Tahun ke-7 di Jakarta, sebenarnya sudah masuk ke titik jenuh untuk tetap tinggal di Jakarta. Tapi apa daya, mandat dari orang tua harus ditegakkan, kudu tetap stay di Jakarta. Yaudin, ikutin aja apa kata orang tua. Belu lama ini, pilkada jakarta putaran kedua telah dilakukna, hasilnya sang kotak-kotak memenangkan pertarungan melawan si Kumis, walaupun belum ditetapkan.
Sebelum pilkada, para pemilih kotak-kotak terus menerus berkampanye di media sosial, aaaah makin lama serasa makin menyebalkan, untungnya semuanya telah berakhir. Para pemilih kotak-kotak telah berstigma yang penting bukan kumis. Itu pilihan mereka, dan pilihan itu harus diapresiasi, tapi bukan berarti kotak-kotak juga boleh mencela orang yang memilih kumis, itu pilihan mereka juga. :)
Kampanye tidak membawa kepentingan partai??! hmm... Ini menjadi sorotan utama, 1 hari setelah Quick Count di umumkan, baliho dari partai berlambang garuda sudah eksis dimana-mana, "Pelopor perubahan Jakarta"? What? Apa yang sudah berubah? Ditetapkan saja belum, kerja aja belum kelihatan, sudah sibuk berkoar-koar, dan yakin nanti tidak membawa kepentingan partai?! Para pemilih yang budiman, saatnya Anda untuk bersikap kritis, tuntut pemimpin yang 'katanya' dipilih bersama-sama itu untuk membuat suatu lembaga yang bisa menerima aspirasi dan pengaduan dari Anda. Yang bisa memperkarakan pejabat yang bersamalah, bukan KPK, bukan juga polisi, MA atau sebagainya. Kita perlu suatu lembaga, dimana kita bisa menuntuk pemerintah/pejabat yang tidak melakukan tugas sebagaimana mestinya, sehingga semuanya dikontrol oleh warga Jakarta nantinya.
Contoh jalan yang berlubang, tidak rata, seringkali menyebabkan kecelakaan, bahkan menimbulkan korban jiwa. Sampai saat ini, para pihak yang terkait terkesan cuek, karena mereka tidak mendapatkan sanksi apa-apa akibat kelalaian mereka. Mereka seolah-solah tidak memiliki tanggung jawab terhadap infrastruktur yang seharusnya menjadi tugas mereka.
Harapan untuk Jakarta yang baru bukanlah hal yang salah, semuanya menginginkan perubahan. Tetapi apakah pemimpin yang terpilih sekarang bisa mewujudkan hal-hal yang baru? Yakinkah penyelewengan anggaran tidak terjadi sama sekali? Banyakin berdoa aja kalau ada yang masih percaya.
Ketidakmerataan permbangunan nasional sebenarnya menjadi pokok permasalahan Jakarta. Sentralisasi elit ekonomi di pusat ibukota mengakibatkan daerah tidak berkembang. Silahkan berkunjung ke pulau sumatera, kalimantan, lihat bagaimana timpangnya dan serakahnya orang yang tinggal di pulau Jawa (untuk sulawesi/papua, belum pernah mendarat disana, jadi tidak bisa menjadikan referensi.
Dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, tentunya Jakarta membutuhkan fasilitas yang lebih banyak/baik, investor pun berbondong-bondong berinvestasi di lahan basah yang memberikan banyak keuntungan. Bisnis properti, banking, IT dan hospotality menjadi tonggak utama pertumbuhan Jakarta. Alhasil Jakarta semakin semrawut tak karuan. Macet, banjir, polusi udara menjadi santapan sehari-hari. For Jakarta, stop ngeluh, kita juga berdedikasi menyumbang semua itu, jangan menyalahkan pemerintah saja.
Banyak yang mengeluh kurangnya lahan hijau di Jakarta, pertanyaaannya apakah di rumah Anda sudah disediakan taman? Daerah resapan air? Menanam tumbuh tumbuhan? Kalau belum ada, sekarang saatnya untuk menanam, kalo tidak stop ngeluh.
Pembangunan mall-mall baru menjadi sorotan dan tidak memiliki kawasan hijau. Yang menjadi pertanyaaan, berapa % warga Jakarta yang mengunjungi taman setiap hari? Berapa banyak yang mengunjungi mall? Apakah taman/mall sekarang dipergunakan sebagaimana mestinya? Berapa banyak taman/mall di Jakarta? Berapa biaya maintenancenya? Apakah taman/mall terawat?
In my humble opinion, kita tidak perlu taman kota yang baru, ataupun pembebasan lahan baru untuk taman kota. Kenapa taman yang sudah ada tersebut dipermak sehingga menjadi lebih menarik, dilakukan promosi untuk menarik perhatian warga Jakarta. Bukan taman yang tidak terawat seperti sekarang. Percuma dibuat taman baru, tapi tidak dirawat/di-maintenance dengan baik. Apalagi perilaku mostly warga Jakarta, buang sampah sembarangan, apalagi kalo tidak ada yang melihat/orang yang dikenal di sekitarnya.
Pemimpin yang baru, juga diharapkan memperbaiki kawasan wisata di Jakarta. Komersialisasi daerah tujuan wisata itu perlu, demi penghargaan terhadap budaya/seni yang telah ada. Komersialisasi tidak harus mahal. Wondering, wisata pulau seribu di-komersialisasi seperti di Phuket, kita punya pantai/laut yang bisa menjadi magnet pula.
Atau kawasan pulau seribu dijadikan tempat exclusive, contohnya kawasan perjudian layaknya di Macao. Stop kontrol pemerintah terhadap kehidupan beragama, kita bisa memberlakukan regulasi yang baik dan benar seperti di Singapore/Malaysia. Warga lokal tidak diperkenankan untuk masuk ke kawasan tersebut, atau harus membayar mahal untuk masuk ke wilayah tersebut. Ini fungsi komersialisasi.
Birokrasi menjadi halangan utama, bertele-tele dan sangat merugikan. Wondering, kalau nantinya pemimpin yang baru berani mengubah segalanya, menbuat menjadi lebih simple, terbuka dan tidak banyak uang siluman. Kawasan night club di lokalisasi di satu daerah, tentu saja akan menarik banyak perhatian turis wisatawan lokal/mancanegara.
Untuk masalah macet, tentu saja transportasi umum perlu diperbaiki, semoga bukan hanya menjadi wacana. Metromini/bus yang tidak layak segera diganti. Bahkan kondisi TransJakarta sudah sangat memprihatinkan. Berapa kali terdengar di tahun 2012 ini, bus TransJakarta terbakar. Apakah ada yang dipidanakan? Sama sekali tidak, menyedihkan, kelalaian manusia yang mungkin bisa mengakibatkan korban jiwa, dibiarkan. Apabila telah jatuh korban, baru kelabakan mencari kambing hitam.
Menjadi supir TransJakarta, cukup menyedihkan. Seringkali terdengar, korban tabrakan dengan TransJ meninggal dunia dan yang dipidanakan adalah supir TransJakarta. Aneh... Bukankah pihak yang tertabrak di Jalur Busway yang seharusnya bersalah? Lagi ngapain mereka di Jalur Busway? Bukankah jalur itu hanya diperuntukan untuk TransJakarta? Walaupun terdapat keteledoran supir, tapi mengapa kita tidak melakukan tindakan preventif terlebih dahulu? Please yang biasa masuk jalur busway, segera berubah! Demi perubahan yang sebenarnya.
Untuk macet, bila Anda masih menjadi penyumbang kemacetan, dengan tidak menaati peraturan lalu lintas, menyerobot ketika traffic light merah, lawan arah, masuk ke trotoar, memakai joki, salah masuk jalur dan tidak berkendara dengan baik, lebih baik kita bersama-sama bercermin. Kita juga sebagai penyumbang macet dengan tidak memakai kendaraan umum, apalabila ada kendaraan umum yang nyaman, seberapa yakin Anda akan menggunakan kendaraan umum? IMO, lebih asik kendaraan pribadi, jadi STOP MENGELUH MACET! :)