Saturday, August 20, 2011

Pendidikan Komersil



Tahun ajaran baru telah tiba, mahasiswa baru mulai terlihat di mall-mall dengan style yang masih berbau dan logat kedaerahan dengan suara yang lebih nyaring. Hal yang tak bisa dipungkiri. Mall-mall penuh dengan para pendatang baru.

Salah satu rekan dengan bangga menyebutkan di salah satu universitas swasta, taon ini ada 6000 mahasiswa! What the hell! Itu yang terucap oleh Dee. Lahan sekecil, terkenal macet, jorok dan tak beraturan akan ditambah 6000 mahasiswa baru bersliweran tiap hari??? Oke kita anggap saja 6000 per angkatan selama 4taon, jadi ada 24,000 orang bersliweran dikampung yang terkenal macetnya? Dee speechless ~,~".

Sungguh memprihatinkan, banyaknya peminat universitas dimanfaatkan dengan semena-mena oleh salah satu universitas yang dulunya cukup baik pamornya. Namun seiring dengan pergantian manajemen, semakin terlihat orientasinya untuk uang. Dengan kurikulum paketan, seorang mahasiswa akan 'dipaksa' lulus 3.5-4taon dengan IPK yg cukup saja. Tak ada beban maksimun tiap semester, yang penting 'lulus'. Skripsi yang seharusnya tanggungan sendiri pun dikerjakan berkelompok, yang terkadang hanya merubah judul saja :)

Bagaimana bisa seorang mahasiswa yang memiliki beban sks 148 bisa lulus 3.5 taon dengan IPK hanya 3? Bagaimana bisa lulus 4 taon dengan IPK dibawah 2.75? Sungguh diluar pri kemanusiaan! Kasian mahasiswanya, memprihatinkan. Semua pelajaran yang tidak lulus di semester berjalan, bisa diperbaiki di semester pendek. Beberapa mata kuliah dengan nilai D, tidak bisa diulang atau diambil kembali. Kaget? Yah Dee teramat kaget. Kebetulan punya temen yang lulus 4tahun dengan IPK dibawah 2.75, kasihan sulit mendapatkan pekerjaan yang dia inginkan terbentuk requirement IPK terakhir.

Sistem pendidikan yang amburadul, dengan diiringi kurikulum berbasis uang, menciptakan produk-produk sarjana yang asal jadi. Sehingga, bukan suatu yang mencengangkan mahasiswa lulus tanpa pekerjaan. Tak diterima dimanapun dengan rate gaji mahasiswa universitas swasta karena tidak memenuhi requirement. Sarjana mentah asal jadi, tak memiliki knowledge dan atittude yang baik. Perusahaan pun enggan.

Coba ilustrasikan seberapa menggiurkan keuntungan suatu univesitas. Kita rata-ratakan biaya masuk 20,000,000/mahasiswa.
Jadi sekitar 6000 * 20juta = 120M untuk biaya masuk saja. Sedangkan untuk operasional dan lain lain, yang dibayarkan dari biaya per SKS, BPP, registrasi dan lain2.

Satu tahun asumsikan 12juta per mahasiswa, sekitar 72M untuk operasional per angkatan, dan kita anggap 4 angkatan menjadi 288M per tahun untuk biaya operasional. Bisnis yang sangat menguntungkan dengan profit yang lumayan besar tentunya. Tak heran, universitas berusaha untuk mencetak sarjana sebanyak dan secepat mungkin.

Kondisi yang sangat memprihatinkan untuk pendidikan masyarakat intelek. Semoga institusi pendidikan ini segera merubah arah kebijakan, meningkatkan kualitas, bukan keuntungan.

Dee, alumnus salah satu universitas swasta. Prihatin dengan pendidikan yang hanya mencetak sarjana dan produk cacat.

No comments: