Sunday, August 7, 2011

Indonesia, inilah saatnya..

Apa yang Anda saksikan bila Anda menyalakan TV? Berita korupsi? Kerusuhan? Penculikan? Bentrok Agama? Bentrok Antarsuku? Rakyat Miskin?
Ya hanya itulah yang ditayangkan di TV nasional kita, cuma menyorot sisi negatif Indonesia. Yah, itu salah satu strategi stasiun TV yang sarat kepentingan politik dari pemiliknya. Group TVOne dengan Golkar, MetroTV dg Nasdem, Trans yang senang menyorot kejelekan karena lebih komersil bagi masyarakat. Entah mengapa, berita tentang kejelekan pemerintahan lebih komersil di masyarakat, mungkin karena pendidikan politik yang kurang sejak dini. Informasi yang ditutupi, tingkat keapatisan yang semakin meningkat, oknum pemerintahan yang tak benar, kesenjangan perekonomian, dan tingkat kesejahteraan.

Banyak yang tidak tahu, perekonomian kita secara makro jauh meningkat pesat. Utang luar negri yang semakin sedikit dengan diiringi kenaikan utang dalam negri dengan menerbitkan obligasi yang lebih aman untuk negara. Disini, Menteri Keuangan kita yang sekarang menjadi Direktur Bank Dunia sangat berperan. Masyarakat sekarang berperan aktif membiayai negara dan mendapatkan benefitnya. Total utang yang sekitar 20% dari GDP, menunjukkan rasio yang sangat kecil bila dibandingkan negara-negara berkembang atau bahkan negara maju sekalipun. Dengan perekonomian makro yang semakin membaik, rupiah yang semakin kuat, IHSG yang menjadi bulan-bulanan di pasar Asia dan telah menjadi saham terbaik di tahun 2010, kita harus yakin Indonesia mampu menjadi lebih baik.

Untuk pasar Asia, Indonesia menunjukkan perkembangan pesat, investasi mulai mengalir ke Indonesia karena dinilai lebih bonafit. Investasi ke China yang cenderung membosankan dan stagnan, basic problems di India yang tak kunjung di benahi, dan munculnya Indonesia di 10besar negara yang berkembang pesat di tahun 2010, menjadikan Indonesia pilihan yang cukup baik untuk berinvestasi.

Satu hal yang patut menjadi sorotan adalah sistem regulasi Indonesia yang cenderung berbelit-belit. Hal ini harus cepat dibenahi, transparansi dan tidak menghilangkan 'uang setan' yang selalu mengalir di bawah meja. Bukan suatu wacana baru di Indonesia bila dikaitkan dengan korupsi, masyarakat cenderung menghakimi instansi pemerintahan yang mendapatkan uang dibawah meja. Tapi, pernahkah mereka intropeksi pada diri sendiri, pernahkah mereka mendaptkan keuntungan dari uang bawah meja tersebut?

Fenomena seperti ini sudah kita lakukan dan nikmati sejak dahulu. Budaya yang dipaksakan untuk menjadi kebiasaan yang lumrah. Sekarang lah saatnya, kita mulai menolak prakterk-prakter seperti itu, sedini mungkin, sekecil mungkin. Tak ada lagi uang setan, uang siluman yang kita terima.

Banyak orang yang mencemooh anggota DPR, tapi menurut saya mereka sama saja. Disini saya contohkan seorang auditor, biasanya dalam menjalankan tugas mereka akan difasilitasi sangat mewah, cenderung dinaikkan kelasnya oleh perusahaan yang akan diaudit. Nah, bila Anda menikmatinya, kalian sama saja kan? Walaupun lebih kecil tapi prakterknya sama saja. Seorang marketing biasanya memberikan 'bonus' kepada calon customernya, baik boneka, pena, notes ataupun barang lainnya... Bahkan ada yang men-treat makan bila akhirnya menjadi customer. So, apa bedanya kalian dengan anggota DPR yang kalian kecam itu?

Mungkin banyak yang berpikiran, itu kan bonus, after sales dll, tapi liat prakteknya sendiri di lapangan, jangan membohongi diri Anda lagi. Mulai sekarang, mulai dari diri kita, kita mulai gerakan bersih untuk Indonesia yang lebih baik. Konsistensi dan disiplin masyarakat harus terus ditingkatkan demi kesejahteraan kita sendiri. Bila ada yang menolak itu hal biasa, konsistensi kita yang memiliki integritas itu yang perlu dipertahankan.

Kita mulai bersih dari diri kita, mengajak orang untuk bersih dan kita bersihkan Indonesia. Sekarang lah saatnya, Demi Indonesia bersih, Demi Indonesia yang lebih baik.

Berhenti bersikap skeptis, apatis. Bila tidak mulai dari diri Anda, siapa lagi?

No comments: