Saturday, April 13, 2013

What Do You Do If Someone in Convinience Store don't Have Enough Money to Pay








Pernah kan Anda di situasi yang jurang menyenangkan? Merasa berada di posisi yang tidak tepat pada waktu yang tidak tepat?!

Berada di antrian yang cukup lama, karena dia tidak sanggup untuk membayar belanjaan yang telah dia ambil. Dilematis, kalau tidak memiliki uang yang cukup, kenapa harus mengambil banyak barang? Pasti itu yang terpikir oleh kita.

Namun, experiment yang dilakukan WWYD di salah satu convenience store di Amerika, menunjukkan kepedulian masyarakat di sana terhadap IRT yang kesulitan membayar kebutuhan hidup sangaylah besar. Semua oarng berusaha untuk membantu.


Bagaimana dengan di Indonesia? Pernahkah Anda mengalaminya? Pernahkan Anda melihat kejadian tersebut di supermarket? Sulit... Mungkin sebagian orang pembaca disini tidak pernah mengalaminya.


But, saya pernah langsung pada antrian di belajang ibu-ibu yang sedang belanja bulanan di sebuah supermarket. Setelah mengantri lama, saya baru menyadari ibu-ibu di kasir tersebut sedang panik u tuk mengeluarkan satu persatu barang yang sekiranya tidak diperlukan karena uang yang dibawanya tidaklah cukup.

Beliau panik dan tampak kebingungan, setelah mengeluarkan beberapa barang, beliau masih bingung untuk mengeluarkan barang apalagi agar uangnya cukup. Sang kasir telah kehilangan kesabarannya dan mulai marah-marah... Antrian semakin panjang dan memancing emosi antrian... Dan saya merasa berada di tempat yang tepat dan waktu yang tepat pula, kejadian langka untuk membantu kehidupan keluarga lain walaupun tidak banyak jumlahnya. Senag sekali bisa membantu meringankan beban sebulan ibu tersebut. Semoga anak-anaknya aehat dan bisa makan kembali hari ini.


Dan semoga saya diberikan kesempatan kembali u tuk membantu orang lain dengan scenen seperti ini.

Saturday, April 6, 2013

Tiger Parenting, Asian Culture

Terlahir di keluarga Chinese yang agak tradisional, tentu saja membuat saya tumbuh dengan segala macam aturan yang berlaku pada keluarga Chinese pada umumnya. Aturan-aturan atau norma-norma yang tidak tertulis yang harus dipatuhi dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Mengikuti aturan yang berlaku agar terlihat sama dengan yang lain, agar bisa diterima di masyarakat

Dan tentu saja, apabila berkumpul dengan saudara-saudara, keluarga-keluarga chinese bakalan ngomongin soal anak, dan pencapaian anaknya. Yang pasti tidak jauh dari prestasi di sekolah, apa saja piala-piala / piagam penghargaan yang telah diterima oleh anak-anaknya. Hal ini tentu saja, saya menjadi bagian dari tiger parenting untuk dituntut mendapatkan nilai yang baik di segi akademik. Intimidasi? Hmm... Saya malah bersyukur orang tua saya seperti itu, sehingga saya tidak bermalas-malasan ketika bersekolah, dan merasa ada yang salah bila melakukan nyontek atau bolos sekolah. 

Tentu saja tiger parenting yang saya alami tidak seperti yang diterapkan oleh Amy Chua kepada anaknya. Tiger parenting yang sempat menghebohkan seluruh dunia, setelah di-publish oleh Amy Chua bagaimana dia mendidik anaknya menjadi anak ASIAN yang superb di America. Salah satu caranya adalah harus selalu mendapatkan nilai minimal A di akademik, ikut berbagai macam ekskul dan harus menjadi populer dimana-mana. Keras dan agak sulit diterima oleh orang banyak.

Seperti pada video dibawah, di acara WWYD bila seorang orang tua yang melakukan tiger parenting dan memarahi anaknya ketika mendapatkan nilai A-. Apakah Anda peduli? Apakah Anda ingin ikut terlibat dan memberikan pengertian kepada orang tuanya? Apakah Anda setuju dengan tiger parenting? Atau Anda tidak peduli?