Saturday, September 29, 2012

Dee, Jakarta, Love you but hate you too

Tahun ke-7 di Jakarta, sebenarnya sudah masuk ke titik jenuh untuk tetap tinggal di Jakarta. Tapi apa daya, mandat dari orang tua harus ditegakkan, kudu tetap stay di Jakarta. Yaudin, ikutin aja apa kata orang tua. Belu lama ini, pilkada jakarta putaran kedua telah dilakukna, hasilnya sang kotak-kotak memenangkan pertarungan melawan si Kumis, walaupun belum ditetapkan.

Sebelum pilkada, para pemilih kotak-kotak terus menerus berkampanye di media sosial, aaaah makin lama serasa makin menyebalkan, untungnya semuanya telah berakhir. Para pemilih kotak-kotak telah berstigma yang penting bukan kumis. Itu pilihan mereka, dan pilihan itu harus diapresiasi, tapi bukan berarti kotak-kotak juga boleh mencela orang yang memilih kumis, itu pilihan mereka juga. :)

Kampanye tidak membawa kepentingan partai??! hmm... Ini menjadi sorotan utama, 1 hari setelah Quick Count di umumkan, baliho dari partai berlambang garuda sudah eksis dimana-mana, "Pelopor perubahan Jakarta"? What? Apa yang sudah berubah? Ditetapkan saja belum, kerja aja belum kelihatan, sudah sibuk berkoar-koar, dan yakin nanti tidak membawa kepentingan partai?! Para pemilih yang budiman, saatnya Anda untuk bersikap kritis, tuntut pemimpin yang 'katanya' dipilih bersama-sama itu untuk membuat suatu lembaga yang bisa menerima aspirasi dan pengaduan dari Anda. Yang bisa memperkarakan pejabat yang bersamalah, bukan KPK, bukan juga polisi, MA atau sebagainya. Kita perlu suatu lembaga, dimana kita bisa menuntuk pemerintah/pejabat yang tidak melakukan tugas sebagaimana mestinya, sehingga semuanya dikontrol oleh warga Jakarta nantinya.

Contoh jalan yang berlubang, tidak rata, seringkali menyebabkan kecelakaan, bahkan menimbulkan korban jiwa. Sampai saat ini, para pihak yang terkait terkesan cuek, karena mereka tidak mendapatkan sanksi apa-apa akibat kelalaian mereka. Mereka seolah-solah tidak memiliki tanggung jawab terhadap infrastruktur yang seharusnya menjadi tugas mereka.

Harapan untuk Jakarta yang baru bukanlah hal yang salah, semuanya menginginkan perubahan. Tetapi apakah pemimpin yang terpilih sekarang bisa mewujudkan hal-hal yang baru? Yakinkah penyelewengan anggaran tidak terjadi sama sekali? Banyakin berdoa aja kalau ada yang masih percaya.

Ketidakmerataan permbangunan nasional sebenarnya menjadi pokok permasalahan Jakarta. Sentralisasi elit ekonomi di pusat ibukota mengakibatkan daerah tidak berkembang. Silahkan berkunjung ke pulau sumatera, kalimantan, lihat bagaimana timpangnya dan serakahnya orang yang tinggal di pulau Jawa (untuk sulawesi/papua, belum pernah mendarat disana, jadi tidak bisa menjadikan referensi.

Dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, tentunya Jakarta membutuhkan fasilitas yang lebih banyak/baik, investor pun berbondong-bondong berinvestasi di lahan basah yang memberikan banyak keuntungan. Bisnis properti, banking, IT dan hospotality menjadi tonggak utama pertumbuhan Jakarta. Alhasil Jakarta semakin semrawut tak karuan. Macet, banjir, polusi udara menjadi santapan sehari-hari. For Jakarta, stop ngeluh, kita juga berdedikasi menyumbang semua itu, jangan menyalahkan pemerintah saja.

Banyak yang mengeluh kurangnya lahan hijau di Jakarta, pertanyaaannya apakah di rumah Anda sudah disediakan taman? Daerah resapan air? Menanam tumbuh tumbuhan? Kalau belum ada, sekarang saatnya untuk menanam, kalo tidak stop ngeluh.

Pembangunan mall-mall baru menjadi sorotan dan tidak memiliki kawasan hijau. Yang menjadi pertanyaaan, berapa % warga Jakarta yang mengunjungi taman setiap hari? Berapa banyak yang mengunjungi mall? Apakah taman/mall sekarang dipergunakan sebagaimana mestinya? Berapa banyak taman/mall di Jakarta? Berapa biaya maintenancenya? Apakah taman/mall terawat?

In my humble opinion, kita tidak perlu taman kota yang baru, ataupun pembebasan lahan baru untuk taman kota. Kenapa taman yang sudah ada tersebut dipermak sehingga menjadi lebih menarik, dilakukan promosi untuk menarik perhatian warga Jakarta. Bukan taman yang tidak terawat seperti sekarang. Percuma dibuat taman baru, tapi tidak dirawat/di-maintenance dengan baik. Apalagi perilaku mostly warga Jakarta, buang sampah sembarangan, apalagi kalo tidak ada yang melihat/orang yang dikenal di sekitarnya.

Pemimpin yang baru, juga diharapkan memperbaiki kawasan wisata di Jakarta. Komersialisasi daerah tujuan wisata itu perlu, demi penghargaan terhadap budaya/seni yang telah ada. Komersialisasi tidak harus mahal. Wondering, wisata pulau seribu di-komersialisasi seperti di Phuket, kita punya pantai/laut yang bisa menjadi magnet pula.

Atau kawasan pulau seribu dijadikan tempat exclusive, contohnya kawasan perjudian layaknya di Macao. Stop kontrol pemerintah terhadap kehidupan beragama, kita bisa memberlakukan regulasi yang baik dan benar seperti di Singapore/Malaysia. Warga lokal tidak diperkenankan untuk masuk ke kawasan tersebut, atau harus membayar mahal untuk masuk ke wilayah tersebut. Ini fungsi komersialisasi.

Birokrasi menjadi halangan utama, bertele-tele dan sangat merugikan. Wondering, kalau nantinya pemimpin yang baru berani mengubah segalanya, menbuat menjadi lebih simple, terbuka dan tidak banyak uang siluman. Kawasan night club di lokalisasi di satu daerah, tentu saja akan menarik banyak perhatian turis wisatawan lokal/mancanegara.

Untuk masalah macet, tentu saja transportasi umum perlu diperbaiki, semoga bukan hanya menjadi wacana. Metromini/bus yang tidak layak segera diganti. Bahkan kondisi TransJakarta sudah sangat memprihatinkan. Berapa kali terdengar di tahun 2012 ini, bus TransJakarta terbakar. Apakah ada yang dipidanakan? Sama sekali tidak, menyedihkan, kelalaian manusia yang mungkin bisa mengakibatkan korban jiwa, dibiarkan. Apabila telah jatuh korban, baru kelabakan mencari kambing hitam.

Menjadi supir TransJakarta, cukup menyedihkan. Seringkali terdengar, korban tabrakan dengan TransJ meninggal dunia dan yang dipidanakan adalah supir TransJakarta. Aneh... Bukankah pihak yang tertabrak di Jalur Busway yang seharusnya bersalah? Lagi ngapain mereka di Jalur Busway? Bukankah jalur itu hanya diperuntukan untuk TransJakarta? Walaupun terdapat keteledoran supir, tapi mengapa kita tidak melakukan tindakan preventif terlebih dahulu? Please yang biasa masuk jalur busway, segera berubah! Demi perubahan yang sebenarnya.

Untuk macet, bila Anda masih menjadi penyumbang kemacetan, dengan tidak menaati peraturan lalu lintas, menyerobot ketika traffic light merah, lawan arah, masuk ke trotoar, memakai joki, salah masuk jalur dan tidak berkendara dengan baik, lebih baik kita bersama-sama bercermin. Kita juga sebagai penyumbang macet dengan tidak memakai kendaraan umum, apalabila ada kendaraan umum yang nyaman, seberapa yakin Anda akan menggunakan kendaraan umum? IMO, lebih asik kendaraan pribadi, jadi STOP MENGELUH MACET! :)

Wednesday, September 26, 2012

Dee, Doha Masih Jauh

SCBD Parc. 19, akhirnya ada waktu untuk nge-teh juga sedari jam 8 pagi sibuk ngurusin printilan untuk training, 2 jam pusing cari penyebabnya, akhirnya kelar juga *pasang dasi. Beberapa waktu ini memang terkesan sangat sibuk dengan kerjaan sekarang, terlalu banyak masalah yang harus di take care dikarenakan keterbasan sumber daya IT yang ada sekarang, alhasil bos sering minta bantuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sebenarnya tidak ada di jobdesc, jadi yah nikmatin aja, anggap aja sebagai belajar sesuatu yang baru.

Training sudah sebulan dilakukan untuk pengenalan core banking yang baru, kerjaan yang berat memang. Apalagi untuk men-train orang-orang yang sudah berumur, yang notabene telah dizona nyaman sistem yang lama, susah menerima ilmu yang baru ini. Kesabaran memang diperlukan apalagi untuk memperkenalkan sesuatu yang baru kepada orang yang telah berumur.

Pekerjaan sekarang sebenarnya lebih ringan, walaupun lebih sibuk. Terkadang kudu pulang telat hingga jam 9 malam, demi menyelesaikan pekerjaan yang sebenarnya bukan pekerjaan. Yang penting sekaang, segala sesuatu bisa diselesaikan pada waktunya. Yah memang saya cerewet, perfeksionis, jadi terasa sangat menyebalkan bagi sebagian orang, saya akan tunggu sampai orang tersebut menyelesaikan pekerjaannya, walaupun dia memiliki jabatan yang lebih tinggi. *siap-siap dipecat

Meeting tiap minggu dengan colleagues dari Doha, terkadang serasa nightmare, deg-degan dengan progress yang telah dilakukan oleh tim, beberapa sudah dalam kondisi merah. Tentu saja, task yang menjadi tugas saya harus diselesaikan dan bola bukan di tangan saya. Yah, berusaha selalu dalam kondisi aman. Lack of knowledge yang belum di-deliver dari pihak Doha menjadi gap yang utama. Tuntutan untuk transfer knowledge belum juga terlaksana, susah masalah birokrasi lingkungan kerja. Akhinya saya dijadwalkan ke Doha (lagi).

Cerita lucu minggu ini tentang Doha adalah, keberangkatan ke Doha, kembali tertunda, visa yang belum beres-beres dan setelah saya terima, kembali dengan tanggal lahir yang salah, walaupun cuma satu huruf, tapi akan berakibat fatal, saya kapok bolak balik ke bandara dua kali. Pokoknya sebelum semuanya dalam keadaan benar, saya baru akan berangkat ke Doha. Aneh tapi nyata, visa sudah 2x di-issue dalam keadaan salah.

Doha, Doha Doha... beberapa minggu ini saya mencoba mencari tahu salah satu ibukota di Qatar yang menjadi magnet bagi expat dunia. Apa yang menarik disana? Belum memiliki teman yang stay di Doha menjadi masalah utama, apa yang akan saya lakukan ketika weekend dan selepas office hour? Ah masih menjadi misteri ketika disana, semoga ada yang jadi tour guide :))

Monday, September 17, 2012

Dee, Borobudur Temple

Pesonamu tak pudar dimakan zaman

Relief-mu bercerita tiada henti

Keheningan tak lekang oleh waktu

Bersama tak terpisahkan

Perlahan Termakan Usia

Menerima Perkembangan Teknologi

Saling Bahu Membahu

Tiada yang Lebih Tinggi Atau Rendah

Bersama, Kita Sejajar

Sendiri Tapi Tak Pernah Sepi

Menyimpan Sejuta Misteri

Misteri yang Tak Terjawab

Misteri yang Menjadi Pesona

Menjadi Gila itu Pilihan!

Tuesday, September 11, 2012

Dee, New Job New Challenge

QNB Tower Lot 18 Parc. 19, tidak terasa sudah dua bulan kepindahan ke kantor yang baru, sejak Juli 2012, resmi bergabung bersama Qatar National Bank Kesawan (QNBK). Bank apaaah itu???! Pasti kalimat itu yang terlintas di pikiran Anda, kecuali untuk masyarakat Medan yang sudah terbiasa mendengar Bank Kesawan di Jalan Kesawan.

Singkat cerita, perpindahan kerjaan ini bermula dari desakan orang tua untuk bergabung di industri banking. Yah, kembali lagi untuk memenuhi kemauan orang tua, walaupun keinginan sebenarnya sudah ingin menjadi enterpreneur di kampung halaman, tapi apa daya, orang tua belum mengijinkan. Sampai sekarang belum dapat menentukan pilihan hidup yang benar-benar keputusan sendiri.

Selama dua bulan ini, menikmati proses transisi dari perusahaan lama ke perusahaan baru, working environment yang berbeda, eksekusi pekerjaan yang terasa lebih lambat dibandingkan perusahaan sebelumnya, dan working on target yang biasa dilakukan yang susah diterapkan kepada para division head yang kerjanya terasa lambat. Yah di usia yang 23 tahun ini, memang sulit untuk memaksa atau bekerja sama dengan para pentolan yang telah matang umurnya yang terbiasa dengan cara kerja mereka. Tapi perlahan, cara kerja harus berubah untuk kepentingan perusahaan dan challenge dari Qatar National Bank yang lebih besar.

Beberapa kali, data-data yang diperlukan untuk kepentingan pekerjaan harus di follow-up untuk di kerjakan oleh atasan ataupun division head lain, tunggu hingga jam 8 malam agar pekerjaan beres. Wasting time?! That's my job role, cara kerja yang dipertahankan demi kebaikan manajemen juga. Setidaknya saya diberikan kebebasan untuk menerapkan cara kerja ke QNBK, walaupun kepada yang jabatannya lebih tinggi.

Beberapa senior merasa aneh karena selalu mengiyakan apa kata atasan saya langsung, yang notabene IT division head dengan jabatan VP. Dengan jabatan yang lumayan tinggi dan orang nomor satu IT, ini caranya bermain cantik. Dengerin, pelajarin dan laksanakan apa yang disuruh dengan hasil yang maksimal. Jalan masih panjang, hal yang baru tidak boleh ditolak, semua diterima dengan batas maksimal yang bisa diraih.

Sekarang maybe saya menjadi orang tersibuk  no. 5 di divisi IT, setelah IT Head dan 3 sub divisi head yang lain. Video conference yang seminggu minimal 2x, ngawasin training, berinteraksi dengan vendor, ngurusin server, arrange video conference dan meeting-meeting lainnya. Dengan English yang pas-pasan saya menjadi pentolan untuk korespodensi dengan pihak Doha, practice English secara langsung via video conference, dan untuknya mereka mengerti dengan pronounce yang seadanya. Karena perbedaaan waktu 4 jam antara Jakarta dan Doha, tentu saja sedikit memberi hambatan. Meeting pukul 8 pagi waktu Doha, artinya jam makan siang Jakarta, alhasil sering men-delay makan siang setelah meeting yang berkepanjangan dan beberapa issues yang harus di follow up. Yah makan jam 2 atau 3 deh kalo hari senin.

Ngomong-ngomong soal makanan, selama dua bulan ini, selalu dapat lunch box, Depot Tomang, bayangin aja 2 bulan tanpa henti makan begituan. Ngeluh? Yah sedikit sih, menu sama diputar-putar tiap minggu, sampai hafal hari apa menu-nya apa. Tapi keluhan dipendam saja, bagaimana tidak, salah satu vendor yang mengerjakan project, yang notabene orang India dan vegetarian, tiap hari hanya makan nasi putih + bumbu curry dan nasi putih + yoghurt. Tiap hari makan begitu dan dia telah menjalani project hampir setahun! Stop ngeluh! Kalau bosan makan, yah makan siang keluar aja =)

By the way, gossip-nya akan dikirim ke Doha minggu depan, visa-nya lagi di follow up, karena kunjungan pertama yang tidak jadi karena kesalahan birhtdate pada issued visa, kita lihat apakah kali ini akan berjalan lancar atau tidak. Mari ke Doha =))