Saturday, July 24, 2010

Renungan naif? Be Realistis!

Abis baca-baca diforum ditulis pengorbanan seorang lelaki yang kadang tidak diketahui oleh wanita, mau nyobain komentar deh, kayaknya yang nulis terlalu naif atau terlalu cengeng aja sih


1. Seorang anak laki - laki, dengan uang jajan seadanya.. diberi orang tua nya agar bisa makan di kantin sekolah, atau ongkos transportasi ke sekolah..

kalian merasa dia akan menggunakan semua uang jajannya?

dia selalu menabung untukmu selama tiap hari, menahan lapar, menahan segala ajakan teman untuk pergi bermain dan berharap cukup untuk mengajakmu pergi jalan - jalan di hari minggu nanti.., mungkin hanya sekedar nonton atau pergi makan,.. =)

lalu ketika hari minggu yang dimaksud, engkau jawab : " duh,.. sori ni kek nya aku gak bisa pegi sama kamu hari ini soalnya diajakin keluarga pegi... maap "

dah,.. kamu dah sukses menghancurkan perasaan, pengorbanan tu anak laki - laki.. mungkin mereka tak pernah menangis, atau pun curhat sama temannya,.. karna mereka itu jantan! mereka selalu menyimpan perasaannya seorang diri.


Kalo belum punya uang, belum punya penghasilan jangan coba-coba jadi ABG labil (ababil) untuk mau nraktir semua keperluan pacar cewe anda. Hello.. masih pacar, masih muda, kamu itu bukan bapaknya, ga perlu traktir semua keperluan dia. Kalau mau ditraktir semua, pacaran aja ama bokap sendiri, ditraktir tuh semuanya. Jadi cowo jangan terlalu bodoh, jadi cewe jangan terlalu manja. Perbandingan 50:50, kalo ga 65:35 masih wajar lah.. kalo diluar itu, walaupun sebagai cowo merasa kaya, cewe begitu ga bisa diandelin jadi pasangan hidup, MENDING PUTUSIN! Ke laut aje cewe ngarep ditraktir mulu!


2. Ketika beranjak dewasa, para wanita cantik hanya akan pergi sama cowo yang punya kendaraan roda 4.. ketika pria harus bersaing untuk mendapatkan dirimu, mereka akan lebih berhemat mati2an agar bisa mengajak mu untuk berkencan,..

ketika engkau mau d ajak pergi, dan kaget untuk pertama kali engkau dijemput memakai motor,..

lalu engkau menjawab
" duh rambut gw rusak nih,..."
" duh, siang bolong gini kamu ngajakin aku pergi... panas tau "
" duhhhh, debu, panas... laen kali aja deh ya ? "

mungkin engkau tidak sadar mengatakannya,.. tapi percaya lah.. hati mereka sakit..

Well, jadi cowo jangan terlalu bego.. mau kemana-mana dijemput? mau kemanapun di anterin? eh, ini pacaran ama tukang ojek apa supir sih? gapapa dijemput dianterin, tapi ga ke semua tempat perlu di anterin, tau batasan, tau pacar kamu juga sibuk, jangan asal minta temenin deh. Kalo comment panas, rambut rusak, debu, kembali ke point pertama yang sudah dijelasin diatas, makanya jangan traktir semuanya, jadi cewe ngelunjak! kalau mau nyari yang roda 4? udah kerja belum cowonya? kalo belum kerja, belum bisa apa-apa, itu kan punya bapaknya, pacaran aja ama bapaknya! Jadi cewe jangan matre, jadi cowo jangan terlalu peres, kalo niat long term relationship doi bakalan bisa ngertiin susahnya hidup ini, makanya jangan pacaran ama ababil!



3. Ketika sudah berkeluarga,... anda tau? mereka kerja banting tulang seharian penuh untuk mencukupi kalian makan..

tau pepatah ini gak?
" Seorang ayah makan telur ayam, sedangkan anak istrinya makan daging ayam "

Di benak seorang ayah, asalkan anak istrinya bahagia itu udah cukup,..
kalo perlu gak makan, ato sekedar makan mi instan, asalkan anak istri bisa makan dia uda senang,.. jangan suka menyia2kan uang hasil kerja keras suami mu itu..

Kebanyakan nonton film drama? Kebanyakan nonton film mewek-mewek??
Realistis dikit, cowo cewe sama aja, ga ada yang lebih kerja keras banting tulang, jadi orang jangan terlalu naif. Hidup ini berat, jangan diberat-beratin ama hal-hal ga penting



4. Ketika punya anak, sudah meranjak dewasa.. dia kesulitan untuk membiayai keluarganya,.. tapi ada satu hal yang harus kalian tau..

" mau ayah / suami mu seorang perampok, pencuri, penjudi atau kriminal lainnya,.. ketika uang itu diberikan pada mu,.. dia ikhlas memberikannya padamu, dan RELA MENANGGUNG DOSA UNTUK MU "

ini hanya untuk bahan renungan wanita saja
dan memang tidak semua wanita seperti ini kok :)

Kalo udah menjadi perampok, pencuri, kriminal, korupsi untuk membiayai keluarga. Well, kayaknya pendapat ini bertolak belakang ama point ketiga, katanya kerja keras? kalo udah ga bener, nama keluarga rusak, nantinya akan memperburuk keadaan, lebih baik tau batas kemampuan keluarga, jangan hanya bisa jadi keluarga menengah, gaya hidup menengah keatas, kan ga nyambung. Posisikan diri anda dimana, jangan melihat atau membandingkan orang lain. akan jadi boomerang jadi diri sendiri.


Well, akhir kata memang tulisan Dee offensif banget, tapi emang sengaja!
Kalian hidup di dunia yang berat, jangan terlalu naif, jangan terlalu bego, berpikirlah rasional, nyari cewe mau enaknya aja? ke laut aja deh!

Saturday, July 3, 2010

Curhat Dosen Binus "Dosen Killer-kah Saya"?

Iseng-iseng browsing-browsing nemu sesuatu yang membuat gw selalu bertanya, sudah benarkah Dee milih almamater kampus dan tidak memilih kuliah di Binus?
kalo baca artikel ini sepertinya sih sudah tepat. :D


Dosen Killer-kah saya?

Wednesday, May 12, 2010 at 11:10pm
Saya sudah mengajar di Binus sejak tahun 1988. Waktu itu Ibu Th Widia sendiri yang meminta saya untuk membimbing mahasiswa yang akan ikut ujian negara (termasuk saya). Waktu yang diberikan hanya dua bulan sampai hari ujian. Pelajaran yang saya harus ajarkan adalah bahasa pemrograman dBase II dan Lotus Makro. Setelah banyak pertimbangan akhirnya saya memenuhi permintaan Ibu Widya. Hasil dari bimbingan saya waktu itu lulus 100%.

Selanjutnya, Ibu Widia kemudian menunjuk saya untuk menjadi dosen yang mengajar matakuliah tersebut untuk STMIK Bina Nusantara disamping pelajaran lainnya di jurusan SI.
Bulan berlalu, tahun juga berganti. Demikian pula STMIK bertambah maju dan besar. Tapi cara ngajar saya dari tahun ke tahun tetap saya pertahankan guna menjaga mutu. Itu saya lakukan karena almamater saya, Saya sudah menganggap Binus sebagai bagian dari hidup saya. Saya rela tidak mengejar posisi dan jabatan dan tetap sibuk mengajar, demi mengharapkan segelintir mahasiswa yang saya ajar bisa membuktikan diri mereka di masyarakat agar nama Binus tetap harum karena kualitas yang baik.

Tapi cara saya mengajar seperti mulai terusik setelah Ibu menderita sakit dan wafat. Semua mulai berubah. Banyak aturan yang muncul...contoh : Dosen yang banyak tidak meluluskan mahasiswa ditegur, waktu untuk periksa ujian diperpendek, menggerakkan dosen untuk memberi nilai tulis walaupun jawaban mahasiswa salah, menekan dosen dengan mengatakan "Kalau banyak mahasiswa yang tidak lulus, mungkin saja dosennya yang tidak mampu", dan berbagai kegiatan lainnya yang akhirnya menjadikan para dosen menjadi "BERBAIK HATI" untuk memberikan nilai lulus pada mahasiswa walaupun mahasiswa tersebut tidak mampu sama sekali untuk pelajaran tersebut.

Semua yang saya katakan itu benar adanya dan itu sudah bukan rahasia lagi. Tapi karena mahasiswa diuntungkan dan dosen merasa tidak rugi kalau melakukan hal seperti itu, maka dari luar semua tampaknya ok saja. Memang, cara itu adalah cara yang paling jitu untuk mengakali pendidikan, sebab mahasiswa lulus sesuai nitanya masuk ke Binus, bagi dosen juga tidak ditegur oleh Kajur dan posisinya mengajar akan selalu aman karena disukai oleh Kajur.

Tapi lihatlah prestasi anak Binus di dalam masyarakat, kebanyakan dari mereka cuma jadi sales atau marketing. Kalaupun ada job expo, lowongan yang terbesar terisi cuma marketing, management training atau sales. Kasihan sekali........

Susah-susah sekolah, ayah ibu banting tulang menghemat penghasilan, hasilnya anaknya lulus , tapi cuma untuk jadi sales atau marketing saja......posisi pekerja yang tidak memerlukan IT.....
Terus terang saja, saya tidak tega untuk memberikan mahasiswa angka lulus kalau mereka sebenarnya tidak menguasai pelajaran tersebut. Sebab saya merasa saya berdosa karena saya berbohong. saya berbohong pada mahasiswa, berbohong pada orang tua mereka (tidak bisa diberi nilai lulus), berbohong pada masyarakat dan yang terpenting berbohong pada almamater sendiri dengan menghasilkan mahasiswa yang sebenarnya tidak mempunyai kemampuan tersebut. Malu saya...malu....

Oleh sebab itu, dalam penilaian saya sangat ketat, tapi saya tidak pernah mengurangi nilai yang seharusnya diperoleh mahasiswa. saya menilai ujian sesuai porsi nilai yang ditetapkan, cuma tidak pernah ada nilai tulis dan nilai untuk mengkatrol nilai agar mahasiswa yang lulus jadi banyak.
Hal ini saya lakukan karena saya menempatkan posisi saya sebagai seorang ayah. Kalau saya orang ayah, tidak mungkin saya mau memasukkan anak saya ke sekolahan / universitas yang hanya memberikan stempel lulus tapi tidak bisa menjamin anak saya memperoleh ilmu yang diajarkan. Buat apa saya membayar sejumlah uang tapi anak saya tidak bisa apa2x, cuma bisa ngakali orang tuanya (Lulus tanpa mutu).

Saya juga tidak ingin kejadian kasus Prita terulang di dunia IT. Sebab kalau hal itu terulang, Binus yang menjadi almamater saya akan terkubur selamanya.

Hal yang juga mendorong saya demikian adalah karena saya mendapatkan informasi dari teman-teman saya (ex STMIK Bina Nusantara) dan juga beberapa pimpinanperusahaan bahwa semakin hari, semakin sedikit mahasiswa Binus yang bisa lewati test yang dilakukan perusahaan.

Terus terang saja, memberikan nilai lulus pada mahasiswa itu sangat mudah. Seringkali mahasiswa sangat senang akan hal seperti ini. tapi tahukah bahwa sebenarnya dosen yang seperti itu justru membunuh mahasiswa itu sendiri. Sebab tidak mungkin mahasiswa itu bisa bekerja sesuai sertifikat pendidkan yang dimilikinya. Lalu, kalau memang mau kerja dibidang tersebut, mahasiswa tersebut juga tidak mungkin belajar kembali di S1 yang sudah dinyatakan lulus.

Dosen menilai mahasiswa paling lama satu sampai lima semester, tapi mahasiswa akan dimilai oleh masyarakat selama hidupnya. Jadi kalau ada pemberian nilai bagus untuk matakuliah yang memang tidak dikuasai, seharusnya mahasiswa menolak, karena itu sama saja membunuh masa depan mahasiswa.

Dalam benak saya tetap berpendapat, sekolah / universitas adalah tempat untuk menuntut ilmu. Selama masih tidak bisa, tidak perlu malu untuk terus menuntut ilmu. kalau tidak belum menguasai ilmu dan diberikan sertifikat lulus, itu sama saja kita diusir dari tempat belajar kita. Sayang uang pangkal yang sudah dibayarkan orang tua yang dicari dengan bercucuran keringat tapi tanpa hasil.

Nah, demikianlah dasar pemikiran saya dalam mengajar, terutama dalam memberi nilai. Kalau anda sudah baca yang saya tulis, masihkah saya anda anggap saya sebagai dosen killer? Ataukah anda akan mengatakan tindakan saya adalah benar? Silahkan saja...semua terserah anda. Yang pasti, saya selalu percaya semua di dunia ini akan seimbang....Apapun yang anda buat akan berbuah dikemudian hari....



Status Dosen-nya di Facebook

Saya tidak cuti dari mengajar di Binus...Itu hanya akal bulus untuk menyingkirkan saya sebagai dosen....
Jika anda ada kesulitan dalam matakuiah SI, saya akan dengan senang hati membantu....



Profile dosennya
http://www.facebook.com/profile.php?id=644793305&ref=ts