Wednesday, April 15, 2009

Kehilangan hape, musibah ato pembelajaran?

wah tadi ditelpon ama cc-ku tercinta
hape papaku ilang.. x)
mo sedih, tapi juga maw ketawa hahahaha :D
emang semua yang ada didunia ini anicca tidak ada yang kekal
penyesalan selalu datang ketika semuanya telah pergi menjauh
ketika sebenarnya tidak ada lagi yang patut diratapi, patut disesali
pengalaman dan pembelajaran itu emang harus dibayar mahal
harga yang harus dibayar oleh setiap orang adalah tidak sama
so, itulah pengalaman hidup, itulah kenyataan yang harus dihadapi

ok, back to topik kehilangan
kejadiannya katanya sih tadi siang, seperti biasa kalo makan siang yang jaga toko gantian
nah kebetulan hape ituwh lagi di charge di meja toko
*udah kebiasaan papaku charge hape depan toko, padahal udah diwanti2 jangan
nah kejadian juga kan kehilangan, benar-benar pengalaman yang harus dibayar
ga gratis, hahahha.. jadilah pengalaman
ga taw deh ada efek jeranya ama papaku ato kagak
cc-ku, mamaku n aku sendiri paling senyum-senyum doang
akhirnya papaku kena juga, ga pernah mo dengerin kata-kata orang lain
kejadian deh hape ilang x)

jadi pelajaran aja deh bagi dia, susah sih mo dinasehatin
keras kepala yang menurun kepada kita anak-anaknya juga 
hahahahhahaa...

love u famz..
-'dee'-

Wednesday, April 8, 2009

Ketakutan itu seperti apa sih?

Sesungguhnya setiap manusia memiliki ketakutan, dan kadang bentuk ketakutan itu ada yang beralasan dan yang tidak beralasan. Banyak sekali orang yang hidup dihantui ketakutan itu sendiri.
Bila kita bisa melihat kenyataan dan bentuk-bentuk ketakutan dari cari berpikir kita, ada kalanya kita akan tertawa, ataupun menangis.

ada halnya ketakutan itu tidak menjadi kenyataan, karena kenyataan yang terjadi malah sebaliknya tidak seperti apa yang kita bayangkan inilah yang menyebabkan kita masih bisa tertawa. dan hebatnya pikiran kita telah menghabiskan banyak energi untuk merekayasa hal-hal yang belum terjadi. 

Ada juga mereka yang karena ketakutan yang luar biasa itu akhirnya menjadikan dirinya penuh dengan kesedihan dan ratap tangis. dan sudah pasti kenyataan yang terjadi yah sudah dapat ditebak penuh dengan air mata dan dunia yang kelam.
Ketakutan yang sudah menghantui dan membayang-bayangi kita inilah menyebabkan kondisi-kondisi baru tercipta sehingga apa yang kita takutkan segera terjadi. 
bahkan tanpa disadari kita sudah menciptakan penderitaan baru sendiri dari apa yang seharusnya terjadi. 

Jadi gimana dong untuk mengatasi ketakutan kita? 
cukup satu kata: "realistislah!"
siap menerima apa yang menjadi bagian dari hidup kita,
siap belajar apa yang harus di rubah dari pola pikir kita,
siap menjalani kenyataan hidup dengan sukha dan dukhanya,
hidup saat ini, jangan habiskan pikiran kita untuk memikirkan yang belum terjadi di depan.
masa lalu menjadi pelajaran berharga untuk saat ini dan masa depan.
tetapi jangan biarkan bayang-bayang gelap masa lalu menghantui kita,
dan masa depan ditentukan dari USAHA saat ini, 
masa depan akan menjadi indah bila kita mengisinya dengan keindahan
tetapi akan menjadi buram bila kita tdiak mengerti menjalankan hidup ini.
Segala yang terjadi biarlah terjadi
yang belum terjadi tidak perlu ditakutkan.
bila ada rasa takut itu hal yang wajar
tetapi tidak perlu hidup dalam ketakutan.
hiduplah realistis.
Sebarkan cinta ke penjuru dunia, maka dunia akan mencintaimu.

Keseimbangan

Keseimbangan.....seimbang........imbang..... tentunya langsung ingat dengan timbangan atau neraca yang seimbang kanan dan kiri. dimanai semua orang sudah tahu artinya yaitu "tidak berat sebelah". walaupun keseimbangan belum tentu memiliki bobot yang sama (mungkin ada sedikit lebih berat) namun masih dalam range tertentu yang dianggap seimbang.

Tetapi juga kita harus Bijaksana melihatnya, dan lucunya banyak orang yang salah mengartikan arti tidak berat sebelah itu sebagai "netral", karena definisi 'netral' bagi setiap orang berbeda-beda. Ada yang bilang kalau netral itu berarti melarikan diri atau tidak berani bersikap, atau dikatakan tidak memiliki pendirian. Bahkan ada kalanya orang yang netral itu sering mendapat kecaman dan intervensi. 
Padahal bagi mereka yang bijaksana mengerti benar bahwa ada waktu atau saat dimana kita harus bersikap netral, ada waktu kita dapat bersikap tegas, inilah kebijaksanaan para suciwan. 
Ahli hukum mengenal benar Neraca Keadilan dan selalu didambakan bagi mereka yang menuntut keadilan. Seorang Hakim yang tenang dan bijaksana tidak mudah terbawa perasaan dan permainan hati nurani, ia harus bersikap netral dalam melihat suatu perkara, dan ketenangan yang seimbang akan membawa hasil yang baik dan bijaksana.

Hidup itu penuh dengan keseimbangan, karena memang kehidupan itu penuh dengan dua hal yang selalu bergantian, ada malam dan ada siang (gelap-terang); ada baik dan buruk; dipuji dan dicela, hitam dan putih, dll.
Keseimbangan hidup itu ternyata sangat dibutuhkan bagi setiap manusia, dari keseimbangan mental atau bathin sampai keseimbangan jasmani. demikian juga dengan keduanya saling berkatian satu sama lainya.

Demikian manusia memiliki Jasmani dan Rohani yang juga harus seimbang
Bila fisik kita sehat maka bathin kita pun harus sehat agar dapat memiliki keseimbangan hidup.
bila bathin ini sakit, sudah pasti jasmani kita pun melemah, denyut jantung dan darah kita bergerak lebih cepat lagi, karena kemarahan, emosi dan gejolak jiwa yang akan mempengaruhi organ indera jasmani kita. Demikian sebaliknya bila fisik ini telah lemah dan lelah sudah tentu membutuhkan istirahat yang cukup untuk menenangkan pikiran kita. Bila fisik sakit, dan selama bathin tidak ikut sakit maka masih mudah disembuhkan, tetapi bila jasmani dan bathin ini sakit, memang agak sukar untuk disembuhkan. 

Bagi mereka yang 'gila bekerja' sampai kadang melupakan fisiknya sendiri, cobalah untuk berhenti sejenak dan periksalah diri anda sendiri, kenalilah tubuh anda lebih dalam lagi, dan sadarilah selama anda belum terkapar di rumah sakit masih ada waktu untuk kembali menyeimbangkan metabolisme tubuh anda, dan mengurangi beban mental anda. lihatlah keluar jendela, masih banyak keindahan alam yang perlu kita syukuri dan memang mereka hadir untuk kita, tataplah orang-orang yang kita cinta, berikan sedikit waktu untuk mereka, karena selama ini waktu telah banyak terbuang untuk diri sendiri.

Demikian juga dengan maraknya persoalan hidup manusia, membuat kita lupa diri akan kontrol dan kendali dari semua tindakan kita melalui pikiran, ucapan dan perbuatan kita. kita sering terbawa luapan perasaan, dengan lontaran kata yang pedas dan tidak terkendali lagi, maupun perbuatan yang jauh diluar nalar kita. Dengan adanya keseimbangan dalam pola pikir kita, seimbang dalam tingkah laku kita, kita dapat menyadari bahwa segala sesuatunya memiliki dua sisi. Bila selama ini terlalu banyak sisi negatif dalam diri kita, marilah memunculkan sisi positif yang belum muncul. 

Dalam pandangan Buddhis, Tidak seimbang pun dapat menimbulkan dua sisi yaitu kebahagiaan dan penderitaan. Bila Sisi negatif terlalu besar mempengaruhi kita, maka pasti akan lebih berat ke sisi penderitaan, dan perlu segera diambil tindakan preventif untuk menyeimbangkan atau menambah beratnya agar menuju pada kebahagiaan. 
Bila kekuatan kebajikan ini begitu berat dan sudah pasti condong ke arah kebahagiaan, ketidakseimbangan ini adalah ketidakseimbangan yang positif dan sangat baik serta bermanfaat. jadi "tidak seimbang" pun tidak selamanya buruk, selama bermanfaat bagi diri kita, bermanfaat bagi orang lain, tidak merugikan dan menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

Pola pikir juga demikian dasyat bekerjanya, ketika nurani seseorang sudah tidak lagi dapat terkendali, gejolak jiwa dapat saja menghancurkan diri sendiri dan orang lain. Mereka yang diliputi oleh kemarahan menyakiti dan menjatuhkan orang lain tanpa disadari mengali lubang untuk dirinya sendiri. 
Pola pikir yang sempit hanya membawa ketidaktenangan bagi diri sendiri, dan kurangnya wawasan hanya membawa pandangan yang terpaku pada satu bagian saja, tidak dapat melihat secara keseluruhan dengan baik, seperti orang di dalam benteng yang tertutup rapat, tidak dapat melihat kejadian di dalam dan di luar benteng, ia dapat mengenali dengan benar keadaan di dalam, tetapi tidak pernah tahu kejadian sesungguhnya di luar benteng.
Mereka yang menjadi penjaga menara di atas benteng, selain mengenal dengan baik keadaan di dalam benteng, juga mengenal dan dapat melihat dengan jelas keadaan dan perubahan yang terjadi di luar benteng dengan jelas.

Kenali dulu diri kita baru dapat mengenali orang lain, kendalikan dulu diri kita baru dapat mengendalikan orang lain. Bila kita tidak mau mendapat perlakuan tidak baik dari orang lain, maka perlakukan orang lain seperti apa yang ingin kita dapatkan dari perlakuan orang lain. 

Salam Mudita,

Neng Xiu

di-copy dari note di facebook

Belajarlah untuk melepaskan

Sesuatu yang telah diberikan, kita pikir itu MILIK kita
sesuatu yang telah didapatkah, kita pikir itu MILIK kita
sesuatu yang diperoleh, kita pikir itu adalah MILIK kita
semua MILIK kita, PUNYA kita dan menjadi HAK kita

Tanpa kita sadari begitu kita terpisah darinya 
begitu sakit rasanya…
begitu dalam penderitaannya…
begitu besar kehilangannya
begitu dalam jurang kesedihannya….

Ia datang tanpa diundang…
Ia pun pergi tanpa berbekas…
Ia yang datang dan pergi semua bukan milik kita 
dan tidak perlu kita menderita karena melekatinya

selagi bersama, bahagialah
selagi memiliki, hargailah
selagi ada, rasakanlah

sewaktu berpisah, kenanglah
sewaktu pergi, relakanlah 
sewaktu kehilangan, lepaskanlah.

Saat jodoh telah berakhir, relakanlah, lepaskanlah...
Setiap orang terlahir di dunia ini dengan tangan kosong.
Ketika perannya berakhir,
sampai di sanalah skenario kehidupanny

Monday, April 6, 2009

Kesederhanaan itu seperti apa sih?

Rasa puas itu relatif bagi setiap orang, ada yang sudah terpuaskan dalam satu sisi masih mencari kepuasan di sini lain. Karena tidak ada satu parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kadar kepuasan dalam setiap diri manusia. 

Ketidakpuasan sesungguhnya akan memacu motivasi seseorang untuk berjuang, dan meningkatkan kadar hidup dan prestasi dirinya. Tetapi bukan berarti ketidakpuasan itu sendiri membelenggu hidup seseorang. Selama seseorang tidak merasa puas dengan keadaannya maka ia akan berusaha untuk memenuhi hasrat keinginannya. Sesungguhnya keinginan itu tidak ada habis-habisnya untuk diikuti dan sangat sulit mengukur tingkat kepuasannya. 

"Merasa puas, mudah di sokong, sederhana hidupnya" kesannya adalah mengajarkan seseorang untuk tidak mengejar materi. tetapi kalau ditelaah lebih dalam lagi sesungguhnya bukan demikian.
Ketika seseorang telah dapat menerima apa yang telah dikerjakannya, apa yang telah diusahakannya, dan apa yang telah di raihnya sesungguhnya inilah kepuasan bagi dirinya, tidak perlu merepotkan orang lain, tidak membuat susah orang lain, dan hidupnya pasti akan jauh dari permasalahan, pikirannya tidak terlalu rumit, makannya pun lahap, tidurnya pun nyenyak. inilah kehidupan yang sederhana.
jadi kesederhanaan bukan hanya dilihat dari sekedar materi.

Dengan memiliki materi dan kehidupan yang kecukupan maupun lebih, kita harus dapat mensyukurinya, merasa puas dengan hasil keringat kita sendiri, dengan tidak melekatinya serta dapat berbagi dengan orang lain. Inilah yang disebut dengan kesederhanaan. Memiliki bukan untuk sendiri tetapi memiliki untuk berbagi dengan sesama.
Dengan demikian seseorang sudah sewajarnya mengejar prestasi, harus berkerja keras tanpa harus terbelenggu di dalamnya. Hidup ibarat air yang mengalir, yang dapat mengaliri sawah dan ladang disekitarnya, dari dataran tinggi yang akhirnya mengalir ke samudera luas, menguap menjadi awan dan akan turun sebagai hujan, untuk kembali lagi memberi kehidupan pada semuanya.

Memang sulit mengukur tingkat kepuasan seseorang, tetapi biar bagaimanapun kita membutuhkan rasa penasaran dan rasa keingintahuan serta ketidakpuasan yang positif untuk mendorong kita agar dapat bekerja lebih maksimal lagi. Seperti rakit yang masih kita butuhkan untuk menyeberangi sungai atau lautan. ketika telah sampai pada tujuan, sudah pasti kita tidak membutuhkannya lagi. Tidak perlu membawa rakit itu sepanjang perjalanan anda di daratan (kecuali ada banjir hahhahaha) karena hanya akan membawa penderitaan dan beban yang berkepanjangan. Bila kita melekat pada 'rakit' maka kita pasti tidak akan menemukan kebahagiaan yang sejati. 

Artinya bila kita telah sampai pada level tertentu merasa puaslah dan berbagilah pada sesama kurangi kemelekatan, terimalah apa yang menjadi milikmu dengan hati yang lapang dan sadarilah itu semua hanya sementara, dengan demikian kita akan bahagia dalam menjalani hidup ini. Sederhana dalam pola pikir, sederhana dalam bertindak, sederhana dalam bertutur kata, sederhana dalam kehidupan adalah orang yang bersahaja. 

Salam Mudita,
Neng Xiu


*PS dikutip bukan buatan dee :D