Sunday, April 1, 2012

Jakarta Riot's

30 Maret 2012, siap-siap mau ke kantor, tapi kepala terasa agak pusing, teringat lagi mimpi tadi pagi. Keinginan untuk ke kantor pun diurungkan. Minta izin kerja dari rumah, soalnya masih bisa online, dan akhirnya diperbolehkan. Future vision memang tidak terlalu mengkhawatirkan, tapi Dee menyadari akan ada sesuatu yang terjadi, entah itu akan terjadi atau tidak, tapi Dee percaya something weird today.. Kalau ga dibolehin juga tidak bakal ngantor, soalnya udah di wanti-wanti ama bonyok, kalo ada sesuatu, jangan kemana-mana.

Yah walaupun yang hari ini ga akan parah-parah banget, tapi demi keamanan dan kelegaan hati orang tua lebih baik merumahkan diri saja. Setidaknya perasaan orang tua di kampung akan lebih tenang, mereka ga usah memikirkan anaknya kalo kesusahan pulang ke rumah.

Finally pukul 14:00 kampus Universitas Tarumanagara ditutup, mahasiswa dipulangkan, diikuti dengan pemulanagan karyawan pukul 15:00. Panik, menanyakan kabar teman-teman yang masih dikantor, jalan-jalan pun banyak yang di blocked.. Finally semuanya masih baik-baik saja namun suasana semakin mencekam. Tapi coba meyakinkan semuanya akan baik-baik saja. Dee yakin itu. Kenaikan BBM mungkin saja tidak akan terjadi...

Semuanya berlangsung biasa saja, hingga pada pukul 19:XX, bentrok pun pecah, masa dipukul mundur karena sudah terlalu larut dan pelemparan bom molotov. Bentrok antar polisi tak terhindarkan, beberapa korban berjatuhan dan provokator ditangkap. Satu hal yang sangat disayangkan, polisi dan para pendemo, hanya menjadi korban dari permainan politik.

Rapat paripurna tak hunjung menghasilkan keputusan, bentrok terjadi di Jakarta maupun di daerah. Di Medan dan Makassar bentrok menjadi, aksi bakar-bakaran dan penjarahan terjadi. Rapat paripurna berlarut-larut dan baru selesai pukul 01:00 keesokan harinya, 31 Maret 2011 dengan menghasilkan keputusan yang bukan merupakan keputusan. Dagelan Senayan terjadi, terlihat sekali kepentingan elit politik, kematangan berpolitik Golkar dengan jumawa mendominasi di DPR. Demokrat diserang oleh semua partai koalisi. Dan terlihat juga kelakuan pengecut PDI Perjuangan dan Hanura yang walkout dari rapat. Sungguh lucu.

Belum lagi sistem voting DPR yang sangat memalukan, sistem manual. Aneh, dengan anggaran yang yang besar, tidak disediakan alat voting yang cepat seperti di reality show di beberapa stasiun TV. Sungguh sangat memalukan sekali, maki-makian di twitter tak terhindarkan. Tapi, akhirnya kenaikan harga BBM pun ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan.

Sebagai warga negara Indonesia, apapun yang terjadi kemarin, Dee masih bangga menjadi Bangsa Indonesia. Kita ini bangsa yang besar, jangan mau dipolitisir oleh wakil partai di Senayan.

No comments: