Friday, February 26, 2010

Pansus, Yang penting bukan hasil, Tapi Akal Sehat KITA

Drama pansus yang biasa kita tonton setiap harinya di acara berita ataupun siaran langsung dari stasiun tv sebentar lagi akan berakhir, seiring dengan habisnya masa tugas mereka. Banyak orang yang senang karena hasil investigasi pansus selama beberapa bulan terakhir bisa diketahui masyarakat. Tapi juga tidak sedikit yang merasa sedih karena mereka kehilangan tontonan menarik seperti layaknya sinetron, dimana ada adegan memaki, saling menjatuhkan, berseliweran kata-kata kotor, beteriak sambil melotot, dan sebagainya.

Tapi bukan itu masalah utamanya. Karena masalah yang sebenarnya adalah pengumuman hasil kesimpulan akhir tiap fraksi di pansus sebelum masuk ke tahap paripurna DPR. Sudah bisa ditebak, bahwa mayoritas pansus kecuali PD, PAN dan PKB, secara tegas menyalahkan Boediono dan Sri Mulyani sebagai orang yang bertanggung jawab atas kasus ini. Kesimpulan yang memang sejak awal sudah mereka tentukan bahkan sebelum pansus ini digelar. Meskipun fakta di lapangan justru menggambarkan bahwa ekonomi Indonesia terselamatkan dengan kebijakan bail out ini.

Dalam talk show radio Perspektif Baru yang dipandu Wimar Witoelar dengan narasumber Sigit Pramono (Ketua Perbanas) dan ekonom Faisal Basri, kedua orang ini memberikan perspektifnya mengenai hasil kesimpulan pansus seperti yang dikatakan Faisal sangat jauh dari masuk akal.

Sigit Pramono yang menjadi representasi dunia perbankan, merasa bahwa bail out bank century merupakan keputusan yang menguntungkan dunia perbankan. Karena perbankan sebagai jantung perekonomian adalah sektor yang sebenarnya paling merasakan dampak dari krisis. Oleh karenanya penyelamatan Bank Century oleh KSSK aalah langkah yang tepat. Karena dalam keadaan krisis, jika bank ini collaps, maka akan berakibat rush dan kepanikan di semua bank. Jika kebanyakan orang Indonesia termasuk politisinya menganggap situasi ini biasa saja, tapi bagi para banker, kondisi krisis yang dipicu subprime morgate di AS membuat mereka ketakutan dan membahayakan.

Apalagi Sigit juga menyadari bahwa Indonesia belum memiliki payung hukum yang jelas waktu itu untuk penanganan krisis, karena RUU Jaringan Pengaman Sektor Keuangan tidak kunjung disahkan DPR. Menurutnya di tengah situasi serba terbatas pada waktu itu, kemudian ada orang yang berani mengambil keputusan dan tanggung jawab karena melihat ada potensi krisis, dan pada akhirnya berhasil mencegah krisis maka orang tersebut harus diberikan apresiasi bukannya kecaman. “ Kalau ada orang yang berhasil menyelamatkan perekonomian seharusnya justru kita beri penghargaan. Karena faktanya memang krisis tidak terjadi”, ujar mantan Dirut BNI ini

Sementara Faisal Basri mengatakan percuma jika kita beradu data dan teori dengan pansus. “Ini sudah masuk ke ranah politik, jadi logika, rasio dan akal sehat sudah tidak begitu penting”, tegas Faisal. Karena dari pengamatannya pansus memang tidak bisa menemukan alat bukti yang dia punya dengan kesalahan pengambilan kebijakan. Selain itu aroma politisasi sangat kental, karena pansus dipakai sebagai alat untuk memuluskan kepentingan pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari transaksi bisnis yang melibatkan kekuasaan .

Karena selama ini sikap Sri Mulyani dan Boediono , terutama dalam soal ”keadilan bisnis”, dan korupsi selalu tegas dan tidak kompromistis. Jadi banyak kekuatan konglomerat hitam atau elit yang terhalangi kepentingannya, tururt mendompleng dalam usaha penyingkiran SMI – Boediono. Salah satunya adalah bisnis keluarga Bakrie. “Yang jelas Bakrie group punya masalah pajak trilunan rupiah, dan 7 perusahaannya di bursa saham kerap melakukan tindakan –tindakan yang melanggar aturan pasar saham”, tegas Faisal. Lalu dia juga mengungkapkan bahwa ada proyek – proyek bakrie group yang terkait dengan pemerintah seperti tambak lorok, yang berpotensi merugikan negara 3 triliun karena berusaha untuk memasok gas ke PLN meskipun tender ini sudah dimenangi Petronas. “ Jadi bisnis Bakrie adalah bisnis yang sangat bergantung dengan kekuasaan”, tambahnya.

Akan tetapi kita harus tetap yakin bahwa kebenaranlah yang akan menang. Karena di era keterbukaan informasi sekarang ini, cepat atau lambat masyarakat lua pada akhirnya akan bisa membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang bad guys mana yang good guys, dan mana yang taat pajak mana yang suka ngemplang.

sumber : http://perspektif.net

No comments: