Wah, wisudawan baru udah diresmikan dimana-mana. Semuanya siap untuk memburu lapangan kerja yang udah seketat 'skinny pant'. Saling serang, sikut menyikut demi mengejar apa yang dicita-citakan. Tak ada lagi istilah teman sepenanggungan, teman seperjuangan, yang ada hanyalah istilah 'rival'.
Bagaimana menyikapi teman yang menjadi lawan?
Setelah mengalami beratnya dunia kerja, akan kelihatan siapa teman ataupun lawan Anda. Siapa juga rekan yang nantinya dapat membantu Anda mengejar cita-cita.
Mendapatkan rival yg selalu menyerang Anda, jangan merasa kecil hati. Jangan mendendam ataupun kesal. Dengan kepala dingin hadapi kenyataannya. Sabar kunci utamanya.
Tunjukkan bahwa Anda lebih daripada mereka. Tunjukkan Anda bisa walaupun dipandang sebelah mata oleh mereka. Tunjukkan bahwa Anda masih bisa berbuat baik diatas kejahatan mereka. Tunjukkan Anda tidak kalah dari mereka. Biarlah mereka bertambah iri, bertambah sirik kepada Anda. Tooooh Anda tidak akan dirugikan sama sekali.
Bagaimana bisa sabar terhadap mereka yang selalu berbuat jahat?
Sabar tanpa batas.
Sabar kan ada batasnya?!
Sabar itu tiada batas. Batas kesabaran itu tidaklah nyata adanya. Anda sendiri yang membatasi diri Anda. Cobalah untuk membuka diri Anda. Jangan merasa marah. Coba untuk selalu tersenyum menghadapi masalah.
Kalau terus disakiti, dijahatin, masa harus diacuhkan saja?
Bukan diacuhkan, namun dilawan dengan cara yang diplomatis, cara yang lebih elegan, bukan melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Cara yang lebih pintar, lebih sabar, lenih smart, lebih tak terlihat.
Bagaimana caranya itu Anda sendiri yang bisa menentukan bagaimana yang lebih tepat.
Dee ~ an Indonesian who wants to tell strories about life, book, travelling, cooking, food, photography, economy, politic, movie and love. Just read my story, hope you will like it. Let's begin and enjoy! ;)
Monday, November 29, 2010
Wednesday, November 17, 2010
Eat Pray Love
Yah abis nonton Eat Pray Love, esensi hidup begitu terasa. Hidup dalam keseimbangan, tidak berlebihan dan memaksakan suatu keadaan, melepas sesuatu untuk mendapatkan keseimbangan hidup.
Harapan ke depannya untuk Eat, Pray, Love :
Eat ~ saya pilih di Indonesia saja, Asia boleh lah..
Surga kuliner dengan beraneka pilihan makanan yang unik-unik dan eksotik
Pray ~ Tibet, Bhutan, kota berkonsep buddhist nan eksotik, balancing your mind.
Love ~ Paris, ya inilah satu-satunya honeymoon yang aku harapkan bareng pacar. Ga tau kenapa berharap banget bisa kesini.. seperti ketemu surga dunia kalo kata orang, walaupun ga taw bagaimana disana :D
Namun karena budget yang terbatas ya sudahlah cukup di sederhanain aja:
Eat ~ My home... Citarasa makanan yang enak, yang telah men-train lidah menjadi begitu jago merasakan rasa makanan
Pray ~ Mendut, candi paling membuat hati tenang, walaupun sudah habis tertutup debu merapi, suatu hari saya akan kesana kembali
Love ~ Bandung, suasana nan dingin, banyak tempat wisata dan kuliner juga.. Ada Vipassana, disinilah balancing hidup..
Harapan ke depannya untuk Eat, Pray, Love :
Eat ~ saya pilih di Indonesia saja, Asia boleh lah..
Surga kuliner dengan beraneka pilihan makanan yang unik-unik dan eksotik
Pray ~ Tibet, Bhutan, kota berkonsep buddhist nan eksotik, balancing your mind.
Love ~ Paris, ya inilah satu-satunya honeymoon yang aku harapkan bareng pacar. Ga tau kenapa berharap banget bisa kesini.. seperti ketemu surga dunia kalo kata orang, walaupun ga taw bagaimana disana :D
Namun karena budget yang terbatas ya sudahlah cukup di sederhanain aja:
Eat ~ My home... Citarasa makanan yang enak, yang telah men-train lidah menjadi begitu jago merasakan rasa makanan
Pray ~ Mendut, candi paling membuat hati tenang, walaupun sudah habis tertutup debu merapi, suatu hari saya akan kesana kembali
Love ~ Bandung, suasana nan dingin, banyak tempat wisata dan kuliner juga.. Ada Vipassana, disinilah balancing hidup..
Labels:
Eat,
Indonesia,
jakarta,
Julia Robert,
Kuala Lumpur,
Love,
Pray
Vagina vs Penis
Semenjak manusia diciptakan Tuhan (lebih tepatnya semenjak ibu hawa mendampingi ayah Adam), manusia memang ditakdirkan untuk memiliki kebutuhan biologis. Pemenuhan kebutuhan biologis itu sendiri telah diatur Tuhan, agar tidak terjadi kesewenang-wenangan layaknya binatang. Sayang, kenyataannya tidak seindah itu. Kebutuhan biologis ternyata dapat diperdagangkan, untuk memenuhi kebutuhan dasar lain yang lebih penting yaitu pangan, sandang dan papan. Memperdagangkan kebutuhan biologis dianggap sebagai sebuah dosa besar. Tapi apakah benar begitu ?
Memang tidak semua wanita maupun pria memperdagangkan kebutuhan biologis (melacur) demi mempertahankan hidup, ada juga yang melacur demi mengejar kekayaan atau materi itu sendiri. Semuanya beralasan terdesak atau ‘didesak’ oleh keadaan. Saya harap anda dapat membedakan kata terdesak dan ‘didesak’. Ya, yang membedakan adalah faktor kesengajaan dan niat.
Permisalan keadaan terdesak adalah sebagai berikut. Tuti seorang anak dengan tiga orang tanggungan hidup, yaitu seorang ibu dan 2 orang adik. Suatu ketika, ibu Tuti jatuh sakit dan setelah didiagnosis ternyata kondisinya membutuhkan perawatan lebih dan kemungkinan diperlukan operasi. Ibu Tuti sehari-hari bekerja sebagai penjaja makanan keliling yang tidak memiliki cukup dana untuk membiayai penyakitnya, serta beban hidup bagi ketiga anaknya. Setelah Tuti berusaha kesana kemari untuk memperoleh pinjaman, dan hasilnya tidak akan mencukupi biaya pengobatan Ibunya, maka Tuti memutuskan untuk menjual keperawanannya dan melacur. Tuti melakukan itu semua demi menyelamatkan nyawa ibu dan kelangsungan hidup dua orang adiknya. Saya sepakat, bahwa permisalan ini adalah sebuah kondisi dimana seorang Tuti terdesak.oleh keadaan.
Permisalan keadaan didesak adalah sebagai berikut. Anne adalah seorang anak yang duduk di bangku sekolah menengah. Anne hidup di dua lingkungan yang berbeda. Anne berasal dari lingkungan masyarakat dan keluarga yang pas-pasan (bisa makan sehari sekali saja sudah syukur). Sedangkan Anne belajar di lingkungan sekolah yang elite, yang kebanyakan berasal dari kalangan kelas atas dan ‘berotak’. Tidak dipungkiri, Anne berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda strata sosial-ekonominya. Dari pandangan riil kehidupan sehari-hari, maka lambat laun hal itu beralih kepada pandangan hidup. Anne pun tidak sanggup menerima ‘kemiskinan’ yang membelenggu dirinya. Demi mensejajarkan diri, dalam hal cara pandang dan gaya hidup seperti teman-temannya, maka Anne menjual keperawanan dan melacurkan dirinya. Pada kondisi ini, saya sepakat bahwa Anne didesak oleh keadaaan. Pernyataan ‘didesak’ menyiratkan bahwa sebetulnya ada pilihan bagi Anne untuk memilih jalan hidupnya. Dan Anne memilih untuk melacur.
Sejujurnya, tulisan ini diinspirasi oleh Metropolis Cover Story di Jawa Pos sebanyak 2 seri back to back pada 18 dan 19 Mei 2008. Dalam rubrik tersebut, dideskripsikan fenomena tentang grey chicken atau lebih dikenal sebagai pelacur pelajar. Pada seri pertama dijelaskan tentang pelacur yang didesak keadaan. Sedangkan pada seri kedua dijelaskan tentang pelacur yang terdesak oleh keadaan. Saya sendiri sebetulnya emoh membedakan makna didesak dan terdesak. Hal itu karena bedanya ukuran saya dengan orang lain, bahkan dengan Tuhan mengenai standard kata ‘desak’. Dalam dua seri back to back tersebut, keduanya membuat hati saya benar-benar terbelah dua. Pada seri pertama saya benar-benar dibuat jengkel, sedangkan pada seri kedua saya benar-benar dibuat trenyuh (tapi tetep jengkel juga sih ?).
Pada seri pertama, dijelaskan bahwa mereka melacurkan diri hanya sebatas untuk bisa mengikuti gaya hidup sinetron dengan handphone dan laptop. Bila perlu, mereka secepatnya berambisi untuk membeli mobil dan rumah mewah. Dan itu bisa dilakukan, seri kedua membuktikan itu ! Bahkan dalam ‘operasional’ bisnisnya mereka juga tidak segan-segan menipu pelanggan dengan berbagai trick agar bisa dibilang ‘perawan’. Jadi kasarnya, mereka yang mengaku pelacur pelajar ini sebetulnya adalah perawan jadi-jadian. Ada yang keperawanannya direnggut pacar sendiri, ada juga yang benar-benar direnggut oleh si hidung belang.
Pada seri kedua, dijelaskan bahwa salah seorang legenda pelacur pelajar menyatakan telah ‘berhenti’ dan hanya memberikan service khusus kepada beberapa langganannya yang exclusive. Alasannya sebagai balas budi, karena hidung belang exclusive itulah yang bisa membuatnya hidup ‘enak’ sekarang. Si legenda ini, alasannya melacur bolehlah saya bilang ke dalam kategori terdesak. Maklum, ketika melacurkan diri dia mengalami kejadian yang cukup mengejutkan. Dan secara otomatis membuat keluarganya tidak memiliki penghasilan apapun untuk menghidupi beban hidup keluarga. Selanjutnya, diceritakan kejadian-kejadian yang cukup memberi kita pengertian tentang sisi lain dunia si legenda. Satu hal yang cukup membuat saya jengkel kepada dia adalah ucapan yang menyatakan bahwa dia ‘senang’ dengan kehidupannya sekarang, dan rela jadi ‘bekas’ orang jelek-jelek daripada bekas orang baik-baik.
Tapi … ya sudahlah …
Jujur saja, saya kadang merasa pilu kenapa banyak orang menyadari dan melakukan suatu kejahatan, tapi tidak mengakui kejahatannya. Saya ini penggemar bokep dan komik porno, jika saya ditanya tentang “Apakah kamu merasa salah dan bersalah atas kegiatan yang kamu lakukan ?”, maka jawaban saya cukup singkat, “YA!”. Andaikata saya seorang pelacur, saya setuju bahwa saya bersalah, tapi saya tidak akan merasa bangga dengan mengatakan, “Itu bagian dari jalan hidup saya. Lagipula saya tidak akan bisa hidup enak kalau tidak melakukan pekerjaan itu. Lebih baik jadi bekas orang jelek-jelek daripada bekas orang baik-baik.”
Ah … dunia ini memang kompleks … dan di dalamnya kebenaran dan kejahatan adalah seperti dua sisi mata uang. Sulit bagi saya untuk menjustifikasi orang lain apalagi diri saya sendiri. Sebab, nilai kebenaran hakiki hanya Tuhan yang tahu, rahasia kehidupan, janji surga dan ancaman neraka adalah hal-hal ‘kuno’ yang tidak konkrit dan tidak memiliki wujud nyata, semuanya imajiner. Agaknya, slogan mau untung besar maka korbannya juga harus besar, itu benar adanya. Sekalipun pengorbanan itu agaknya menyakiti jiwa dan keyakinan kita akan kebenaran sejati … yang terkucil di pojok hati.
Belum cukup sampai di situ, banyak ketakutan lain yang harus dihadapi dalam menjalani hidup ini. Jujur saja saya takut dengan arah pikir dan cara pandang kita yang didominasi oleh nilai-nilai materi yang positivistik dan maskulin. Terbukti sudah, bahwa gaya pikir anak-anak muda zaman sekarang adalah gaya pikir yang sangat pragmatis (keseharian), instant, dan cenderung mengacuhkan nilai-nilai moral. Saya tidak pernah menyatakan bahwa bersikap rasional itu buruk, malah dalam era digital sekarang sikap rasional dan logis akan mengantarkan manusia pada kesuksesan. Tapi sukses itu sendiri apa ? Buat saya, sukses itu adalah ketenteraman bathin yang tidak melupakan ketenteraman lahir. Jadi, bagi saya nilai-nilai moral dan sikap rasional dibutuhkan secara seimbang, komplementer, dan bukan bersifat saling substitutif secara mendominasi.
Pola pikir yang ‘ajaib’ terutama dalam kasus-kasus pelacuran akan terus berkembang, dengan ‘paket’ yang kian hari kian inovativ. Bukan hanya untuk menangguk keuntungan dari penjualan penis dan vagina semata, namun juga untuk mensahihkan eksistensi mereka sebagai bagian dari lingkup sosial-ekonomi-budaya di belahan dunia manapun. Fenomena itu terbukti benar, dan kian hari kian menguat. Mereka yang bergerak di bidang pelacuran ini bahkan telah merenggut banyak keperawanan gadis-gadis di bawah umur. Saya tak peduli lagi dengan alasan, mengapa mereka me;acur ? tokh mereka juga berpikir EGP kepada saya. Tapi saya juga berhak menuntut tempat kepada mereka …
Saya paham bahwa perawan bukan hanya soal selaput dara !!! Perawan adalah soal yang kompleks terutama dalam domain ke-tradisi-an di negeri ini. Oke !!! Saya harus mengaku bahwa saya termasuk ke dalam kalangan tradisionalis itu, walaupun juga bisa dibilang menjalani proses metamorfosis ke arah progresiv thinking. Oke, selaput dara sobek ! Tapi disebabkan oleh apa ? Apakah disetubuhi (diperkosa) ? Atau menjual diri ? Apakah dilakukan dengan niat suka-sama-suka ? Atau keterpaksaan ? Jujur saja, saya belum bisa menerima seorang gadis yang telah kehilangan keperawanan karena bersetubuh dengan laki-laki lain. Saya tidak pernah berharap mendapatkan gadis semacam itu sebagai istri.
Terkadang saya mencoba berpikir sebijaksana mungkin untuk menanyakan masalah ini kepada diri saya sendiri. Saya ingin sesekali memikirkan ini, untuk meredam emosi saya jika akhirnya diketahui bahwa istri saya memang punya sejarah ‘kelam’. Saya mencoba berpikir bijaksana, antara harga diri saya sebagai lelaki yang dapat barang ‘bekas’, dengan nilai-nilai komitmen dalam sebuah pernikahan. Semua itu karena pernikahan bukan hanya soal seks semata, namun lembar baru ‘kehidupan bersama’ sampai mati. Yang di dalamnya sebuah keluarga akan bertumbuh bersama baik dari sisi kuantitas juga kualitas. Kasarnya, saya ingin punya istri yang bisa saya sayang dan saya bina menjadi manusia yang lebih baik daripada sebelum waktu menikah. Begitu juga harapan istri saya kepada saya. Saya akan berjuang menjadi lelaki yang lebih baik bagi istri dan anak-anak saya.
Namun, kini sebagai lelaki normal yang mampu membaca perkembangan prostitusi dan pergaulan remaja zaman sekarang, hati saya jadi gundah. Saya jadi punya pikiran ‘jangan-jangan’ … Jangan-jangan calon istri saya tidak perawan ? Jangan-jangan saya dapat ‘barang bekas’ ? Jangan-jangan calon istri saya masih akan ‘giat’ bersetubuh dengan lelaki lain ? Jangan-jangan saya tidak mencintai calon istri saya dan hanya menginginkan tubuhnya, sama halnya dengan lelaki hidung belang ?! Jangan-jangan saya memang hidung belang ? Jangan-jangan …
Memang tidak semua wanita maupun pria memperdagangkan kebutuhan biologis (melacur) demi mempertahankan hidup, ada juga yang melacur demi mengejar kekayaan atau materi itu sendiri. Semuanya beralasan terdesak atau ‘didesak’ oleh keadaan. Saya harap anda dapat membedakan kata terdesak dan ‘didesak’. Ya, yang membedakan adalah faktor kesengajaan dan niat.
Permisalan keadaan terdesak adalah sebagai berikut. Tuti seorang anak dengan tiga orang tanggungan hidup, yaitu seorang ibu dan 2 orang adik. Suatu ketika, ibu Tuti jatuh sakit dan setelah didiagnosis ternyata kondisinya membutuhkan perawatan lebih dan kemungkinan diperlukan operasi. Ibu Tuti sehari-hari bekerja sebagai penjaja makanan keliling yang tidak memiliki cukup dana untuk membiayai penyakitnya, serta beban hidup bagi ketiga anaknya. Setelah Tuti berusaha kesana kemari untuk memperoleh pinjaman, dan hasilnya tidak akan mencukupi biaya pengobatan Ibunya, maka Tuti memutuskan untuk menjual keperawanannya dan melacur. Tuti melakukan itu semua demi menyelamatkan nyawa ibu dan kelangsungan hidup dua orang adiknya. Saya sepakat, bahwa permisalan ini adalah sebuah kondisi dimana seorang Tuti terdesak.oleh keadaan.
Permisalan keadaan didesak adalah sebagai berikut. Anne adalah seorang anak yang duduk di bangku sekolah menengah. Anne hidup di dua lingkungan yang berbeda. Anne berasal dari lingkungan masyarakat dan keluarga yang pas-pasan (bisa makan sehari sekali saja sudah syukur). Sedangkan Anne belajar di lingkungan sekolah yang elite, yang kebanyakan berasal dari kalangan kelas atas dan ‘berotak’. Tidak dipungkiri, Anne berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda strata sosial-ekonominya. Dari pandangan riil kehidupan sehari-hari, maka lambat laun hal itu beralih kepada pandangan hidup. Anne pun tidak sanggup menerima ‘kemiskinan’ yang membelenggu dirinya. Demi mensejajarkan diri, dalam hal cara pandang dan gaya hidup seperti teman-temannya, maka Anne menjual keperawanan dan melacurkan dirinya. Pada kondisi ini, saya sepakat bahwa Anne didesak oleh keadaaan. Pernyataan ‘didesak’ menyiratkan bahwa sebetulnya ada pilihan bagi Anne untuk memilih jalan hidupnya. Dan Anne memilih untuk melacur.
Sejujurnya, tulisan ini diinspirasi oleh Metropolis Cover Story di Jawa Pos sebanyak 2 seri back to back pada 18 dan 19 Mei 2008. Dalam rubrik tersebut, dideskripsikan fenomena tentang grey chicken atau lebih dikenal sebagai pelacur pelajar. Pada seri pertama dijelaskan tentang pelacur yang didesak keadaan. Sedangkan pada seri kedua dijelaskan tentang pelacur yang terdesak oleh keadaan. Saya sendiri sebetulnya emoh membedakan makna didesak dan terdesak. Hal itu karena bedanya ukuran saya dengan orang lain, bahkan dengan Tuhan mengenai standard kata ‘desak’. Dalam dua seri back to back tersebut, keduanya membuat hati saya benar-benar terbelah dua. Pada seri pertama saya benar-benar dibuat jengkel, sedangkan pada seri kedua saya benar-benar dibuat trenyuh (tapi tetep jengkel juga sih ?).
Pada seri pertama, dijelaskan bahwa mereka melacurkan diri hanya sebatas untuk bisa mengikuti gaya hidup sinetron dengan handphone dan laptop. Bila perlu, mereka secepatnya berambisi untuk membeli mobil dan rumah mewah. Dan itu bisa dilakukan, seri kedua membuktikan itu ! Bahkan dalam ‘operasional’ bisnisnya mereka juga tidak segan-segan menipu pelanggan dengan berbagai trick agar bisa dibilang ‘perawan’. Jadi kasarnya, mereka yang mengaku pelacur pelajar ini sebetulnya adalah perawan jadi-jadian. Ada yang keperawanannya direnggut pacar sendiri, ada juga yang benar-benar direnggut oleh si hidung belang.
Pada seri kedua, dijelaskan bahwa salah seorang legenda pelacur pelajar menyatakan telah ‘berhenti’ dan hanya memberikan service khusus kepada beberapa langganannya yang exclusive. Alasannya sebagai balas budi, karena hidung belang exclusive itulah yang bisa membuatnya hidup ‘enak’ sekarang. Si legenda ini, alasannya melacur bolehlah saya bilang ke dalam kategori terdesak. Maklum, ketika melacurkan diri dia mengalami kejadian yang cukup mengejutkan. Dan secara otomatis membuat keluarganya tidak memiliki penghasilan apapun untuk menghidupi beban hidup keluarga. Selanjutnya, diceritakan kejadian-kejadian yang cukup memberi kita pengertian tentang sisi lain dunia si legenda. Satu hal yang cukup membuat saya jengkel kepada dia adalah ucapan yang menyatakan bahwa dia ‘senang’ dengan kehidupannya sekarang, dan rela jadi ‘bekas’ orang jelek-jelek daripada bekas orang baik-baik.
Tapi … ya sudahlah …
Jujur saja, saya kadang merasa pilu kenapa banyak orang menyadari dan melakukan suatu kejahatan, tapi tidak mengakui kejahatannya. Saya ini penggemar bokep dan komik porno, jika saya ditanya tentang “Apakah kamu merasa salah dan bersalah atas kegiatan yang kamu lakukan ?”, maka jawaban saya cukup singkat, “YA!”. Andaikata saya seorang pelacur, saya setuju bahwa saya bersalah, tapi saya tidak akan merasa bangga dengan mengatakan, “Itu bagian dari jalan hidup saya. Lagipula saya tidak akan bisa hidup enak kalau tidak melakukan pekerjaan itu. Lebih baik jadi bekas orang jelek-jelek daripada bekas orang baik-baik.”
Ah … dunia ini memang kompleks … dan di dalamnya kebenaran dan kejahatan adalah seperti dua sisi mata uang. Sulit bagi saya untuk menjustifikasi orang lain apalagi diri saya sendiri. Sebab, nilai kebenaran hakiki hanya Tuhan yang tahu, rahasia kehidupan, janji surga dan ancaman neraka adalah hal-hal ‘kuno’ yang tidak konkrit dan tidak memiliki wujud nyata, semuanya imajiner. Agaknya, slogan mau untung besar maka korbannya juga harus besar, itu benar adanya. Sekalipun pengorbanan itu agaknya menyakiti jiwa dan keyakinan kita akan kebenaran sejati … yang terkucil di pojok hati.
Belum cukup sampai di situ, banyak ketakutan lain yang harus dihadapi dalam menjalani hidup ini. Jujur saja saya takut dengan arah pikir dan cara pandang kita yang didominasi oleh nilai-nilai materi yang positivistik dan maskulin. Terbukti sudah, bahwa gaya pikir anak-anak muda zaman sekarang adalah gaya pikir yang sangat pragmatis (keseharian), instant, dan cenderung mengacuhkan nilai-nilai moral. Saya tidak pernah menyatakan bahwa bersikap rasional itu buruk, malah dalam era digital sekarang sikap rasional dan logis akan mengantarkan manusia pada kesuksesan. Tapi sukses itu sendiri apa ? Buat saya, sukses itu adalah ketenteraman bathin yang tidak melupakan ketenteraman lahir. Jadi, bagi saya nilai-nilai moral dan sikap rasional dibutuhkan secara seimbang, komplementer, dan bukan bersifat saling substitutif secara mendominasi.
Pola pikir yang ‘ajaib’ terutama dalam kasus-kasus pelacuran akan terus berkembang, dengan ‘paket’ yang kian hari kian inovativ. Bukan hanya untuk menangguk keuntungan dari penjualan penis dan vagina semata, namun juga untuk mensahihkan eksistensi mereka sebagai bagian dari lingkup sosial-ekonomi-budaya di belahan dunia manapun. Fenomena itu terbukti benar, dan kian hari kian menguat. Mereka yang bergerak di bidang pelacuran ini bahkan telah merenggut banyak keperawanan gadis-gadis di bawah umur. Saya tak peduli lagi dengan alasan, mengapa mereka me;acur ? tokh mereka juga berpikir EGP kepada saya. Tapi saya juga berhak menuntut tempat kepada mereka …
Saya paham bahwa perawan bukan hanya soal selaput dara !!! Perawan adalah soal yang kompleks terutama dalam domain ke-tradisi-an di negeri ini. Oke !!! Saya harus mengaku bahwa saya termasuk ke dalam kalangan tradisionalis itu, walaupun juga bisa dibilang menjalani proses metamorfosis ke arah progresiv thinking. Oke, selaput dara sobek ! Tapi disebabkan oleh apa ? Apakah disetubuhi (diperkosa) ? Atau menjual diri ? Apakah dilakukan dengan niat suka-sama-suka ? Atau keterpaksaan ? Jujur saja, saya belum bisa menerima seorang gadis yang telah kehilangan keperawanan karena bersetubuh dengan laki-laki lain. Saya tidak pernah berharap mendapatkan gadis semacam itu sebagai istri.
Terkadang saya mencoba berpikir sebijaksana mungkin untuk menanyakan masalah ini kepada diri saya sendiri. Saya ingin sesekali memikirkan ini, untuk meredam emosi saya jika akhirnya diketahui bahwa istri saya memang punya sejarah ‘kelam’. Saya mencoba berpikir bijaksana, antara harga diri saya sebagai lelaki yang dapat barang ‘bekas’, dengan nilai-nilai komitmen dalam sebuah pernikahan. Semua itu karena pernikahan bukan hanya soal seks semata, namun lembar baru ‘kehidupan bersama’ sampai mati. Yang di dalamnya sebuah keluarga akan bertumbuh bersama baik dari sisi kuantitas juga kualitas. Kasarnya, saya ingin punya istri yang bisa saya sayang dan saya bina menjadi manusia yang lebih baik daripada sebelum waktu menikah. Begitu juga harapan istri saya kepada saya. Saya akan berjuang menjadi lelaki yang lebih baik bagi istri dan anak-anak saya.
Namun, kini sebagai lelaki normal yang mampu membaca perkembangan prostitusi dan pergaulan remaja zaman sekarang, hati saya jadi gundah. Saya jadi punya pikiran ‘jangan-jangan’ … Jangan-jangan calon istri saya tidak perawan ? Jangan-jangan saya dapat ‘barang bekas’ ? Jangan-jangan calon istri saya masih akan ‘giat’ bersetubuh dengan lelaki lain ? Jangan-jangan saya tidak mencintai calon istri saya dan hanya menginginkan tubuhnya, sama halnya dengan lelaki hidung belang ?! Jangan-jangan saya memang hidung belang ? Jangan-jangan …
Labels:
bersetubuh,
calon istri,
lelaki,
normal,
Penis,
perawan,
perjaka,
Vagina
Jakarta oh Jakarta
Jakarta tercinta.. Jakarta menyebalkan..
Ibukota yang lebih kejam daripada ibu tiri, uang lah yang diperlukan untuk tetap hidup di Jakarta. Ada uang teman datang, ga ada uang bye bye lah. hahaha...
Yah beginilah kenyataan yang perlu di hadapi..
Teman hanyalah topeng, ga ada keuntungan lagi saatnya kau cari teman yang lain.
Sejak di dunia kerja, aku tau beratnya hidup ini, kerasnya berjuang di ibukota.
Gaji pas-pasan untuk membiayai hidup sendiri, nabung sedikit demi sedikit untuk liburan. Biaya hidup yang lumayan tinggi, tidak ada waktu untuk memanjakan diri sendiri. Tiap hari ke kantor, pulang istirahat, besok ke kantor lagi, hidup monoton.
Ga taw sampai kapan rutinitas seperti ini akan terus dilakukan. Sampai kapan aku akan bertahan seperti ini.
06:00 => Bangun pagi
07:00 => Berangkat ke kantor
18:00 => Nyampe ke kos
19:00 => Makan malam
22:00 => Tidur
Besok diulang lagi, hidup ini sungguh monoton :D
Ibukota yang lebih kejam daripada ibu tiri, uang lah yang diperlukan untuk tetap hidup di Jakarta. Ada uang teman datang, ga ada uang bye bye lah. hahaha...
Yah beginilah kenyataan yang perlu di hadapi..
Teman hanyalah topeng, ga ada keuntungan lagi saatnya kau cari teman yang lain.
Sejak di dunia kerja, aku tau beratnya hidup ini, kerasnya berjuang di ibukota.
Gaji pas-pasan untuk membiayai hidup sendiri, nabung sedikit demi sedikit untuk liburan. Biaya hidup yang lumayan tinggi, tidak ada waktu untuk memanjakan diri sendiri. Tiap hari ke kantor, pulang istirahat, besok ke kantor lagi, hidup monoton.
Ga taw sampai kapan rutinitas seperti ini akan terus dilakukan. Sampai kapan aku akan bertahan seperti ini.
06:00 => Bangun pagi
07:00 => Berangkat ke kantor
18:00 => Nyampe ke kos
19:00 => Makan malam
22:00 => Tidur
Besok diulang lagi, hidup ini sungguh monoton :D
Friday, September 17, 2010
Menolong tak Butuh Alasan
Pulang kerja.. Cape... Antrian di shelter TransJ busway penuh banget, yah sabar aja naik dari shelter cempaka timur. Walaupun penuh sesak tapi ya inilah kenyataan yang harus aku hadapi sekarang :)
Setelah sampai di halte harmoni dengan kondisi yang lumayan penuh, terlihat seorang ibu-ibu kesusahan berjalan keluar menenteng sebuah tas dan jalan terpincang-pincang. Sungguh ironis penumpang lain ga ada yang berinisiatif menolong. Akhirnya Dee tolong ibunya bawain tas dan jalan keluar TransJ. Yah walaupun tak ada ucapan terima kasih sekalipun dari mulut si ibu, tapi sungguh ironis di ibukota bangsa yang sebesar ini, sudah hilang rada ingin saling menolong orang yang kesusahan.
Yah semoga semakin banyak orang yang terbuka hatinya, meluangkan waktu sebentar untuk menolong orang lain. Kita butuh bangsa yang punya manner, tidak individualis.
Setelah sampai di halte harmoni dengan kondisi yang lumayan penuh, terlihat seorang ibu-ibu kesusahan berjalan keluar menenteng sebuah tas dan jalan terpincang-pincang. Sungguh ironis penumpang lain ga ada yang berinisiatif menolong. Akhirnya Dee tolong ibunya bawain tas dan jalan keluar TransJ. Yah walaupun tak ada ucapan terima kasih sekalipun dari mulut si ibu, tapi sungguh ironis di ibukota bangsa yang sebesar ini, sudah hilang rada ingin saling menolong orang yang kesusahan.
Yah semoga semakin banyak orang yang terbuka hatinya, meluangkan waktu sebentar untuk menolong orang lain. Kita butuh bangsa yang punya manner, tidak individualis.
Wednesday, September 15, 2010
Saturday, August 21, 2010
Blackberry's Addict
Iseng-iseng wawancara, coba baca aja deh tentang Blackberry
Ponsel mana yang memiliki layanan online 24jam dengan daya tahan 1-2 hari? (walaupun disebagian kasus blackberry hanya bertahan 10jam). Dengan blackberry kita ter-connect live-time dengan dunia maya, tidak ada lagi dinding pemisah. Ga khawatir email udah masuk atau belum, sibuk mencari hotspot untuk mengecek email anda. Ato sebel dengan layanan GPRS yang ngadat-ngadat. Dengan Blackberry semuanya lebih gampang di negara Indonesia ini.
Well, semuanya kembali kepada diri masing-masing. Ga perlu Blackberry deh, laptop, ponsel, iPod juga bisa membuat kita asik dengan kegiatan kita sendiri dan tidak memperhatikan teman disekitar kita. Semuanya hanya pengendalian diri masing-masing, jangan menyalahkan handheld-nya. Misalkan orang dibunuh dengan pisau, bukan pisaunya yang bersalah.
Email masuk anda tau langsung bisa baca, reply dengan praktis.
Atasan bisa memberitabukan informasi dan bisa mengontrol dengan praktis.
Coba anda praktekkan sendiri, anda akan tau apa yang saya maksud.
Semua didunia ini tidak ada yang abadi tetapi ada yang tidak mungkin :)
Mungkin saja, kalau layanan di Indonesia memudahkan orang yang memakai iPhone, Android dan tersedia layanan hotspot di seluruh penjuru jalan, ada layanan langganan hotspot yang murah untuk browsing dan menggunakan social media.
Sepertinya anda belum pernah tinggal dipedalaman, saya sudah merasakannya, apa yang lebih mudah, silahkan deh ke Papua sana yg cuma ada sinyal Telk*ms*l, dengan layanan Blackberry semuanya jadi lebih mudah.
Jangan terlalu mudah dipengaruhi oleh orang, jangan asal dengar informasi orang dan menelannya mentah-mentah. Kita perlu berpikir lebih baik lagi. :)
Be mindful, be wise..
Dee
Banyak orang yang melihat pesimis orang yang memakai Blackberry, dipandang sebagai orang yang ga update teknologi. Cuma ikut-ikutan teman saja make Blackberry padahal handheld lain banyak yang lebih canggih, lebih segalanya. Blackberry sungguh ketinggalan zaman, mahal dan ga berguna.Well opini tersebut ga salah, benar adanya. Tapi coba lihat dari sudut pandang berbeda, dimana anda tinggal, dimana lingkungan kerja anda, dimana pergaulan sekitar anda. Layanan mobile phone di Indonesia hanya tersedia paket Blackberry Internet Service yang lumayan murah, kita bisa memantau bisnis, social network selama 24jam non stop. Mungkin sebagian orang itu termasuk penyakit, tapi bagi sebagian orang itu kebutuhan. Anda tidak boleh menyalahkan siapapun dalam pernyataan ini. Semua orang memiliki kepentingan masing-masing.
Teknologi Blackberry sangat ketinggalan zaman dibandingkan Apple, Android, tidak ada yang lebih ddibandingkan kedua ponsel tersebut, hanya BBM saja, itu pun bisa digantikan oleh YM ato MSN, apa bedanya dengan SMS?
Ponsel mana yang memiliki layanan online 24jam dengan daya tahan 1-2 hari? (walaupun disebagian kasus blackberry hanya bertahan 10jam). Dengan blackberry kita ter-connect live-time dengan dunia maya, tidak ada lagi dinding pemisah. Ga khawatir email udah masuk atau belum, sibuk mencari hotspot untuk mengecek email anda. Ato sebel dengan layanan GPRS yang ngadat-ngadat. Dengan Blackberry semuanya lebih gampang di negara Indonesia ini.
Banyak orang yang menggunakan Blackberry menjadi ansos, lebih peduli dengan teman 'maya' dibandingkan teman disebelahnya?
Well, semuanya kembali kepada diri masing-masing. Ga perlu Blackberry deh, laptop, ponsel, iPod juga bisa membuat kita asik dengan kegiatan kita sendiri dan tidak memperhatikan teman disekitar kita. Semuanya hanya pengendalian diri masing-masing, jangan menyalahkan handheld-nya. Misalkan orang dibunuh dengan pisau, bukan pisaunya yang bersalah.
Kenapa Blackberry sebegitu perlunya sekarang?
Email masuk anda tau langsung bisa baca, reply dengan praktis.
Atasan bisa memberitabukan informasi dan bisa mengontrol dengan praktis.
Coba anda praktekkan sendiri, anda akan tau apa yang saya maksud.
Apa mungkin suatu saat tidak memakai Blackberry lagi?
Semua didunia ini tidak ada yang abadi tetapi ada yang tidak mungkin :)
Apa yang tidak mungkin?Bisa hidup di ruang hampa udara, coba saja kalo ga percaya. :)
Apa mungkin Blackberry akan tergantikan?
Mungkin saja, kalau layanan di Indonesia memudahkan orang yang memakai iPhone, Android dan tersedia layanan hotspot di seluruh penjuru jalan, ada layanan langganan hotspot yang murah untuk browsing dan menggunakan social media.
Kan, bisa digantikan dengan laptop dengan modem portable?
Sepertinya anda belum pernah tinggal dipedalaman, saya sudah merasakannya, apa yang lebih mudah, silahkan deh ke Papua sana yg cuma ada sinyal Telk*ms*l, dengan layanan Blackberry semuanya jadi lebih mudah.
Jangan terlalu mudah dipengaruhi oleh orang, jangan asal dengar informasi orang dan menelannya mentah-mentah. Kita perlu berpikir lebih baik lagi. :)
Be mindful, be wise..
Dee
Friday, August 20, 2010
Say Bye for Bondan Winarno
Wah wah judul kali ini kontroversi banget nih..
Sebelumnya saya fans berat Pak Bondan untuk kuliner, referensi dalam pemilihan makanan, namun akhir-akhir ini saya merasa ga bisa dijadikan referensi lagi. Why?
Puncaknya hari ini tanggal 20 Agustus 2010, Pak Bondan nge-tweet iga yang enak di Bandung, IGA JANGKUNG, perasaan kecewa dan mau ngakak campur aduk gado-gado. Seorang pakar kuliner Indonesia, memberikan referensi yang sumpah ga pas banget. Saya pernah mencoba iga jangkung, rasa iga jangkung cenderung termasuk masakan ga enak di lidah saya. Minyakan, gosong, kecap, keras dan alot, kesan yang jauh banget dari rasa enak. Ga masuk standar sedikitpun untuk menjadi masakan yang enak. Jauh-jauh sungguh jauh :D
Sebenarnya bukan ini saja yang membuat saya kecewa, referensi Pak Bondan cenderung udah tidak benar adanya. Beberapa referensi seperti bebek, bubur yang sudah saya coba juga jauh dari rasa enak. Orang boleh ngomong ini masalah selera yang ga sama, tapi masakan yang dikatakan enak itu memiliki standarisasi yang sama, orang ga suka pun akan mengatakan LUMAYAN, STD bukan jauh dari rasa enak, berminyak dan gosong. Pak Bondan cenderung memberi referensi restoran yang bernama, bukan yang layak dicoba lagi.
So, maaf Pak Bondan referensi anda tidak dapat lagi menjadi acuan wisata kuliner.
Sebelumnya saya fans berat Pak Bondan untuk kuliner, referensi dalam pemilihan makanan, namun akhir-akhir ini saya merasa ga bisa dijadikan referensi lagi. Why?
Puncaknya hari ini tanggal 20 Agustus 2010, Pak Bondan nge-tweet iga yang enak di Bandung, IGA JANGKUNG, perasaan kecewa dan mau ngakak campur aduk gado-gado. Seorang pakar kuliner Indonesia, memberikan referensi yang sumpah ga pas banget. Saya pernah mencoba iga jangkung, rasa iga jangkung cenderung termasuk masakan ga enak di lidah saya. Minyakan, gosong, kecap, keras dan alot, kesan yang jauh banget dari rasa enak. Ga masuk standar sedikitpun untuk menjadi masakan yang enak. Jauh-jauh sungguh jauh :D
Sebenarnya bukan ini saja yang membuat saya kecewa, referensi Pak Bondan cenderung udah tidak benar adanya. Beberapa referensi seperti bebek, bubur yang sudah saya coba juga jauh dari rasa enak. Orang boleh ngomong ini masalah selera yang ga sama, tapi masakan yang dikatakan enak itu memiliki standarisasi yang sama, orang ga suka pun akan mengatakan LUMAYAN, STD bukan jauh dari rasa enak, berminyak dan gosong. Pak Bondan cenderung memberi referensi restoran yang bernama, bukan yang layak dicoba lagi.
So, maaf Pak Bondan referensi anda tidak dapat lagi menjadi acuan wisata kuliner.
Sunday, August 8, 2010
Kerja Oh Kerja
Lulus kuliah pertama yang dipikirkan, aku akan kerja dimana? Spinning, Twisting on your mind... Sibuk kirim CV ke berbagai macam perusahaan, baik pekerjaan, divisi maupun deskjob yang berbeda, tidak ada panggilan, hopeless! ~,~"
Akhirnya memutuskan untuk menenangkan diri liburan sebentar, jalan-jalan ke Bandung, setelah sampai di Bandung, telepon pun berdering, panggilan kerja untuk minggu depan, dan langsung akan di briefing! OMG! Saya masih di Bandung dan ingin meneruskan liburan yang mungkin akan menjadi yang terakhir. Untungnya bapaknya memberikan kesempatan, dan senin saya harus masuk kerja dengan jobdesk yang saya ga tahu apaan, yg jelas aku akan menjadi programmer, padahal aku ingin menghindari menjadi programmer.
So, kenapa akhirnya memutuskan untuk langsung menerima saja tawaran ini? Mungkin ini point-point yang menjadi pertimbanganku :
Hidup ini pilihan, maybe bagi sebagian orang ini pilihan yang cukup bodoh dari saya, tapi ya sudahlah, semoga semuanya berjalan dengan baik :D
Akhirnya memutuskan untuk menenangkan diri liburan sebentar, jalan-jalan ke Bandung, setelah sampai di Bandung, telepon pun berdering, panggilan kerja untuk minggu depan, dan langsung akan di briefing! OMG! Saya masih di Bandung dan ingin meneruskan liburan yang mungkin akan menjadi yang terakhir. Untungnya bapaknya memberikan kesempatan, dan senin saya harus masuk kerja dengan jobdesk yang saya ga tahu apaan, yg jelas aku akan menjadi programmer, padahal aku ingin menghindari menjadi programmer.
So, kenapa akhirnya memutuskan untuk langsung menerima saja tawaran ini? Mungkin ini point-point yang menjadi pertimbanganku :
- Saya fresh graduate, daging mentah, belum ada pengalaman akan digaji maksimal untuk seorang fresh graduate di Indonesia.
- Orang tua yang selalu mendesak "kerja kerja dan kerja terus menerus, kok masih belum dapat kerja? kapan mulai kerja? masa sih belum dapat2? kamu nyari ga sih kerja? uang bulan depan ga di transfer lagi loh!" saya sangat stress ditanya ama keluarga Mungkin keluarga lain atau ortu orang lain tidak seperti ini, tapi begitulah keluarga saya huhuhu
- Tawaran dari dosen, dan saya telah mengecewakannya, masih diberi kesempatan, kalo menolak saya sungguh ga tahu diri. Dia sungguh baik kepada saya
- Belum ada panggilan dari perusahaan yang telah dikirim CV-nya, masih belum di proses, so apa salahnya 3bulan ini, dan maybe 2bulan lagi saya akan banyak kirim CV lagi :)
Hidup ini pilihan, maybe bagi sebagian orang ini pilihan yang cukup bodoh dari saya, tapi ya sudahlah, semoga semuanya berjalan dengan baik :D
Tuesday, August 3, 2010
Pengangguran sampai waktu yang tak dapat ditentukan
Yudisium resmi besok, sudah saatnya menjadi pengangguran. Stress menumpuk, apa yang akan dilakukan nanti setelah lulus kuliah, dilema dihati, mencari-cari pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan serta gaji yang setimpal dan bisa mencukupi kebutuhan. Sebagai sarjana fresh graduate mungkin orang akan melihat dengan sinis 'daging mentah' yang pilih-pilih pekerjaan. Tapi ini adalah pilihan, idealisme.
Untuk terjun menjadi seorang programmer bakalan harus 'pikir-pikir' lagi dengan kemampuan yang seadanya ini, walalupun IPK yang lumayan meyakinkan hahaha..
Memilih kerja kantoran atau berwirausaha mungkin akan sedikit membingungkan, jualan jualan penghasilan meyakinkan tapi ga ada kepastian dan relasi. Ga ada yang beli ga ada penghasilan, pengennya bisa kerja kantoran dan jualan tetap jalan untuk tambahan.
Semoga nanti tidak salah mengambil keputusan dan pilihan terbaik.
Untuk terjun menjadi seorang programmer bakalan harus 'pikir-pikir' lagi dengan kemampuan yang seadanya ini, walalupun IPK yang lumayan meyakinkan hahaha..
Memilih kerja kantoran atau berwirausaha mungkin akan sedikit membingungkan, jualan jualan penghasilan meyakinkan tapi ga ada kepastian dan relasi. Ga ada yang beli ga ada penghasilan, pengennya bisa kerja kantoran dan jualan tetap jalan untuk tambahan.
Semoga nanti tidak salah mengambil keputusan dan pilihan terbaik.
Subscribe to:
Posts (Atom)