Sunday, June 28, 2015

Dee, Zurich

Zurich - Switzerland, City of Banking Industry




















Wednesday, March 4, 2015

Dee, Sweet Hometown

Dee, Sweet Hometown


Chinese New Year 2015, Tahun Kambing, Tahun ini Dee melakukan perjalanan pulang kampung. Kampung yang 'benar-benar' kampung dengan berbagai keterbatasan yang ngelangsa. Contoh : PLN belum 24 jam, akses air bersih yang susah, jalanan yang belum teraspal, rumah oanggung di pinggir sungai, Jaringan telekomunikasi dan lain-lain yang memprihatinkan dan akan menjadi 'nightmare' untuk kita yang telah kama tinggal di kota metropolitan.

Dee mua cerita pada perjalanan tahun ini, perjalanan dari Pekanbaru ke Kota Rengat (Ibukota Kabupaten Indragiri Hulu), Dee naik travel menuju ke Rengat (Pekan Heran tepatnya, jangan ditanya dimana, yang jelas dekat Rengat, titik, susah jelasinnya). Ada penumpang anak 'kota' yang pertama kali berkeliaran di kampung. 

Di tengah perjalanan, biasanya kita akan mampir untuk makan siang yang dimananapun menyajikan makanan 'Padang' atau 'Ampera'. Setelah menyantap makan siang, tentu akan melanjutkan perjalanan, kondisi di mobil travel ini ada 4 orang.
Pertama Bapak2 tambun, tidak berkumis, rambut awut-awutan, dialah si supir, sebut saja namanya Bang Jali. 
Penumpang kedua, bapak-bapak, berkumis, rambut klimis, berlogat Jawa-Melayu, sebut saja dia Om Bono. 
Penumpang ketiga, kokoh-kokoh kampung yang lama tinggal di ibukota, agak putih dan rambut klimis ala tren 2014, sebut saja dia Ko Aseng. 
Dan penumpang keempat, ABG ibukota, wajah blesteran, agak pendek, rambut agak ikan, sebut saja dia Aysah.


Setelah makan siang, Aysah nyeletuk di mobil :

Aysah : Bang Jali, di sini (Rengat), ga ada KiEpSi, MekDi, HukBen atau sejenisnya ya?

Bang Jali : Ndak ada kalau di sini, kalau mau makan yah Nasi kapau atau Ampera gini, tapi bisa makan dek?

Aysah : Bisa sih, tapi kan kalau mau makan KiEpSi gimana? Masa makan Padang terus..

Om Bono : Di sini makanan begituan ndak ada, ga ada mall, ga ada supermarket.

Aysah : Hah? Masa sih Om? Pasti Bohong... Jadi di sini kalau mau belanja gimana?!

Om Bono : Yah belanja di warung, kalau mau belanja baju yah jauh.. Kalau mau belanja perlengkapan bisa, naik perahu dulu.. Sejaman.. Kamu mau kemana? Rengat?

Aysah : Iya Om, mau ke Rengat, mau ketemu Ibu

Om Bono : Apalagi di Rengat, pinggiran rumah sungai semua, kalau mau belanja ke minimarket, kudu nyebrang pake perahu sampan, bisa sejam baru nyampe. Kamu Rengat-nya dimana?

Bang Jali : Deket Danau Raja rumahnya.

Om Bono : Yah Danau Raja lagi, sekelilingnya Danau, kemana-mana jauh, ga ada akses mobil. znanti kamu siapa yang nganterin, dijemput siapa?

Aysah : Kan dianterin Bang Jali, masa sih ga bisa akses mobil? #Menangis

Om Bono : Kamu ga percaya? Coba aja tanya Ibu kamu, baru pertama kali kan ke sini? Lihat aja kiri kanan, pohon sawit semua

Aysah : Iya sih, kiri kanan hutan semua... #TerIsakIsak #MenangisMakinMenjadiJadi

Aysah lalu menelepon ibunya :

Aysah : Ibu, ibu kok nyuruh Aysah datang ke kampung kayak gini sih, bikin malu aja, masa Aysah disuruh tinggal di hutan kayak gini sampai seminggu, Aysah mau balik aja sekarang, ga mau ke rumah Ibu, ibu aja ke Jakarta.. ibu ga sayang yah ama Aysah, masa dipaksa tinggal di sini. Aysah mau balik sekarang, KiEpsi ga ada, Mekdi ga ada, mall ga ada, bioskop ga ada, nanti Aysah bosan gimana? Aysah mau shopping gimana? Masa mau ke minimarket aja perlu sejam naik perahu? Rumah Ibu pinggirannya sungai semua? Banyak Buaya dong? Ibu ga ada mobil di rumah? Nanti gimana Aysah mau jalan-jalan?

Berjuta pertanyaan dilontarkan oleh Aysah tanpa memberi kesempatan Sang Ibu di ujung telepon menjawabnya. Tak sedikit kata-kata kasar terlontar di mulutnya, entah bagaimana hati sang Ibu, tampaknya masih sabar. Setelah keluh kesahnya selesai, Sang Ibu menjawab di ujung telepon, Aysah pun menutup telepon.

Om Bono yang mungkin merasa bersalah pun membuka keheningan di mobil ini.

Om Bono : Dek Aysah, kamu ga boleh begitu ama Ibu kamu, pasti dia kangen ama kamu. Tadi Om bohong kok, Rengat ga seperti itu, Rengat itu ibukota kabupaten, kotanya memang ga gede. Mall, Bioskop, supermarket memang ga ada, tapi minimarket udah banyak. Danau Raja itu deket kok dari pusat keramaian, paling 5 menit udah nyampe pusat kota.

Bang Jali : Nanti abang antar kok sampai depan rumah, di sini mah ga usah takut, nyasar paling ditanayain orang lewat terus diantar sampai depan rumah,

Aysah : #MasihMenangis

Om Bono : Kamu jangan begitu ama Ibu kamu lagi yah, kamu udah berapa lama ga ketemu Ibu?

Aysah : Lima tahun, sejak Ibu cerai ama Papa 5 tahunan lalu

Om Bono : Apalagi udah lama ga ketemu, Ibunya pasti kangen. Ibunya sekarang pasti lagi masak makanan kesukaan kamu, perjalanan kita memang jauh, kamu pasti capek, nanti pas ketemu Ibumu pasti capeknya hilang

Aysah : Iya om, ibu lagi masak patin ama bikin kue, nanti pas ketemu Ibu capeknya juga hilang, Tapi capek nih, kok ga nyampe-nyampe, masih lama lagi bang?

Bang Jali : Sejam lagi lah, kan ini pelan-pelan sambil dengerin Neng curhat #KetawaGenit


Pasti Anda heran, kok Ko Aseng ga ikutan? Iya Ko Aseng cuma sibuk mendengar sambil cekikikan, ngumpulin ide untuk nulis ini. Ko Aseng sebenarnya ingin memberi nasihat dan informasi, rumah Ko Aseng lah seperti deskripsi Om Bono, kiri kanan sungai dan hutan, bagi sebagian orang kalau mau belanja harus mengayuh perahu, ga ada minimarket.. Kurang lebih nelangsa kayak kampung-nya Ko aseng, makanya Ko aseng diam aja.

Ko Aseng berpesan "Buat Anda yang sedari kecil hidup di perkotaan, jangan berpikir kalau hidup di kampung itu pasti buruk. Orang di kampung itu pasti ga bahagia, internet aja ga punya, bagaimana mau hidup bahagia? Opini masyarakat perkotaan ini mau diluruskan oleh Ko Aseng, yang used to be anak kampung dan telah lama hidup di kota tapi ga malu (tetap) jadi anak kampung.


Terlahir jadi anak kampung ndak salah, mempunyai perilaku orang kampung juga ndak salah
Terlahir jadi anak kota bukanlah anugrah, perilaku anak kota juga belum tentu selalu benar.

Anak kampung atau kota itu relatif. Bahagia juga relatif. Baik dan benar itu relatif..
Yang saat ini benar belum tentu nanti tetap benar, yang salah saat ini belum tentu nanti tetap salah
Yang saat ini jadi orang kampung, belum tentu tidak sukses dibandingkan orang kota
Orang kampung biasanya memiliki attitude yang lebih sabar dan legowo
Hidup less stress, dan bersyukur apa yang dimiliki saat ini.

Wednesday, January 21, 2015

Sakit itu TJANDU

Rasa sakit itu 'TJANDU'


Walau tahu akan sakit, tetap terus dipertahankan

Walau sulit dipertahankan, tak bisa 'tuk dilepas

Walau mudah untuk melepaskan, terus kau genggam erat

Walau telah tak bisa menggengam, kau tahu akan sakit


Siapa yang akan menyakitimu jika dia kau tak pertahankan?

Siapa yang layak kau pertahankan, bila dia kau lepaskan

Siapa yang bisa kau lepaskan, jika kau tak genggam erat

Siapa yang terus kau genggam, bila kau tah tahu rasa sakit


Rasa sakit itu 'TJANDU'


Seperti Rokok

Seperti Alkohol

Seperti Opium

Seperti Morfin


Rasa sakit itu 'TJANDU'


Candu tak berbekas, tak terlihat

Candu tak kau harap, tapi enggan kau birkan


Rasa sakit itu 'TJANDU'


Kau tak pernah harapkan tapi dia selalu hadir



Bahagia itu SEMU


Senyum sumringah di balik luka


Rasa sakit itu 'TJANDU'