Tuesday, May 29, 2012

Dee, Lady Gaga and Indonesia

27 Mei 2012, Lady Gaga resmi membatalkan konser di Jakarta. Bukan karena tidak mendapat izin, bukan karena promotor yang tidak mampu membayar, bukan karena demo FPI. Lady Gaga membatalkan konser di Jakarta, mempertahankan integritas sebagai diva pop kelas internasional. Tidak tunduk pada peraturan yang sangat merugikan, apalagi atas nama Agama yang entah siapa yang punya wewenang membatasinya. Sungguh tidak ada yang pantas berbicara atas nama Agama untuk melarang, siapapun itu.

Kontroversi konser Lady Gaga memang bukan hanya di Indonesia saja, tetapi terjadi juga di luar negeri. Contohnya Korea Selatan dan Filipina, tapi media disana tidak mem-blow-up dengan berlebihan seperti di Indonesia. Bahkan, berita tersebut kuantitasnya lebih banyak beredar di Indonesia dibandingkan negara mereka sendiri. Entah apa sih maunya media Indonesia? Provokator? Pasti sih.. Rating? Atau dapat saweran juga sih media disini? Entahlah. Sudah tidak tahu apa yang harus dikatakan, entahlah, speechless dengan berbagai bidang di random country seperti yang dikatakan oleh Justin Bieber.

Polemik dengan pakaian yang tidak senonoh yang biasa dikenakan oleh Lady Gaga cukup tidak masuk di akal. Apalagi konser ini tentunya untuk kalangan terbatas, tidak ditayangin secara langsung di televisi nasional, dan yang nonton tentunya sudah punya consideration sendiri. Berbeda dengan tayangan di televisi nasional kita, tooh yang berbikini juga ditayangin di siang hari, entah kerja atau tidak para editor/tukang sensor di televisi tersebut. Kalo memang beneran ada peraturannya, public bisa menuntut ke televisi tersebut lewat saluran mana yah? Berencana mau somasi salah satu stasiun televisi yang menayangkan video klip Gaga berbikini di stasiun televisi pada pukul 12:30 tanggal 28 Mei 2012, kalo benar ada peraturan dari KPI tentu saja ini harus kita tuntut.

Tetapi untuk sekelas konser, siapapun tidak bisa menuntut, karena para penonton membayar cukup mahal untuk menonton all package performance with her dancer. Ga seru banget nonton konser dengan berbagai macam peraturan censorship yang tidak wajar sama sekali. Nah, banyak juga yang permasalahin dangdut yang diselenggarakan  di kampung-kampung yang tidak memakai censorship juga, malah lebih parah bisa sampai memperlihatkan (maaf) payudara dan vagina secara live. Lantas kita judge itu tidak boleh? Tidak juga kalo kita pada rule, kebebasan. Memang harus dituntut karena sering kita lihat anak dibawah umur juga berada disitu, tetapi apakah para biduanita tersebut harus dicekal? Tetap pada pendirian, tidak. Mereka tidak merusak moral orang lain, yang salah orang tua yang membawa anak-anak ke acara tersebut. Kita tidak bisa men-judge mereka yang merusak moral orang seperti halnya yang dilakukan oleh para penjaja seks komersial, apakah yang mereka lakukan salah? Oh no, bukan coverage kita untuk men-judge seperti itu.

Kemudian sorotan kedua ditujukan kepada budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya timur. Wait.. Argumen ini sangatlah lemah, bisa dipatahkan darimana saja. Apa itu budaya barat? Apa itu budaya timur? Budaya timur diidentikkan dengan konservatif? Budaya Barat diibaratkan dengan liberal? Seperti apa batasannya? Siapa yang membuat batasan tersebut? Budaya Barat dan Timur itu hanyalah opini untuk membedakan, memecah belah, kasihan sekali yang masih membedakan budaya barat dan timur.

Apa itu budaya timur Indonesia? Sopan santun? Berpakaian tertutup? Apa Lady Gaga tidak sopan? Apa Lady Gaga perlu untuk memakai sorban? kaftan? Apa budaya timur identik dengan pakaian tertutup? Please be wise, Indonesia ini tidak semua daerah berpakaian tertutup sebagai budaya mereka, contoh suku Dayak, suku Asmat, suku Duano, apa pakaian mereka tertutup? Terus apa itu budaya timur dengan pakaian tertutup? Argumen yang dangkal sekali, dikemukanan oleh 'pemuka' agama, hanya bisa diam orang seperti itu apa masih pantas dijadikan panutan?

Demo organisasi masyarakat yang mengatasnamakan agama. Merusak moral bangsa, kembali agama menjadi sumber masalah di negeri kita. Tapi, di negeri yang mengakui berbagai macam agama, apa pantas untuk melarang umat agama lain menikmati hiburan? Tidak semua orang yang nonton beragama seperti yang melarang lho?! Berapa orang yang menolak? Silence community di Indonesia ini sudah terlalu cuek dan tidak peduli terhadap apa yang terjadi. Bodo amat apa yang terjadi di negeri ini, terserah apa saja yang akan terjadi, biarkan saja mereka berkarya. Mostly Indonesian berpikiran seperti itu, dan seperti terlihat sekarang makin subur organisasi masyarakat berkedok agama melakukan tindakan anarkis.

Pemujaan setan yang mungkin dilakukan oleh para fans Lady Gaga. Dude, please deh pinteran dikit. Sorry, semua yang beropini dengan alasan setan, please check your brain. Apa dengan konser kurang dari 3 jam, semua orang akan menjadi setan? Akan ada setan-setan baru? Semua orang akan dijadikan orang yang memuja Gaga? Sebagai well-educated person, please rethink again before say your opinion on national media. Kalian bisa lebih pintar dari itu, kalo tidak, mungkin saatnya mengundurkan diri. Masih banyak orang pintar di negeri ini, tapi kapan orang-orang pintar tersebut peduli? Entahlah.... Biar waktu saja yang menjawabnya..

Apa akibat gagalnya konser Gaga? Dunia menyoroti Indonesia sebagai negara muslim yang tidak demokratis lagi, Indonesia bukan negara yang aman lagi, Indonesia tidak sanggup menggelar konser besar lagi, muslim Indonesia anarkis, Indonesia tidak demokratis lagi, Indonesia plin-plan, promotor Indonesia tidak capable, masyarakat Indonesia semakin tidak mempercayai pemerintah Indonesia, masyarakat semakin was-was dengan superioritas organisasi keagamaan muslim, organisasi masyarakat berkedok muslim semakin merajalela, promotor mengalami kerugian yang jumlahnya pasti banyak sekali dan U2 membatalkan konser di Indonesia.

Enough Indonesia, time to grow up! Please be nice, we got lots of homework to be done! 

No comments: