Sunday, June 3, 2012

Dee, I am Indonesian

I am Dee and I am Indonesian.

Sejak beberapa tahun belakangan ini, saya mengalami krisis identitas kewarganegaraan untuk beberapa kenalan baru misalnya kolega baru di kantor ataupun kenalan baru pada saat travelling. Kenapa saya sebut sebagai krisis kewarganegaraan? Yah, mostly mereka tidak percaya kalo saya orang Indonesia asli, oke saya persempit jadi orang Indonesia keturunan Tionghoa. Bahkan ada yang tidak tahu bahwa di Indonesia terdapat etnis Tionghoa! Aaaah.. Itu saatnya saya mempromosikan Indonesia dengan keberagaman sukunya.

Diskriminasi pertama yang paling saya sering terima adalah ketika di taxi. Supir taxi selalu menganggap saya sebagai warga negara tujuan saya akan terbang, misalnya saya mengatakan akan terbang ke Kuala Lumpur akan ditebak sebagai Malaysian, kalau saya bilang mau ke Singapore selalu dianggap sebagai Singaporean, bila akan terbang ke Bangkok saya juga akan berlagak sebagai orang Thailand. (Ini berlaku bila saya mencegat taxi di jalan, bukan dari booking-an). Dan karena sudah terbiasa, saya menjalani peran sebagai warga negara yang si supir taxi tebak, hitung-hitung menyenangkan hati mereka.

Diskriminasi tidak diakui sebagai warga negara Indonesia selanjutnya terjadi dan sering dilakukan oleh pramugari/pramugara. Pernah saya minta kartu entrance yang perlu kita isi kepada pramugari, dia tidak mau memberikan kepada saya, dia tidak percaya saya Indonesia sampai saya memperlihatkan paspor saya. Sedangkan salah satu pramugara dari Hongkong malah mempertanyakan apa yang saya cari untuk terbang ke Indonesia jauh-jauh dari Hongkong? Wooah, saya disangka Hongkong? Wajah Cantonese saya darimana coba? Fiiiiiuuuh..

Pengalaman disangka warga negara asing tidak sampai disitu, bulan April 2012, saya melakukan perjalanan di Yogyakarta. Yang ini benar-benar random abis! Kesal sekaligus bingung, supir mobil yang saya booking mengira saya orang Thailand karena sedang membicarakan rencana trip ke Bangkok bersama teman saya. Penjaga karcis di Prambanan tidak percaya saya orang Indonesia, dia meminta menunjukkan ID sebagai bukti saya bukan Singaporean?! Random berikutnya saya dituduh Taiwanese oleh penjaga tiket di Borobudur hingga harus menunjukkan ID dan dituduh Malaysian oleh guide di Borobudur. Diskriminasi tidak sampai disitu saja, saya kembali dituduh Japanese oleh resepsionis hotel tempat kami menginap, dan dituduh sebagai Korean oleh guide di Alun-Alun Utara! Tidak cukup sampai disitu, saya kembali dituduh Hongkong oleh tukang becak di Taman Sari! Ah begitu random-nya kah wajah saya??! I am truly Asia!

Penolakan sebagai warga negara Indonesia juga sering terjadi bila ada kunjungan client di kantor. Pernah saya dituduh sebagai Korean gegara sering pakai scarf di kantor, padahal gegara kantor dingin banget! Pernah dituduh sebagai Singaporean karena Singlish yang lancar! (lol). Terutama kolega Singaporean yang selalu confirm kalo saya Singaporean, yeah I said confirmed NOT lar! (still with Singlish).

And ketika di Rumah Sakit Siloam tahun 2008, saya dituduh sebagai Japanese oleh dokter yang merawat saya! Ciiih... Diskriminatif sekali, saya selalu dapat makanan khusus dan perlakuan khusus dari dokternya! Maksih yah pak.. ermm.. Saya udah lupa sih, ngak mau lagi urusan ama dokter, tidak mau kenal-kenal lagi. bweeek :p

Krisis identitas paling sering saya terima bila saya di Singapore atau Malaysia! Saya selalu dituduh penduduk lokal oleh para turis! Alhasil saya selalu ditanyain jalan oleh para turis padahal saya tidak tahu jalan juga. Sorry Madam/Sir, I don't know, I am a tourist like you! :))

Nah cerita terakhir ketika saya ke Singapore Mei 2012, dari beberapa orang yang di sekitar saya, saya selalu 'terpilih' oleh turis yang bingung dan tidak tahu jalan. Pertama bapak dari Pakistan yang buta arah jalan dan tidak tahu cara membeli tiket one-way MRT, saya bantuin deh, dan setelah berbicara basa-basi dia tidak percaya di Indonesia ada keturunan Chinese, dan dia tidak percaya ada Indoenesia-Chinese yang kulitnya kuning kecoklatan seperti saya! Aaaah bapak kurang pergaulan saja, kelamaan di Thailand sih :p

Pengalaman kedua ketika saya sedang di Bugis, jalan sendirian, seorang bule menghampiri saya, menanyakan arah jalan! *bapak saya bukan Singaporean, tapi saya bantu sebisa saya yah! Semoga yang saya kasih tahu kemaren tidak membuat bapak jadi nyasar! Turis Australia tersebut menganggap saya Singaporean juga! Jiaaaaaah... Baiklah, saya tunjukkan kemampuan Singlish saya, biarin dah! Hahaha

Pengalaman ketiga, ketika saya sedang asik melahap 1 dollar ice cream, tiba-tiba seorang perempuan Singaporean menghampiri saya, meminta saya mengisi form survey untuk Singaporean. Woooah! Saya dikira Singaporean oleh Singaporean! Emezing! Sorry miss, I am not Singaporean! I am tourist from Indonesia.

Pengalaman keempat, di MRT menuju ke Orchard, sedang menunggu MRT di Bugis, ada pasangan bule, dari banyaknya Singaporean di sekitar saya, eh malah nanya jalan kepada saya! Aiyooooh! I am not Singaporean lar.. But I think I can help, cause we are on the same way to Orchard! Hehehe.. Pasangan Canada-South Africa yang saya tebak sebagai pasangan baru nemu di jalan itu,  dimana si bule perempuan saya tebak berumur dipenghujung 40-an menuju 50 sedangkan sang negro berumur yah kira-kira 20-an menuju 30 dengan rambut gimbalnya yang *maaf* baunya ajubile! Hahaha... Mereka menanyakan kepada saya bagaimana 'kabur' dari Singapore untuk mendapatkan stay permit at least one month again, setelah pembicaraan panjang saya ajarin untuk ke Johor yang transfer dari Woodlands dengan biaya yang murah meriah! Semoga berhasil yah!

Dan pengalaman kelima di Singapore kemaren ketika naik MRT ke lakeside point, seorang PRC menanyakan saya arah MRT, karena saya terlihat sebagai Singaporean. Yishun, transfer dimana (pake mandarin), saya terdiam sejenak, ermm... Yah yah keluar aja dari City Hall sambil tunjuk-tunjuk, transfer disitu (sambil bolak balik map), semoga cici ngak nyasar yah, saya bukan Singaporean dan cara bertanya yang baik tidak seperti itu, tetapi jawaban saya kemaren bener kok! Kalo nyasar salah sendiri!

Ada yang punya pengalaman lebih parah dari saya? Sejauh ini masih okelah dianggap sebagai warga negara asing masih dari negara-negara Asia, terutama dari tetangga. Singapore, Malaysia adalah yang paling sering, yah mungkin akibat Singlish, Teochew, Malaylish atau Melayu saya yang lancar bila di negara tersebut. Hongkong, Korean, Japanese, Thailand, Taiwanese juga sering didapatkan. Yang saya bingung tidak ada yang pernah menebak saya sebagai orang China! Tetapi emang berbeda sih yah, walaupun saya sipit, mereka lebih sipit lagi sih :)) Sebenarnya yang paling saya inginkan gitu ditebak sebagai bule gitu, kan kerenan dikit dianggap sebagai Caucassian gitu (ngimpi kali mana ada Caucassian kulit berwarna dan pendek kayak elu), dianggap African kayaknya kan juga keren tuh, kalo tidak Indian gitu dengan kulit begini kan sebagai suatu keajaiban! Atau mata itu orang udah katarak atau buta. Hahaha..

Tetapi sebagai seorang Indonesian sejati, aku mau dianggap sebagai orang PAPUA! Itu cita-cita saya, kalo kamu?


Whatever you say about me, I am still Indonesian

2 comments:

Anonymous said...

Cerita menarik...kalau saya dulu di eropa sering dikira pinoy...padahal mataku sipit abis...
Yang bikin jengkel mah disana nggak terlalu dikenal...jadi pada nanya ''dimana itu indonesia ? ''
Bali disana malah terkenal..

Surya said...

Semoga berhasil ya cita-citanya dianggap sebagai orang Papua...