Friday, February 24, 2012

Dee, Can be Angel?






 Apakah kalian pernah dengar tentang 3 Little Angels? Atau Angel's Heart Campaign?

Yah buat Anda yang tidak aktif di social media, khusus-nya di Twitter, gerakan ini mungkin terasa asing bagi Anda. Mendengar mungkin saja ga pernah.. Saya sebenarnya tidak begitu mengenal dengan baik gerakan ini, setahu saya "3 Little Angels(@3_Little_Angels)" ini diprakarsai oleh mbak @justsilly dan kawan-kawan, yang juga pemrakarsa "Blood For Life Indonesia(@Blood4LifeID)" di Twitter, sungguh mulia apa yang telah mereka lakukan sejauh ini. Amazing, di tengah kesemrawutan moral warga Indonesia, mereka memulai benih-benih 'Angel' di masyarakat.

Bagi sebagian orang kesempatan berbuat baik mungkin akan selalu dikejar, selalu dicari untuk bisa membantu orang lain. Namun bagi sebagian lainnya, orang yang sedang mencari dana sebaiknya dihindari, selalu berusaha menolak untuk memberikan sumbangan, tapi kita tidak bisa menyalahkan daripada memberikan sumbangan dalam materi namun tidak ikhlas. Ada pula yang ingin memberikan sumbangan tapi tidak memiliki uang atau waktu yang bisa diberikan. Yah, semua punya permasalahan masing-masing. Dari pengalaman-pengalaman inilah, saya berusaha untuk menempatkan diri untuk selalu bersumbangsih bila memiliki kesempatan untuk membantu, karena kesempatan untuk membantu orang tidak selalu tepat waktunya, sediakan waktu dan materi untuk membantu orang lain.

Kesempatan untuk ikutan dalam gerakan ini pun terbuka, secara tak sengaja melihat tweet dari mbak @justsilly mengenai Angel's Heart Campaign. Lagi dibuka donasi, minimal Rp. 150,000 akan mendapatkan souvenir berupa kaos cantik "I have an Angel's Heart", yah tanpa pikir panjang Dee langsung menghubungi nomor telepon yang tertera dengan donasi, yah rahasia yah jumlahnya :D Setelah transfer tanggal 8 Februari, saatnya menunggu tanggal 19 untuk pengiriman kaos kece ini.

Sebelum tanggal pengiriman untuk para donatur, terlebih dahulu Admin mempromosikan kaos kece ini dengan mengajak para selebriti. Satu persatu avatar twitter mulai berganti memakai kaos kece ini, ah makin ga sabar nunggu kaosnya nyampe. Dan finally tanggal 21 Februari 2012, pulang kantor, ada paket yang nongkrong di keranjang baju, tak lain tak bukan adalah paket yang ditunggu-tunggu ini. Setelah mandi, klak klik, dapatlah beberapa foto. Yeah ga mau kalah langsung ganti avatar twitter. Bahahaa.... sok eksis dan kece banget dah.. Soalnya masih banyak yang belom terima paket-nya, jadi yah saya duluan nangkring dimana-mana :))

Yah setelah make kaos ini, tampangin dimana-mana ada yang tanya "apaan itu?" Yah saya jelaskan apa yang saya ketahui, mengajak mereka untuk berpartisipasi juga. Dan mengucapkan terima kasih bila mereka ingin ikut terjun juga membantu saudara-saudara kita. Seperti kutipan dari Buddha Gautama yang intinya berbunyi "Setiap orang bisa menjadi Buddha, setiap orang mempunyai benih-benih ke-Buddha-an di dalam diri mereka sendiri". Sebagai seorang Buddhist, saya yakin setiap orang memiliki benih ke-Buddha-an, benih ini yang akan tumbuh dan berkembang di pribadi masing-masing. Hidup di tengah masyarakat luas, melihat kesusahan, butuh pertolongan, sudah saatnya kita untuk bertindak. Lakukan apa yang kita bisa lakukan untuk membantu orang lain, tidak usah menunggu kapan, sekarang lah saatnya. "Are you the next angel? Are you ready be the new angel in this world? Yes, everyone can be angel!"

Thursday, February 23, 2012

Dee, Talent Terpendam

19 Februari 2012, badan terasa capek banget setelah semingguan kerja lemburan. Yah kerjaan Dee yang baru ini mengharuskan Dee meluangkan waktu lebih banyak untuk pekerjaan yang gitu-gitu aja. Suatu keputusan berat dan cukup berani bagi sebagian orang, Dee entah selangkah ke depan atau mundur ke belakang. Tapi karena hidup ini berat, Dee lakukan saja kesempatan yang ada. Cukup kesal memang, dibohongin sudah cukup lama, tapi lama-lama ga tahan juga. Yaaah kalo diceritain semuanya bakalan kaget, tapi semua sudah terjadi, hidup Dee telah berubah, banyak gosip ga sedap beredar, kalo yang denger konfirmasi aja yah ;)

Istirahat di kasur, makan, tidur, nonton TV seharian, yah indahnya minggu ini walaupun tak ada kegiatan berarti. Lihat-lihat project bentar, besok ajalah melanjutkannya, udah malas banget.. Udah jam 01:00 tiba-tiba ada temen BBM, minta diurutin, ototnya dah cedera cukup lama, udah berbagai tukang urut masih belum bener. Kebetulan Dee pernah ngurutin kaki-nya yang keseleo dan berhasil menyembuhkannya. Setelah ke berbagai tukang urut, dan hasil ga maksimal, dia pun ingin Dee mencoba membatunya untuk proses recovery. Temen satu ini emang gym-freak, aerobiker sejati, udah sering menang lomba dimana-mana, sehari bisa 4 kelas di gym, bisa ikut 5 kategori dalam satu event. Salute di tengah kesibukan kerja, dia masih sempat aja!

Setelah pertanyaan cukup alot di BBM, dan Dee ga tau alamat rumahnya yang pasti dimana, dan itu udah larut malam, diputuskan dia akan mendatangi kos Dee. Pukul 01:30 WIB, mata masih melek sih, ga ngantuk sama sekali... Yah mulailah tangan Dee menari-nari di kaki dan pahanya :)) *jangan pada piktor ye LOL. Wah ini emang bener-bener udah kacau banget urat-urat dan otot-nya, dengan cream andalan Dee, dan minyak rahasia dan jumawa milik Dee, proses pijat atau urut pun dilakukan, teriakan-teriakan tertahan pun tak terhindarkan, karena udah cukup larut malam takut mengganggu orang yang sedang tidur. Yah karena ini hari pertama, pressure yang Dee berikan soft-medium saja, walaupun begitu cukup menyakitkan sampai teriak-teriak tak terhenti. Saat peregangan akhirnya dia pun tertidur keasyikan! Sigggh.. Sedikit demi sedikit, mulai di-recovery hingga tangan Dee terasa cape, sekitar pukul 03:30, siggh hampir 2jam.. Saatnya tidur. .

Keesokan harinya Dee menanyakan bagaimana kabarnya. Ternyata pijatan kemaren cukup ngefek, dia susah jalan, semuanya terasa pegel,, Dee saranin untuk istirahat seharian, jangan ng-gym dulu di hari itu. Tanggal 20 February, janjian lagi untuk diurut, kali ini Dee akan memberikan medium pressure, benerin lagi hamstring dan urat-urat serba berlilitan dipangkal paha. Cukup berat dan membutukan energi yang cukup besar untuk memijat diantara otot-otot keras diantara paha. Kali ini teriakan kesakitan pun tak tertahan lagi, jeritan demi jeritan, tapi dia meyakikan kalo Dee benar-benar bisa membantunya, soalnya setelah urut yang pertama kali, dia berasa kakinya lebih enakan dibandingkan sebelumnya. Konsen utama hari ini adalah membenarkan urat-urat yang dipangkal paha, sehingga 'kick' aerobic-nya akan semakin oke. Persiapan lomba aerobic di minggu ini. Fuuuh.. Dee sih ingetin aja jangan terlalu dipaksa, setelah tawar menawar dia janji lomba aerobic terakhirnya minggu ini, dan akan proses penyembuhan total sebulan.

Hari Selasa, dia latihan lagi, setelah strecthing yang cukup, semuanya berjalan dengan lancar, teman-temannya agak kaget, dia sudah bisa melakukan kick-kick lagi. Eh, tau apa yang terjadi, dia promosi 'Temen gw bisa urut, dia yang ngurutin, lihat kan sekarang, gw udah mendingan'... Bah.. malu dah kalo ketemu ama orang. "Dee tukang pijet", kalo nyampe ditelinga nyak Dee gimana ini! Bahahaa.. Tapi emang talent terpendam ini Dee miliki sejak di rumah, Dee emang sering jadi tukang pijat kalo dirumah, teruma untuk yang pusing-pusing dan masuk angin. Ga tau belajar darimana, tapi kalo tangan ini udah nyentuk badan orang, bisa deteksi lah kemana-mana untuk mencari sesuatu yang tidak benar. Yang pernah dipijet ama Dee, setuju ga? *awas kalo ga setuju, ga dapat pijet gratisan lagi. Sambil mijetin, Dee juga ngajarin sedikit teknik mijat sederhana ala Dee, ga perlu ribet untuk pusing-pusing dan masuk angin. *yang mau tau, rahasia perusahaan! :p

Dari sekian banyak yang dipijat, banyak yang bilang kalo pijatan Dee itu ENAK, soft-medium tapi 'ngena', ga perlu sakit-sakit dan lama-lama, tapi langsung cuuus. Tapi banyak yang komentar sakit sih, padahal yah setidaknya cuma level soft-medium, ga harus 'hard' di tempat-tempat pijet, tapi ga berasa apa-apa. Dee emang suka dipijat, tapi kebanyakan terapis itu ga ngerti apa-apa soal pijat, ga punya bakat untuk mijat, Dee sering complain *maklum yaah soalnya bisa mijetin orang gratisan! hahahaa

Dan hari ini tanggal 22 Februari 2012, setelah pulang dari kantor, janjian lagi makan malam dilanjutkan dengan pijat pertemuan ketiga. Dee udah janji, hari ini pijetannya naik level. Awalnya dia kira bakalan sama lah dengan sebelumnya, tapi sayangnya nga, kali ini udah bukan level medium, tapi medium-hard, cukup menguras tenaga emang, setelah mijetin laper gileeer! Kali ini fokus beresin urat-urat di paha dan pangkal paha, sumpah dah mijetin yang dagingnya 'keras' dan otot semua itu ga gampang, usaha perlu extra *perlu dikenain extra charge nih (padahal gratis). Kali ini teriakannya lebih parah, semua sumpah serapah keluar, ga tertahan lagi. Dee sih kasihan, tapi gimana lagi, dia bandel mau aerobic terakhir sebelum vakum katanya di Medan :))

Ya udah, segala proses penyembuhan biar cepet Dee lakukan semaksimum mungkin, sambil kasih tau, agar lebih hati-hati dan jangan terlalu dipaksa. Soalnya Dee ga selalu punya waktu untuk membantu, kebetulan aja sekarang ada waktu. Mungkin setelah event Medan, Dee akan meluangkan waktu setidaknya seminggu sekali lah untuk pasien kali ini. Dee cuma pesan, jangan kasih tau temennya yah, Dee ga nerima pasian, bingung juga kal ditanya harus bayar berapa ke Dee, Dee ga terima uang soalnya. Hari ini sudah treatment ketiga, sepeserpun uang dia ga Dee terima, bukannya sombong, tapi kalo dikomersilkan nantinya Dee bingung gimana. Walaupun I know that I got the talent, tapi sulit dapat image tukang pijat, apalagi banyakan pijat++ sekarang :))

Udah malam nih, sekian cuap-cuap hari ini. Bila ada yang mengalami keluham salah urat atau keseleo boleh hubungin Dee kok, kita set aja waktu yang cocok, sebisa mungkin Dee akan bantu. Kesempatan membantu orang itu priceless.... Ciaoo....

Monday, February 13, 2012

Dee'eng

Beberapa kali ingin menginjakkan kaki di Dataran Tinggi Dieng terlanjur batal dikarenakan satu dan dua hal, akhirnya dengan semangat membara dan modal nekat merencakan lagi akan ke Dieng, seorang diri pun akan ditempuh. Ehtapi nasib berkata lain, ada teman yang akan ikut, pokoknya Dee nyari yang jumlahnya genap dan menjelang H-7 akhirnya jumlah peserta ganjil, sisa 3 orang yang akan bertarung. Tanya  punya tanya, ternyata si Ondy ga pulang kampung pas lebaran, yaah saatnya Ondy di ajak lagi buat travelling bareng, setali tiga uang, si Ondy pun setuju mau ikutan.

Modal nelpon dan trust doang dengan Ibu Siti, warga lokal Dieng, untuk booking homestay dan mobil rental yang akan kita pake nantinya. Berdasarkan referensi di beberapa website Dieng itu cukup terpencil, akhirnya pikiran pun macam-macam apa yah jadinya tinggal di homestay. Setali tiga uang juga, 4 orang yang akan pergi ini modal nekat berpetualang ke Dieng, dan berpikiran homestay-nya bakalan berkondisi seperti di "Jika Aku Menjadi", yah kita sudah menyiapkan mental untuk kemungkinan terburuk. Hahaha..

Setelah booking dan DP kelar, saatnya mencari tiket bus, kita memutuskan naik Malino Putra dengan bus Executive, tapi sayang beribu sayang, ternyata yang dari terminal bus Grogol sini sudah tidak ada lagi, pilihan lain kalo ga Kalideres yah di Pulo Gadung, mau ga mau yah kayaknya Pulo Gadung lebih oke dibandingkan Kalideres, secara salah satu temen tinggal di sekitar Bekasi dan sering bolak balik ke Kelapa Gading.

Perjalanan pun dimulai dengan naik TransJ ke Pulo Gadung, ohmak serem banget ini terminal, dengan modal nekat dan tanya sana sini, eh disana calo semua!!! Siggggh.. masa mau masuk ke terminal kudu bayar!!!!! Sejak kapaaan??! *zoom in zoom out* Ya udahlah daripada ribet-ribet mendingan yaaah bayar aja lah daripada urusan makin panjang, bermasalah dengan preman. Setelah tanya sana tanya sini, jeng jeng.. ternyata Malino yang ke Wonosobo ga di terminal ini, harus pergi ke Pusat Grosir Cilincing (PGC), ya udin, naik angkot dari terminal Pulo Gadung ke PGC *adooh udah lupa angkot nomor berapa! Serem boooo masa angkotnya dipukul-pukul ama preman suruh jalan mana Dee duduknya di deket jendela, kaget sejadi-jadinya.

Sesampainya di Malino seberang PGC, permasalahan tidak selesai sampai disitu, masih ada lagi aral yang melintang. Bus tanggal 26 Agustus yang akan kita naekin tidak ada, yah mau ga mau di 27 Agustus deh, eh ga taunya yang executive ga ada juga, sisa kursi cuma 5 biji paling belakang. *jeng jeng.. ambil ngak ambil ngak. Karena udah kebiasa nae bus atau travel jejel-jejelan dan setelah diskusi 30 menit akhirnya ambil juga deh, karena lagi suasana mudik harga tiket naik drastis! Tapi apa mau dikata, ambil juga deh biar jadi liburan ke Wonosobo-nya.

Tanggal 27 Agustus, bertepatan dengan hari ulang tahun Dee, setelah makan-makan dengan Ondy dan teman lainnya di Hongkong Cafe, belanja persediaan makanan selama di bus di Carrefour, mandi bentar, Dee dan Ondy pun bersiap ke arah Pulo Gadung dengan TransJ. Tapi kita turun di halte Asmi dan melanjutkan perjalanan ke PGC dengan taxi karena kita rasa lebih aman, apalagi di musim mudik begini. Serem juga, mengingat yah bukannya rasis, kita kan bermata sipit di terminal Pulo Gadung XD

Setelah janjian dengan Muliadi dan Dini, berangkatlah kita ke PGC, masuk ke 'mall'-nya bentar beli ice lemon tea dan numpang WC yang kudu bayar, lalu naiklah kita ke bus Malino. Perjalanan keluar bekasi tak terlalu ramai, nightmare mulai di mulai di Pukul 20:00, padat susah bergerak, jalanan kayak siput, terus menerus hingga Karawang, terus apalah itu namanya, dimana itu Dee dan yang lain juga tidak tahu, stress berkepanjangan tiada henti, ini bener-bener namanya mudik. Kirain udah setengah perjalanan nyampe pit stop pertama sekalian buka puasa, ternyata eh ternyata!!! itu seharusnya ditempuh dalam 3 jam perjalanan, tapi kita udah 11jam! Beeeuuh, seharusnya kita nyampe itu cuma butuh 12 jam!!!! Wakakkaka.. Di pitstop ini, kita makan makanan yang ga enak, nasi rendang 3 porsi + teh botol 3 harganya Rp. 100,000.-! Gileer mahal bener, mending kalo enak, ini rendangnya ga layak makan, tapi karena udah lapar akhirnya yah makan juga. Pit stop kedua di jalur Pantura kira-kira pukul 07:00, akhirnya makan Pop Mie karena lapar banget dan tidak ada makanan yang lain, malu juga awalnya kan seharusnya yang lain puasa, ehtapi yang lain pada makan juga, jadi yah sebodoh amatlah!! Hahhaa.. Pelan tapi pasti bus pun berjalan, lewatin satu persatu, Cirebon macet total. Si Ibu Siti udah khawatir kok kita ga nyampe-nyampe, seharusnya kan udah nyampe, tapi kok?! *matilah, baru nyampe mana ini!! Setengah perjalanan pun belum! Jam Pukul 12:00 nyampe juga di Cirebon!!!! Lanjut deh, eh tapi di Brebes macet total, seharusnya 2 arah 2 jalur, dijadiin 2 arah 3 jalur, ga ada yang mau ngalah, stuck ga gerak. Untungnya polisi cekatan, atur lalu lintas, yang salah dimarahin doang, tidak ditilang sih hehehe..

Yah pelan tapi pasti bus pun mulai bergerak, udah pukul 17:00 dan kita belum nyampe Wonosobo padahal kita udah seharian di bus! Hahaha.. Singgah bentar buat pipis dan makan bakso, udara udah mulai dingin!! So exicted dan baksonya enak sekali dengan harga Rp. 7,000.- Katanya tinggal 2 jam lagi! Yeay! Mulai gelap, Banjar Negara, Purwakarta, satu satu kota mulai di lewatin, makin gelap, jalan udah susah kelihatan, lampu di bus dimatiin dan warga Wonosobo ceritain yang serem-serem tentang Dieng, bulu kuduk merinding. Sialan setan-setan pada berkumpul di bus! Eh di belakang sisa kita doang, yang lain udah pada mulai turun!!! Udah mulai ga enak, Dee pun ngajak yang lain pindah ke depan dengan alasan biar mau turun gampang! *padahal emang 'banyak' yang pada datangan. Total perjalanan 28 jam! Hahaha.. Seharian lebih di dalam bis. Dikasih tau, sampai di Plaza Wonosobo minta turun, darisana akan di jemput ama suaminya Ibu Siti. Ibu Siti baik banget, setiap jam ditanyain, makasih banyak loooh! Suasana perjalanan bisa dilihat di gambar berikut sekalian Dee tambahin trek perjalanan pulang dari Dieng ke Wonosobo, kalo trek Wonosobo Dieng ga kelihatan apa-apa, soalnya sudah malam, gelap! Cuma berasa banget tanjakan dan belokannya curam dan cadas-cadas, jadi yah pas trek Dieng ke Wonosobo di pagi hari, kita melihat segalanya! Trek nya ngeri banget!!!!

Sunrise pertama di tengah jalan, macet parah


Suasana macet menuju Cirebon

Hamparan sawah hijau selam perjalanan setelah Jalur Pantura

Dieng-Wonosobo

Berkelok-kelok dan penuh kabut



Belokan tiada henti



Setelah nyampe di tempat pertemuan, kita pun mulai berasa lapar, kita pun minta diantar ke restoran yang menyediakan Mie Ongklok, katanya sih wajib dikunjungin kalo ke Wonosobo. Karena sudah agak malam, hampir pukul 21:00, sudah banyak restoran yang tutup. Warung Mie Ongklok yang legendaris pun sudah tutup, akhirnya kita dibawa ke restoran yang cukup mewah, Resto Ongklok, tapi harganya jauh dari mahal, murah meriah sampai kita pun gelap mata pesen makanannya. Apalagi sudah seharian tak makan enak! XD

Menu Resto Ongklok

Dee and Ondy, belum mandi >24jam

Susu Jahe

Mie Ongklok super pedes!

Sate, Mie Ongklok, ayam bakar, apapun semuanya di jajal


Setelah makan di restoran Mie Ongklok, kita pun dibawa ke Dieng, suasana dingin mulai menyeruak di tengah malam yang memang dingin. Jaket tebal, scarf, sarung tangan, yah dingin sangat, tetap menggigil. Nyampe di Dieng, kita dibawa ke gang sempit, pikiran mulai aneh-aneh, gimana kondisi homestay-nya!!! Wah jangan kayak jika aku menjadi deh! Kami sudah terlalu capek. Nyampe di Homestay Edelweis, rumahnya tak terlalu gede, ibu Siti menyambut kami dengan ramah. Kita disediain teh panas untuk menghangatkan badan, karena sudah terlalu capek dan besok pagi kita ingin treking ke Gunung Sikunir, kita pun minta waktu untuk istirahat cepat dan bersihkan diri secepatnya. Ga bisa basa basi dulu, layaknya di homestay. Jujur, homestay ini sangatlah nyaman, dengan harga Rp. 350,000.- kita sudah menyewa satu lantai diatas, yang bisa nampung 6 orang dan dapat tidur dengan nyaman. Jaket bisa pinjem, sarung tangan, penutup kepala, semuanya bisa pinjem, selimut unlimited, dan tentunya ada water heater. Ga mungkin kan di cuaca yang belasan derajat, ga pake water heater? Mendingan ga usah mandi dah! Setelah seharian ga mandi, akhirnya bisa mandi air hangat, rasanya sedap betul, badan berasa enteng, segala beban lepas. Ehtapi cek BBM dulu mau eksis, ternyata sinyal XL kagak ada di Dieng, adanya Telkomsel tapi udah bisa 3G! Wooohooooo! Ternyata ada pertandingan MU vs Arsenal dan MU menang gede 8-2! Keren banget, abis itu kasih tau semua orang kalo XL ga ada sinyal Dee pun tidur, besok jam 4 mau naek ke Sikunir! Sekalian Dee sertain foto-foto di homestay, disini setiap homestay harus disertifikasi oleh pemerintah setempat lho!

Homestay Edelweis

Sertifikat Homestay Edelweis



Duo travel buddy

Kentang Dieng, sumpah enak!


Ngajarin Ondy planking yang baru in saat itu ke Ondy

Planking (pemanasan)

Planking di puncak Sikunir (2300 diatas permukaan laut)

Planking di entrance Sikunir

Planking di telaga entah apa namanya
Pukul 04:00 saatnya bangun, bersih-bersih dan bersiap ke Sikunir pukul 04:30, kira-kira 30 menit untuk mencapai puncak. Kita dibawa oleh guide kita, Dee udah lupa nama mas-e, ke puncak Sikunir. Ditemanin  lampu darurat yang dibekali oleh ibu Siti, kita pun mulai mendaki puncak Sikunir. Awalnya cuma berasa seperti treking di Safari Track (Track 3-9km) gitu doang, eh tapi makin ke atas makin menanjak dengan tanjakan yang curam dan tanpa ada pembatas jalan, dan tak keliatan jalan mana yang harus dilewatin, alhasil di tengah pagi buta yang gelap dan bermodal senter itu Dee dan Ondy menginjakkan semak belukar, apa aja lah, hingga benar-benar ngos-ngosan. Sedangkan Muliadi dan Dini jauh tertinggal di belakang dan ditemanin mas'e. Dengan sisa kekuatan yang ada, bersama bule-bule yang ditemanin oleh guide mereka, kita nyampe di puncak. Udara makin tipis dan kita lupa bawa air minum! Dee dehidrasi, kehausan, kehabisan napas, blackout, hampir pengsan kekurangan air dan oksigen. Untungnya ada yang camping di puncak Sikunir, minta air mereka yang tersisa sedikit, oalah segarnya! Segar airnya masih berasa di tenggorokan! Ga kebayang deh kalo ga ada air itu, bisa pingsan kali. Setelah agak segeran, ga lupa foto-foto, tapi cuma sedikit aja fotonya T_T Setelah itu ngobrol bentar dengan para hiker lainnya, ternyata hari ini ada 5 orang yang berasal dari Malaysia, udah cukup berumur sekitar 40 tahunan ke atas. Mereka agak surprise juga melihat Dee di atas, mereka kira orang Malaysia juga :))

Asik berfoto, nyebrang ke puncak yang lain, mas'e bingung ngelihat kita ga ada, ternyata Dee ama Ondy terlalu naik jauh ke atas, pantesan trek-nya itu udah ga manusiawi, memang bukan untuk dilalui wisatawan! Hahaha... Sedangkan Muliadi dan Dini, menunggu di puncak satu lagi yang ga terlalu tinggi, mereka ga sanggup untuk naik ke atas lagi. Setelah puas liat sunrise dan berfoto di puncak, kita pun turun, tidak lupa foto bareng lagi. Sekiranya cukup, kita pun turun, ya masya oloh trek yang kita naikin tadi pagi itu sungguh curam banget, licin karena abis hujan juga. Cukup berbahaya, pokoke jangan pake sandal, pakelah sepatu yang tidak licin, sangat beresiko kalo memakai sandal. Sesampainya di entrace Sikunir, wah view-nya bagus banget, kolamnya bagus, dan tidak lupa foto-foto lagi! Walaupun ditemanin pupuk kompos ayam yang bau-nya ajubile lebih parah dari terasi tapi mau gimana lagi, kiri kanan semuanya ladang kol dan kentang, jadi pupuk dimana-mana! I enjoyed it.

Nunggu Sunrise

Gunung Dieng yang katanya meletus

Bulatan-nya pecah, agak mendung :(

udah kehabisan nafas, segarnya aer minta sama yang kemah disono masih berasa :))

Ga kuat, dingin!!!!

Setelah hampir semaput


Worth it, treking sampai ke atas

I'm in Love with Dieng

Kabut

Full team. Seharusnya treking sampai disini, Dee ama Ondy jauh naek ke atas

Setelah pagi, trek-nya sih NGERI!!!


Yeay! Sikunir kita taklukkan

Ga hujan, untung banget.





Setelah dari Sikunir kita langsung melanjutkan perjalanan ke kawah apa itu namanya, sudah melupakannya. Pokok'e kawah'e katanya bisa berpindah-pindah sumber belerangnya. Cukup unik dan cukup mistis karena seringnya orang yang bunuh diri, nyemplung ke air panas penuh belerang ini. Sambil foto-foto ga lupa pake pose unik+gila! hahaha Setelah dari kawah kita berangkat ke museum Dieng yang letaknya ga terlalu jauh, disini ga ada apa-apa, cuma ada gedung teater yang mempertotonkan Dieng dalam 20 menit saja. Yah karena masih pagi dan sepi, kita berfoto-foto lah ga karuan mumpung ga ada yang lihat. Setelah asik berfoto, kita memutuskan untuk pulang ke homestay terlebih dahulu, udara udah cukup panas dan badan udah keringetan lengket akibat berkeringat mendaki Sikunir.

Setelah mandi dan malas-malasan dan makan Carica, perjalanan dilanjutkan ke Telaga Warna. Di pintu masik Telaga Warna dan Gua Semar dll, petugas yang menjaga loket tidak percaya kalo kita turis lokal. Sang guide kekeuh mengatakan kami dari Jakarta, turis lokal, sang petugas kekeuh mau memberi rate wisatawan mancanegara, akhirnya kita di dalam mobil pun ikutan bicara, mas kami dari Jakarta, bisa bahasa Indonesia lancar, kok masih dianggap turis mancanegara? Akhirnya petugasnya ngalah juga, ngasih tiket turis lokal Rp. 20,000.- untuk 4 objek wisata, ini rate lebaran, tarif dinaikkan. Mungkin karena kita berdandan mirip orang Korea *padahal waktu itu boyband belum IN. Tapi masih murah sih, Telaga Warna benar-benar Amazing! Suka banget suasanya, penuh pohon, asri, telaganya 3 warna, bersih dan tentunya udaranya segar. Setelah dari Telaga Warna, kita lanjutkan ke Museum Prasasti Dieng, banyak koleksi yang sudah tidak terurus, prasasti yang sudah rusak, dan tidak terawat. Prasasti ini dipindahkan dari candi-candi yang ada di Dieng karena sering dicuri, terutama kepalanya. Koleksi prasasti di taruh saja tanpa ada petugas yang 'benar-benar' menjaganya. Sungguh menyedihkan, dan disini aura negatif kuat sekali, jangan terlalu lama yah disini, energi keburu diserap.

Setelah kunjugan ke museum prasasti, dan sangat terkuras energi, perut pun lapar. Di Dieng tidak ada makanan yang 'enak banget', makan apa yang ada saja lah, jangan terlalu memilih disini. Makanan yang dijual disini cuma enak dan susah untuk dimakan :)) Tapi karena perut lapar mulu, tetep dipaksa kalo susah dimakan, anggap saja enak ^^. Setelah makan, perjalanan kita lanjutkan ke Kompleks Candi Arjuna, disni ada 5 candi yang berdiri kokoh, Dee lupa namanya (lagi), dan masih ada beberapa yang dipugar dan dicoba untuk disusun kembali. Kabarnya udah 10 tahun batu berserakan tak terurus, karena para ahli juga bingung untuk menyusunnya kembali, kemungkinan batu-nya udah tidak lengkap lagi kali yah?

Tetap yah dimanapun, si Ondy dengan pose anehnya



Tendang-tendagan di Dieng

Dee Yoga, Ondy Chibi (FYI gaya dagu Chibi belum terkenal waktu itu!)

Telaga Warna

Telaga Warna

Pose dulu biar kayak artis Korea

Kompleks Candi Arjuna



Setelah kunjungan candi selesai, perjalanan kita lanjutkan ke salah satu kawah yang cukup fenomenal di Dieng, karena seringnya orang yang jatuh ke dasar kawah yang membuat bulu kuduk merinding. Sesampai di puncak kawah, terdapat dipan kotor nan tak terawat, sesampai diatas, tiba-tiba saja seorang bapak-bapak yang berpenampilan seperti *maaf* Doby dengan tubuh yang lebih tinggi, telinga yang tidak lebar, lebih itam, berambut acak-acakan dan kulit sangat keribut. Kita cukup kaget tiba-tiba disamperin sama dia, ada apa tiba-tiba dia naik ke atas, guide kita tidak ada disini. Dee panik sejenak!!! Semuanya menghindar..  Sang bapak yang lari tergopoh-gopoh tiba-tiba meletakkan batu di lantai *mati makin kaget aja.... Jeng jeng.... Tiba-tiba guide kita muncul, dia pun menjelaskan legenda disini. Kenapa kita disediain batu disini, menurut kepercayaan, yang berhasil melempar batu hingga ke tengah kawah, permintaannya akan terkabul. Yah kita cobalah sekuat tenaga, berkali-kali, ga ada yang berhasil sampai ke tengah, cuma dipinggir saja! Ah masih belum hokinya. XD

Setelah melempar batu dan memberi tips kepada sang bapak Doby, kita dikasih tau kalo terlalu banyak memberi tips-nya, tapi gapapa, sang bapak sungguh kasihan. Dia bisu, kerjaannya mencari rumput dan membawa batu ke atas dipan, kasihan sekali. Setelah dari kawah yang auranya makin menyeramkan dan ga enak, perjalanan kita lanjtukan ke kawah yang cukup terlarang, karena masih memiliki belerang yang beracun. Kawahnya jauh lebih gede dan tidak terawat sama sekali, sebenarnya tidak terlalu dianjurkan untuk ke tempat ini, bukan dibuka untuk umum, hehehe.. Tapi guide kita membawa kita kesini, katanya biar bisa liat kawah belerang yang lebih gede disini. Dari atas saja terlihat kawah ini cukup gede, dengan asap menggepul dan berwarna hitam. Setelah diskusi panjang, untuk turun apa ngak, akhirnya diputuskan untuk turun. Jalan setapak dan tangga yang curam dan kecil, cukup menyulitkan untuk turun. Setelah sampai dibawah, sebenarnya tidak ada yang bisa dilihat, cuma mau melihat kawah lebih dekat saja. Sesampai dibawah, aura-nya pun mulai beda, tiba-tiba angin bertiup kencang, asap dari kawah mengarah ke kami. Segera kita memutuskan untuk meninggalkan tempat ini, karena asapnya kabarnya beracun.

Kita pun kembali ke homestay untuk bobo cole.. Sebenarnya berencana untuk sunset, tapi apa daya bangun dan keadaan hujan dan pada sibuk untuk persiapan lebaran *yang ga jadi itu*, kita pun tertidur hingga pukul 7 malam. Suara kembang api dan mercon membangunkan kita, dan segera mandi untuk cari makan malam. Dengan keluarga ibu Siti kita menunggu pengumuman dari pemerintah besok masih puasa apa udah lebaran :)) Padahal rencananya kita mau lebaranan di Dieng, namun apa daya, kita tidak diijinkan pemerintah, lewat deh hahaha.. Padahal masyarakat Dieng udah maen kembang api gede-gedean, besoknya diulang lagi sepertinya, hihihi,.. Akhirnya kita makan malam, setelah diskusi panjang, Ibu Siti ga mau membawa kami ke resto dadakan yang dibuka penduduk setempat, katanya tidak begitu bersih. Ya jadilah kita dibawa ke RM yang ga terlalu jauh dari situ, heran banget, semua makanannya keras! Bahahhaa.. Ikan goreng kok keras, ayam goreng kok keras, empal kok keras, sayur kok keras? Yah suhu Dieng membuat semua makanan menjadi keras, tapi kalo digigit ga keras sama sekali. Makanan rumah yang enak, kita yang seharian belum makan enak, makan menjadi jadi, nambah berkali-kali, ibunya sampai heran ~!

Setelah makan malam, kita memutuskan untuk jalan kaki keliling Dieng, ternyata daerah yang padat penduduknya itu ga terlalu banyak, beli snack sambil jalan-jalan, dan diskusi panjang ga tau arah, karena semua gang terlihat sama. Kita pun bikin games, di tengah kegelapan malam, satu orang memimpin jalan, kalo nyasar kita balik ke daerah asal, tidak boleh nelepon Ibu Siti untuk dijemput! Ga ada yang benar, akhirnya bersama-sama kita pun berhasil menyelesaikan games ini, nyampe juga di homestay. Ngobrol bentar ama keluarga Ibu Siti yang sangat menyesali lebaran ga jadi! Hihihi.. Kita pun  menanyakan bagaimana travel atau bus yang menuju Semarang esok harinya, karena kita udah beli air ticket Semarang-Jakarta.

Keesokan harinya, kita bangun pagi, mandi dan dihidangkan Kentang Dieng Goreng, walaupun sederhana kentang goreng, tapi rasanya luar biasa. Kentang goreng yang paling enak, kadar airnya dikit dan ga berminyak sama sekali. Tanpa dikasih bumbu, kentangnya manis banget! Yah inilah kentang Dieng yang fenomenal itu, lezat. Setelah mengurus pembayaran homestay + sewa mobil, kita pun pamit untuk ke Wonosobo dan dilanjutkan ke Semarang. Di Wonosobo, masalah belum kelar, awalnya kita mau naik travel, tapi travel pada tutup semua, mereka kira hari ini udah lebaran! Hahahhaa.. Jadinya memutuskan naik bus umum tanpa AC, sepertinya kita diketok karena penampilan sipit kita, bus non-AC Wonosobo-Semarang diminta Rp. 30,000.-, padahal Dee liat sendiri, banyak yang hanya membayar 10ribuan :))

Sesampai di Semarang, masalah ga berhenti sampai disitu. Yah... Ada yang kecopetan, isi dompet tanpa uang, hanya kartu debit saja. Fiiiuuuuhh.. ribet deh ngurus blokir-blokirnya.. Setelah kelar, kita berenang-renang cantik di rumah Dian, menghabiskan waktu nunggu flight jam 7 malam. Karena rumah yang dekat dengan airport, hanya 5 menit saja! Uhuuuy! Rumahnya gedong banget, asik banget pokoknya... Makasih yah Dian.. Flight Semarang-Jakarta yang cuma 35 menit pun sangat mengecewakan, ini flight pertama Dee seumur hidup dengan Lion Air, dan selama boarding-terbang-landed di dalam pesawat PANAS! Dee udah complain ke pramugarinya, katanya mode-nya emang begini. Hah? Sejak kapan pesawat di udara panas begini, AC ga nyala, kerjaan di pesawat cuma kipas-kipas.

Nyampe di Soekarno-Hatta, kita disambut dengan kembang api, selama mau landing udah kelihatan sih kembang api dimana-mana. Setelah nyari taxi susah, Dee dan Ondy memutuskan naik Silver Bird, selama menyusuri tol, kiri kanan ku lihat saja kembang api. Wuiiiih begitu mantapnya pengalaman ini, naik Silver Bird disambut dengan kembang api di kiri dan kanan. Yah Jakarta menyambut kami setelah perjalanan panjang kami yang sangat menyenangkan! *belaga arteess. Hahhahaa... Kurang karpet merah aja nih menyambut Dee ama Ondy ke Jakarta lagi :))


Kawahnya super gede

Turunannya serem!
Intermezzo, selama jalan-jalan, dan rombongan kita ada couple, tidak lupa loh, fotonya bagus ga?

Foto Pre-prewed

Pasangan kayak perangko dimana aja

Tiket Bus Jakarta-Wonosobo Rp. 150,000.-/pax (Lebaran harga di naekin), 4pax = Rp. 600,000.-
Homestay Edelweis 2 malam (Rp. 350,000.-/night/satu lantai) = Rp. 700,000.-
Sewa Mobil 1.5 hari (PP Wonosobo-Dieng + tips) = Rp. 500,000.-
Tiket Pesawat Lion Air (@Rp. 325,000.-) = Rp. 1,300,000.-
Biaya masuk tempat Wisata @Rp. 30,000.-/pax =  Rp. 120,000.-
Bus Wonosobo-Semarang @Rp. 30,000.-/pax = Rp. 120,000.-

Total Rp. 3,340,000.- untuk 4 orang

Budget karena lebaran, diluar makan dan bisa lebih murah lagi bila Anda rajin dan ingin jauh berhemat, terutama sewa mobil dan pesawat, biasanya pada jalan kaki seharian di Dieng, Dee sih ga sanggup :))
Rencananya sih Dee mau kembali ke Dieng, kangen cuaca dinginnya! See you later Dieng!