercayaan dapat berkembang di Indonesia, jauh berbeda dari sila pertama. Sukong dengan segala upaya, tetap ingin mempertahankan Buddhism di Indonesia, tercetuslah sebutan Tuhan dalam agama Buddha 'Sanghyang Adhi Buddha', begitulah istilah Tuhan di Indonesia yang bukan personifikasi, tidak berbentuk, tidak berwujud dan yang mutlak. Mungkin ini dapat diterima kondisinya, sama dengan istilah Tuhan atau Allah yang tidak boleh dipertanyakan, semua orang pun tidak bisa bertanya apa itu 'Sanghyang Adhi Buddha'. Buddhism pun masih tetap hidup dan berkembang semakin terdegradasi agama lain di Indonesia.

Dahulunya, Dee menerima konsep 'Sanghyang Adhi Buddha' diterima mentah-mentah. Tidak ada yang boleh dipertayakan untuk hal yang menyangkut tentang Tuhan. Orang tua walaupun status KTP ditulis Agama Buddha, tetapi tidak pernah mengenal apa itu Buddhism. Yah, orang tua memegang teguh prinsip Confisius, yang dahulunya tidak diakui di Indonesia, setelah presiden Abdurrahman Wahid menjabat, Confisius aka Kong Hu Cu dijadikan sebagai agama, sungguh ini suatu kekeliruan berulang kembali. Kong Hu Cu juga sebenarnya bukanlah agama. Dewa tertinggi yang ada di dalam kepercayaan Kong Hu Cu adalah Dewa Langit, tidak ada yang namanya Tuhan. Tapi istilah Tuhan ini kembali muncul di perkembangan Kong Hu Cu di Indonesia. Ajaib.

Perkenalan dengan diskusi Abhidhamma Pitaka-lah yang membuka segalanya. Disini kita bebas untuk bertanya tentang segala sesuatu yang tidak kita ketahui, segala sesuatu yang dipertanyakan. Mulai dari awal terbentuknya bumi, kiamat, Tuhan, Buddha dan segala sesuatu yang belum bisa terjawab sebenarnya. Pemikiran-pemikiran liar didiskusikan dan diserapi berdasarkan persepsi masing-masing. Sangat berbeda dengan apa yang kita lihat atau dengar di telivisi, ataupun dari agama-agama lain di Indonesia.

Semangat untuk mengetahui lebih banyak pun membara, buku-buku terbitan luar negri pun menjadi referensi. Buku terbitan Indonesia tidak bisa menjadi bahan bacaan, terlalu banyak interfensi dan asimilasi kebudayaan dengan budaya Indonesia, semuanya seerba disesuaikan. Fakta yang didapat semakin menarik, perbedaan tentang ketuhanan dan pandangan terhadap Buddhism sangatlah berbeda.

Setiap orang bisa menjadi Buddha, setiap orang menjalani jalannya sendiri tanpa campur tangan siapapun, bersahabat dengan alam, bagaimana bersikap sebagai manusia bukan sebagai mahluk yang sempurna, bagaimana lemahnya seorang manusia, manusia jauh dari mahluk sempurna dan berbagai ide gila anti-mainstream yang lain. Hal yang paling menarik mengenai ilmu astronomi, di Abhidhamma diceritakan terdapat banyak planet dan tata surya, jadi penemuan-penemuan planet baru bukanlah hal yang baru dalam Buddhism. Semua telah dijelaskan secara terperinci di dalam Abhidhamma Pitaka.

Untuk menjadi seorang Buddhist, Anda tidak perlu beragama Buddha, karena Buddha bukanlah agama, tapi hakiki kehidupan, bagaimana kita bersikap terhadap lingkungan/alam, manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Buddhism tidak pernah melarang Anda bersikap, tidak juga mengatur cara hidup Anda. Terserah Anda bersikap seperti apa, itulah Buddhism. Go with the flow, tidak pernah menentang zaman.

Yang mengaku menjadi Buddhist di Indonesia, pernahkah membaca Tripitaka hingga selesai? Hampir semua Buddhist tidak pernah membaca seluruh Tripitaka. Tripitaka di Buddhism bukan hanya satu kitab, bukan juga 3 kitab, namun 3 keranjang atau sama dengan  3 lemari. Jangankan untuk membacanya, bahkan banyak sekali yang belum pernah melihatnya. Tiap vihara belum tentu memiliki Tripitaka yang lengkap.

Guru Besar Buddha Gautama pernah bersabda, Dharma (ajaran/pedoman hidup) yang Beliau ajarkan selama 45 tahun yang kemudian dibukukan menjadi 3 keranjang tersebut, hanya segenggam daun kering di hutan belantara yang luas, Dharma tidak akan habis dipelajarin, sampai kapanpun, dan dimanapun kita berada. Dharma ada di alam semesta dan semua orang bisa merasakannya.

Sikap intolerance Indonesia mulai mendapat perhatian dunia, Dee jadi ingat satu lagu dari John Lennon - Imagine, lagu lawas yang liriknya teramat dalam.

Imagine there's no heaven, it's easy if you try
No people below us, above it's only sky
Imagine all the people
Living for today

Imagine there's no countries, it isn't hard to do
No need to kill or die for and no religions too
Imagine all the people
Living life in peace

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one



Imagine no possessions I wonder if you can
No need for greed or hunger a brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing for the world

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
Take my hand and join us
And the world will live, will live as one

Saturday, May 19, 2012

Dee, 3 hours at Equinox

"Di lagi dimana? ke CP (Central Park) yuk, si Lisa lagi les, gw ntar nungguin dia di CP dari jam 7an, dia mau ujian"

"Oke, gw mandi dulu yah, setengah jam lagi baru berangkat, eh ntar abis dari CP mau kemana lagi? Kalo cuma di CP doang gw bawa motor, kalo mau lanjut gw naek ojek aja."

"Lo naek ojek aja ntar kita lanjut"

Lanjut kemana? Ternyata itulah kelanjutan cerita disini ;)

Padahal baru 3 minggu ngak ketemu, tapi begitu banyak cerita untuk bincang-bincang bersama Lia. Sambil makan malam dan nyemal-nyemil, cerita tentang tragedi tas yang tertinggal di troli bandara setelah trip dia ke JiuZhaiGou dan ZhangJiaJie, lokasi syuting film Avatar yang fenomenal itu. Betapa sedihnya dia, foto-foto selama disana raib bersama hilangnya tas. Paspor, Galaxy Note, Dompet dan kalung berlian masih ada didalamnya. Aaaah.....! Sungguh tidak terbayangkan berapa banyak kerugian dan bagaimana dimarahin oleh orang tua. (Itu yang paling menakutkan, tapi semua sudah terjadi, jadi pelajaran saja).

Saling curhat seperti teman lama yang sudah lama tidak bertemu, ah priceless moment yah! Selanjutnya Reinard menyusul ke CP, nongkrong dilanjutkan ke Coffee Bean dengan menikmati diskon dengan Mega sebesar 50% dengan minimal purchase Rp. 250,000.- Green Tea Opera Cake-nya enak banget loh :) Setelah Lisa menyusul di Coffee Bean, perbincangan pun dilanjutkan, ngalur ngidul entah kemana, hingga akhirnya diputuskan petualangan akan dilanjutkan ke Equinox

Segera diantar pulang untuk ganti kostum, dan Rei sudah ada janji surprise birthday party, Dee, Lia dan Lisa meluncur ke Equinox dengan janji kita tidak minum sama sekali karena mau medical check-up. Lucu, ke club tanpa minum, but itu deal awalnya. Apa yang akan terjadi nantinya, belum tahu ;)

Sesampai di parkiran Senayan, eh kayaknya ada orang yang sepertinya dikenal! Doooooh! Masa harus ketemu temen melulu sih... Tapi untungnya si Lia dan Lisa lagi dandan di mobil, tidak perlu menyapa teman deh, pencitraan Dee oke banget, ketemu di X2 atau BF melulu XD

X2 dan Equinox ternyata ada acara Summer Carnival yang ke-6 di tahun 2012 ini. Apa yang bisa kita liat disini? Wooow.. ternyata banyak yang memakai two pieces dan bertelanjang dada. Walaupun kondisi X2 dan Equinox yang lumayan sepi walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 00:30, beberapa waiter yang kita kenal menghampiri untuk menanyakan pesanan apa yang akan kita pesan, but deal awal kita TIDAK MINUM! 

Malam semakin panas, ketika MC mulai membuka acara, wanita berpakaian two pieces menari meliuk-liuk. Lelaki topless ber-capoeira diatas panggung kecil, kemudian dilanjutkan dengan catwalk show. Ah yang kurang cuma satu, TIANG, kalo ada mungkin Dee udah meliuk liuk di tiang dan seluruh Equinox kabur deh :))

Tidak pesan minum, tidak buka table atau sofa, membuat kita bertiga agak mati gaya. Mau ngapain aja ngak asik, alhasil ngemper disofa orang. Tengah asik goyang pantat pat pat, eh ngeliat ada ngko-ngko dan tante-tante yang terakhir kunjunga ke Equinox bulan lalu, Dee ditarik dan tidak diperbolehkan pulang >__< Alhasil kabur ke sisi yang lain. Bahaya kalo ditarik-tarik lagi :))

Pindah tempat, nightmare buat Lia, di sisi ini banyak negro, yang pastinya menyukai wanita bertubuh melenuk. Lia tidak berani goyang pat pat lagi, alhasil dia mati gaya. Hahaha... Udah tidak minum, mati gaya, tidak punya table,.. what the night! LoL Tetapi kita dihibur oleh seorang lelaki yang kayaknya sudah nge-fly ngobat, asyik sendiri bergoyang ala trio macan, kepala dikibas-kibas sesuka hati seperti orang kesurupan, tidak punya teman, sampai naik ke meja! Lucu udah bercampur enek, ini orang di Equinox kelakuan kayak di Medika (eh di Medika seperti itu yah? Belum tau sih, belum pernah ke Medika, anggap aja kelakukan gitu deh). 

Ini abang-abang aneh bin ajaib, beat kemana dia ng-dance di dunia sendiri, jadi bahan tertawaan orang lain, dia malah kesenangan, makin liar goyangannya, untuk ga sampai disuruh buka baju apa celana! Makin dilihat semakin tidak lucu, semakin ilfil dengan tarian erotis ada dangdut pantura dilakonin oleh abang-abang.

Tinggalkan abang-abang itu, saatnnya lanjut goyang pat pat, para negro udah menjauh, si Lia sudah merasa lebih secure.. Next ditantangin ikut naik ke atas stage, Me? Siapa takut? Ada tiang juga berani meliuk-liuk! LoL Malam semakin panas, kita tetap tanpa minuman. Ah mulai kehausan, sudah pukul 02:30, bentar lagi pulang deh, capek banget, lapar juga, perlu tenaga baru. Kita pun meninggalkan Equinox tanpa mengeluarkan uang sepeserpun, free entry, punya member card. jadi hanya bayar parkiran doang! The first experience ever! LoL

Para readers, do you wanna to try? ;)

Friday, May 18, 2012

Dee, Bwa Bwei

"Are your family still traditional Chinese?"
Kalimat itu terlontar dari salah salah teman keturunan Filipina. Kalimat sederhana tapi membuat Dee tertegun sebentar, "Apa itu chinese tradisional? Apa Dee termasuk? Apa yang menjadikan seseorang itu tradisional atau modern?", memang dasar tukang pikir, kelamaan mikirin jawaban di otak daripada menjawabnya.

"Hmm.. What you mean with the traditional means for? I don't know when the chinese be called as traditional or modern", kalimat itu terucap dan dalam hati masih berpikir, gimana sih seseorang dikatakan masih tradisional atau modern??

"Traditional chinese usually know about the tradition, do you know BWA BWEI?, I wanna to try it"

"Yes, I know bwa bwei", kemudian terjadi perbincangan panjang lainnya, tapi potongan percakapannya cukup sampai disini aja yah.

Kembali soal traditional chinese atau modern chinese, menurut Dee pribadi, Dee juga tidak tahu kapan seseorang disebutkan traditional chinese, atau modern chinese. Modern chinese katanya diidentikkan dengan orang Cina yang sudah tidak memegang tradisi, udah tidak tahu tradisi apapun tentang kebudayaan Cina, dan sudah menanggalkan atribut yang berhubungan dengan chinese tetapi dia masih keturunan chinese. Sedangkan traditional chinese diidentikkan dengan keturunan chinese yang masih memegang kebudayaan chinese, mengerti dan selalu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai aspek kehidupan.

Menurut Dee pribadi, analagi itu tidak sepenuhnya tepat tapi ada benarnya. Dee sendiri keturunan Chinese, tahu beberapa budaya Chinese, tapi tidak melakukan budaya chinese, jadi termasuk dalam kategori yang mana? Bingung juga kalo akan dikategorikan. Menurut Dee kembali, bila seseorang keturunan Chinese dan tidak tahu sama sekali kebudayaan dan apapun yang berhubungan dengan chinese, s/he is not a chinese anymore. Soal masih keturunan dan berperawakan chinese, kita menjadi manusia seutuhnya bukan dari perawakan, tapi karena isi otak. Sorry buat yang tersinggung, just my opinion. CMIIW.

Ngomongin soal Bwa Bwei (擲筊), ini merupakan salah satu tradisi chinese sebagai ramalan sederhana, untuk menanyakan kepada dewa apakah kebijakan atau keputusan yang akan diambil nanti tepat atau tidak. Pertanyaan biasanya tentang keluarga, keuangan, kesehatan, karir dan love. Biasanya orang tua akan melakukan bwa bwei ketika anaknya akan menikah, bertanya kepada para dewa apakah calon menantunya sudah tepat atau belum, apakah pacar anaknya akan menjadi suaminya atau tidak, apa sakit yang diderita akan sembuh atau tidak, apakah keputusan yang diambil merugikan atau tidak. Berbagai pertanyaan bisa ditanyakan, sesuai dengan keinginan kita.

Bwa Bwei dilakukan dengan melempar bwei, bwei terbuat dari kayu berbentuk bulan sabit biasanya berwarna merah atau cokelat. Kedua bwei ditempelkan di dada dengan sikap anjali, kemudian berdoa atau menyatakan niat dalam hati, setelah itu bwei dilemparkan untuk mengetahui apakah dewa akan menyetujui atau tidak.

Bwa Bwei (擲筊)

Selain itu, bwa bwei sering digunakan setelah melakukan Tiew Wen Chiam, yaitu  fortune sticks yang biasa di-shake hingga satu buah stick keluar dan berdasarkan simbol atau nomor pada stick, kemudian akan diambil satu ramalan/renungan dari rak ramalan, dan dikonsultasikan pada seorang 'guru/sifu' tentang ramalan tersebut. Biasanya setelah mendengar nasehat atau arahan dari sifu, dilanjutkan dengan Bwa Bwei untuk menanyakan atau meminta izin kepada para dewa apakah itu patut dilakukan, atau benar adanya.

Wen Chiam, fortune stick

Pertanyaan dari Bwa Bwei biasanya berupa Yes No Question dengan jawaban iya atau tidak. Bila kedua bwei tertutup artinya permintaan tidak disetujui/ditotal dianggap sebagai No. Bila kedua bwei terbuka diartikan sebagai dewa tertawa terhadap permintaan atau pertanyaan Anda. Untuk keputusan yang disetujui, bwei harus satu terbuka dan satu tertutup. Dengan teori probabilitas, kemungkinan jawaban Yes atau No adalah 50:50, so just your luck~! :)

No

Laughing

Yes

Boleh percaya atau tidak, tetapi ini adalah satu satu tradisi chinese yang sudah ada sejak dahulu. So, ingin mengetahui peruntungan Anda sekarang? Bwa Bwei mungkin bisa menjadi pilihan, try your luck with bwa bwei.




Sunday, May 13, 2012

Meooow.....! Kuching!



Belum lengkap ke negeri Sarawak kalo melum mengunjungi kucing. Patung kucing di pusat kota inilah yang menjadi spot primadona para wisatawan.


Airasia rute Kota Kinabalu - Kuching membawa kami ke bumi Borneo. Dari angkasa bisa kita lihat hijaunya tanah Borneo ini ( Januari 2010).  Pesawat membawa kami di Kuching pukul 15:30, sudah lumayan sore dan kami putuskan untuk beristirahat di hotel saja. Trip kali ini kami memilih hotel di Jalan Bishop Gate, budget hotel dengan suasana yang lumayan oke. Get what you pay..




Dengan harga yang cukup terjangkau dan fasilitas yang oke serta bersih tentunya, sesuai dengan harga yang kami bayar. Sekarang tunehotels sudah buka branch Kuching di Jalan BishopGate juga, tentu bisa menjadi pilihan Anda untuk menjadi tempat menginap. Karena sudah cukup malam, kami putuskan untuk mencari makan di mall saja. Sudah terlalu lama kami tidak merasakan sushi, hanya makan seafood saja di Sipadan, Semporna dan makan seadanya di Kinabalu. Kangen rasa sushi, siapa tahu di mall menyediakan sushi buat kami, pilihan jatuh ke Kuching City Mall, mall terbesar disini.





Tampilan mall-nya terasa peranakan Tionghoa banget, dengan kain berjuntai di langit-langit dan berbagai ornamen warna-warni yang dulu terlihat agak aneh, tapi sekarang jadi tren :) Kebetulan di food court ada restoran yang meyajikan sushi, finally bisa makan sushi lagi, Dee sudah ngidam berat walaupun hanya beberapa sushi roll, yang penting ada chuka idako! :)




Setelah menyantap makan malam kami, tentu saja nanti makan akan lapar dan kita tidak berniat untuk jalan-jalan lagi di malam hari, mengingat badan udah rontok pada saat pendakian di Kinabalu, yang kami inginkan hanya beristirahat, donut pun menjadi pilihan untuk camilan malam.

Local doughnuts yang oke :)

Keesokan pagi-nya kami bangun agak siang berjalan menyusuri sudut kota Kuching. Bangunan kota yang unik-unik di jalan yang sempit tersaji disini. Bangunan-bangunan yang cukup tua dijadikan toko-toko oleh para pedagang. Kota ini tidak begitu ramai dan waktu terasa begitu lambat. Kangen suasana seperti ini yang tidak akan dirasakan di Jakarta.









Untuk sarapan + Lunch, Min Joo dan Min Kuang menjadi pilihan. Restoran ini cukup terkenal di Kuching, harganya pun sangat murah berkisar antara RM 3.50 - 6.50 saja untuk shongshui komplit.





Pesanan kami disajikan dengan cepat, walaupun restoran cukup ramai, pelayanannya juga cukup cepat. Ah foto bisa menjelaskan segalanya, mie-nya enak dan tentunya mie Cantonese hampir sama dengan mie bangka, dengan ciri khas shong sui (campuran dari daging babi, hati, ampela, darah, jantung, lemak, otak-otak, tahu dan lain lain tergantung restoran yang menyajikan jeroan apa saja). Bedanya disini tidak memiliki jeruk kunci! :)

Shong Shui




Perjalanan kami lanjutkan untuk mengunjungi tempat wisata, yang terbagi menjadi pavilion-pavilion dengan keunikan masing-masing. Dengan kondisi taman yang asri serta cuaca yang bersahabat, Kuching terasa begitu bersahabat terhadap kami.



Di Kuching juga ada patung Cheng Ho, kita masih dalam satu nenek moyang, jadi sesama tetangga jangan saling bermusuhan yaaah... Banyak yang berdoa di patung Laksamana Muda Cheng Ho.





Suasana tenang dan sepi, cukup menyejukkan hati, santai-santai di pavilion sambil sharing cerita tentang perjalanan 'gila' kami 2 minggu ini.  Untuk hi-tea time kami ke toko Joo Foong untuk membeli banana cake, kabarnya the best in town dan juga menjadi oleh-oleh wajib bila mengunjungi Kuching.



Di temani es campur + banana cake, hi-tea time terasa sangat nikmat.

Untuk makan malam, atas referensi dari teman, Restoran After Three yang dipilih, sesuai namanya, restoran ini baru buka setelah pukul 3 sore,




Restoran chinese food yang menyajikan berbagai macam makanan disini, sungguh menggugah selera. Perbedaan chinese food di Kuching dengan Penang, bila dibandingkan dengan daerah di Indonesia analoginya seperti makanan bangka vs makanan medan. Makanan Kuching lebih berbumbu sedikit dibandingkan makanan di Penang. Dinner terakhir di pulau Borneo, perut sudah minta diisi, dimsum, mie, ayam, fried meat ball, sapo tahu semuanya di-order untuk memenuhi keinginan naga di perut. Tidak lupa Dee mencoba kaya toast di Kuching, karakteristiknya sama dengan di KL, jadi belum ada kaya toast yang seperti di Singapore kecuali di kampung Dee, Concong Luar. :)












Setelah makan malam yang banyak dilanjutkan dengan snack yang cukup banyak, nyemal-nyemil hingga malam hari, langsung kembali ke hotel untuk beristirahat. Tidak ada yang bisa dilihat di malam hari, Kuching seperti kota mati tanpa ada hiburan malam. Waktu terasa begitu lambat disini, jadi lebih baik kita tidur saja. Keesokan harinya, kembali bangun siang dan menikmati sarapan di hotel saja, karena flight pagi sudah menunggu membawa kembali ke Kuala Lumpur. By the way, kenapa kota ini disebut Kuching? Yah karena di pusat kota banyak kucing meong meong!!! Dee ngak suka kucing, jadi foto patungnya aja, malas banget suruh fotoin kucing jalanan, di kampung juga banyak! Hahaha..

Kuching? Kuceng? Miaaw.. Meooooong....