Pada saat kita dilahirkan, mengapa kita menangis? Secara tak sadar, bayi telah merasakan dukkha di dunai ini. Pada saat mereka lahir di dunia, tangisanlah yang membahana dan hiruk pikuk, gelak tawa dari orang tua dan dokter yang telah melahirkannya. Tapi mengapa semua orang tertawa diatas tangisan sang bayi yang baru dilahirkan didunia?
Usut punya usut, kelahiranlah awal dari segala penderitaan, seharusnya kita menghadapi kelahiran dengan bersedih bukan bersorak ria. Tapi ironis yang lumrah terjadi, kelahiran artinya pesta pora menyambut kelahiran sang anak, putra-putri pertama yang akan melanjutkan keturunan, yang akan mewarisi keluarga. Semuanya bersuka ria, senyum, gelak tawa semuanya membahana dalam pesta penyambutan kelahiran.
Namun apa yang terjadi bila terjadi kematian? Kematian merupakan proses akhir dah awal kehidupan lagi. Ketika menghadapi kematian, semua orang berduka, ratap tangis membahana di dunia. Mata sembab dengan suara terisak-isak, semuanya bercampur aduk dan kadang-kadang dilengkapi dengan suara tangisan yang membahana. Upacara kematian disiapkan dengan kusuk, seluruh keluarga besar mulai berkumpul, jauh maupun dekat. Semua berkumpul bersama memperingati kematian. Bahkan, banyak yang berlomba-lomba menangis sekencang-kencangnya untuk 'terlihat' sangat berduka. Ironis...
Seharusnya itu yang dilakukan ketika Beliau masih hidup, masih bisa bernafas, menangis merang-raung dan 'sok' turut prihatin setelah meninggal, semuanya cuma 'CARMUK', mengapa hal tersebut tidak dilakukan ketika beliau masih hidup, masih bisa mengenali siapa diri Anda? Mengapa setelah kematian baru mengingat kebaikan beliau? Ketika mereka masih hidup, dihujat habis-habisan. Contoh : Soeharto, GusDur. Benar kata orang, ketika melihat seseorang disayang atau tidak saksikan ketika orang itu meninggal.
OK, kembali ke topik. Kelahiran selalu berakhir dengan kematian, setelah kematian akan terjadi proses kelahiran kembali. Proses dalam lingkaran kehidupan, ulang dan berulang. Susah untuk keluar dari lingkaran samsara ini, tidak hanya sulit, tapi hampir mustahil. Bagaimana menghadapi kematian dengan tabah, dengan lapang dada. Intinya terletak pada kebijaksanaan kita menghadapi kematian tersebut. Cobalah untuk tetap tersenyum, jangan terlarut dalam kelamnya suatu kematian. Anggaplah kematian awal dari segalanya, awal dari suatu kehidupan yang akan lebih baik buat siapapun.
Kematian kata-kata itu begitu mistis dan enggan diucapkan atau terdengar sering. Namun kita perlu merubah pola pikir kita. "Tidak ada yang perlu diselali, tidak ada yang perlu diratapi". Itulah proses kehidupan, hadapi kematian dengan senyuman, semuanya akan terasa lebih mudah dan indah. Lingkaran kehidupan akan terus berputar, hidup tidak akan terhenti hanya dengan suatu kematian.
Sabbe Sankhara Anicca
Sabbe Sankhara Dukkha
Sabbe Sankhara Anatta
-'dee'-
No comments:
Post a Comment