Berbeda dari jalan-jalan di Singapore yang sudah-sudah, perjalanan kali ini yang memang tidak membawa misi jalan-jalan, ataupun menikmati objek wisata di Singapore, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit dan bertemu saudara. Bolak-balik Mount Elizabeth, untuk proses check-up yang untungnya tidak begitu ngejelimet tetapi dengan biaya yah cukup mahal tentunya. Tapi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik setelah check-up di Johor Bahru tidak menampakkan hasil yang memuaskan, mau tidak mau, Singapore menjadi tujuan selanjutnya.
Tapi topik kali ini bukan soal hospital tourism, tetapi menyoroti daerah Singapore yang mungkin jarang dikunjungi oleh para turis, Tampines area. Perjalanan ke Tampines sebenarnya tidak ada yang terlalu seru untuk diceritakan, area Tampines yang jauh dari pusat kota, dan dekat dengan bandara melihatnya di map MRT pasti sudah mengurungkan niat kesana. Tapi buat sebagian orang, yang menarik perhatian mungkin hanya IKEA saja yah.. And this time, I am not going there for IKEA, tetapi untuk bertamu ke rumah paman di Tampines Ave 7 BLK 391.
Paman memang sudah lama tinggal di Singapore, sejak zaman pendudukan Jepang di Indonesia, ada 3 orang paman yang diselundupkan ke Singapore. Dengan cerita mama, daripada mereka diwajibkan romusha, kakek lebih memilih untuk mengirim mereka ke Singapore dengan kapal kargo. Jadilah mereka luntang-lantung di Singapore, enggak tahu juga gimana caranya bisa bertahan hidup disana, tidak mau banyak tanya, sedih kalo mendengar cerita zaman pendudukan Jepang, dan tentu saja mama pada saat itu juga belum lahir, jadi tidak tahu apa-apa juga.
Paman kedua sudah lama tidak bekerja, sudah lama sakit-sakitan dan istrinya lah yang menjadi tulang punggung keluarga sebagai wanita karir. Ketika anak semata wayangnya perlu ikut wajib militer, bibi memutuskan untuk resign dan menjadi agent property dan buka butik kecil-kecilan agar bisa menjaga anaknya yang wajib militer, bila dia menjadi wanita kantoran, pasti sulit untuk bertemu anaknya. Now, untungnya anaknya sudah bekerja dan menghasilkan uang juga untuk orang tuanya. Tetapi paman yang 5 tahun lalu bermasalah dengan hati-nya, tahun lalu divonis kanker tulang ekor.
Kemungkinan sembuh sangat kecil sekali, kemoterapi rutin dilakukan, sebulan sekali, kondisi sempat drop tetapi sekarang sudah terlihat lebih segar. Sudah lama dia duduk dikursi rodanya, telah lama juga bibi tidak bekerja lagi untuk mengurusi paman di rumah. Satu hal yang aku pelajari disini, keluarga ini tetap tegar, mereka berani untuk melawan penyakit. Walaupun paman sudah tidak muda lagi, aku tidak ingat umur pastinya, tetapi sudah menginjak angka 60-an. Bibi bercerita seperti paman hanya terkena penyakit yang sepele, tidak ada kesedihan dalam suaranya, paman juga ngobrol seperti biasa, tidak ada keluhan walaupun beliau hanya bisa duduk di kursi rodanya. Dia mencoba untuk melakukan semua hal sendiri, makan sendiri dan maju mundur dengan kursi rodanya.
Makanan, isitrahat yang cukup, itu pesan untuk saya. Saluran televisi tentang konsultasi kesehatan selalu menjadi pilihan pertama, knowledge tentang penyakit itu sangat perlu untuk edukasi kita. Singaporean bisa banyak berbicara tentang penyakit walaupun tidak memiliki background kedokteran atau nursing. Sebenarnya aku juga dari dulu mendambakan acara televisi mengenai edukasi kesehatan, tetapi bukan promo konsultasi terapis. Basic knowledge sangat kita perlukan, agar tidak terjadi malpraktik oleh dokter lagi, tidak sembarangan mengkonsumsi obat dan menghindari obat-obatan yang keras.
Alhamdulillah yah, aku juga termasuk orang yang tidak mau minum obat, bukan karena suka makan obat, tetapi takut terhadap efek samping berkepanjangan akibat obat yang dikonsumsi. Tetapi bukan berarti anti obat, apabila keadaan mengharuskan untuk minum obat dokter, mau ga mau juga harus minum, tetapi sebisa mungkin menghindari antibiotik. Mencoba bersahabat dengan alam dengan minum-minuman herbal, self healing dan mencoba untuk melepaskan energi negatif dari tubuh tanpa campur tangan bahan kimia.
Pertemuan keluarga ini diakhiri dengan dinner bareng di Kopitiam Tampines. Yah tentu saja menu yang dipilih adalah makanan sehat, yang tidak berminyak dan terlalu berlemak. Sebenarnya saya sudah terbiasa untuk menjaga pola makan yang sehat, mengurangi MSG yang telah dilarang oleh pemerintah Singapore. Aku sudah tidak bisa untuk mengkonsumsi MSG yang berlebihan, akibat langsung yang ditimbulkan tentu saja rasa haus yang berlebihan, tenggorokan yang kering dan sariawan.
Dear reader, please keep away from junk food, instant food, or oily food. Sesekali boleh, tetapi yang benar-benar sesekali (sebulan sekali, coba jujur ama diri sendiri), bukan sehari sekali! Tanamkan di alam bawah sadar Anda, kalo junk food itu tidak baik untuk kesehatan, otomatis rasanya juga tidak bakal enak lagi. Tidak akan mudah tergoda, bisa mengalihkan keinginan ke makanan yang lain. Keep healty lifestyle, stay fresh and friendly with our nature. Get quality of life.
Pertemuan keluarga ini diakhiri dengan dinner bareng di Kopitiam Tampines. Yah tentu saja menu yang dipilih adalah makanan sehat, yang tidak berminyak dan terlalu berlemak. Sebenarnya saya sudah terbiasa untuk menjaga pola makan yang sehat, mengurangi MSG yang telah dilarang oleh pemerintah Singapore. Aku sudah tidak bisa untuk mengkonsumsi MSG yang berlebihan, akibat langsung yang ditimbulkan tentu saja rasa haus yang berlebihan, tenggorokan yang kering dan sariawan.
Dear reader, please keep away from junk food, instant food, or oily food. Sesekali boleh, tetapi yang benar-benar sesekali (sebulan sekali, coba jujur ama diri sendiri), bukan sehari sekali! Tanamkan di alam bawah sadar Anda, kalo junk food itu tidak baik untuk kesehatan, otomatis rasanya juga tidak bakal enak lagi. Tidak akan mudah tergoda, bisa mengalihkan keinginan ke makanan yang lain. Keep healty lifestyle, stay fresh and friendly with our nature. Get quality of life.