Dee ~ an Indonesian who wants to tell strories about life, book, travelling, cooking, food, photography, economy, politic, movie and love. Just read my story, hope you will like it. Let's begin and enjoy! ;)
Friday, March 13, 2009
Kapan sahabat sejati?
Sahabat tidak harus selalu ada 1x24jam sehari, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan ataupun 360 hari setahun. Sahabat sejati tidak dapat diukur dari intensitas pertemuan, tidak dari seringnya bertatap muka, bertegur sapa, atau hanya berbasa-basi. Seorang sahabat tidak akan dapat selalu berada di dekat kita, ada saatnya mereka harus memiliki waktu untuk menyendiri, untuk hal privasi mereka. Namun, apabila kita membutuhkannya seorang sahabat sejati akan selalu ada buat kita baik dalam keadaan suka maupun keadaan duka. Disaat kita benar-benar membutuhkan dia, mereka akan selalu ada menemani kita. Bersama kita, membantu kita bangkit dari suramnya kegelisahan dalam diri kita.
Banyak orang beranggapan sahabat sejati itu harus selalu ada bila mereka dibutuhkan. Ingat, setiap orang hanya memiliki waktu 24jam yang sama dengan kita. Tapi, apakah kita selalu memberitahukan apa yang kita rasakan? Apakah kita selalu mencurahkan hari kepada mereka bila kita dalam kesusahan? Apakah kita selalu memiliki waktu mendengar feedback dari mereka? Hal inilah yang perlu kita renungkan terlebih dahulu =D
Untuk itu diperlukan kejujuran dalam hubungan persahabatan, pentingnya keterbukaan dalam suatu hubungan persahabatan. Pentingnya perasaan saling memiliki sesama sahabat. Perasaan mereka ada walaupun mereka jauh dari diri kita. Kejujuran terhadap kesalahan yang pernah dilakukan, kejujuran akan baik buruknya hal-hal yang kita lakukan. Kejujuran pada diri sendiri, kejujuran kepada orang disekitar kita sehingga tidak pernah ada yang merasa dibohongi. Keterbukaan terhadap masalah yang sedang dihadapi, menceritakan apa yang menjadi masalah dalam hidup kita agar seorang sahabat dapat memberikan pandangannya kepada kita, menjernihkan otak kita bahkan memberikan solusi yang terbaik bagi kita, bukan malah menutupi masalah yang sedang dihadapi, sehingga tidak ada orang yang tahu.
Kita mungkin menganggap untuk mendapatkan teman itu mudah tapi untuk mendapatkan seorang sahabat sejati bagaikan mencari jarum dikolam renang. Sebenarnya seorang sahabat sejati selalu ada didekat kita, mereka ada dimana-mana. Yang menjadi persoalan sebenarnya adalah apakah kita bisa menerima bahwa orang itu adalah sahabat sejati bagi kita, apakah kita menyadari dia adalah orang yang selalu membantu kita, dia adalah orang yang selalu ada didekat kita, dia orang yang membantu kita bila kita dalam kesusahan, dia adalah orang yang bisa memberikan solusi kepada kita. Tapi, apakah kita menyadari hal ini? Apakah kita selalu sadar mereka selalu ada disekitar kita? Apakah kita sadar mereka selalu berusaha membantu kita?
Persahabatan tidak dapat diukur dari kuantitas tetapi dari kualitas. Tidak ada untungnya intensitas pertemuan tanpa adanya kualitas dari pertemuan itu. Yang terpenting adalah kualitas pertemuan itu sendiri, walaupun Cuma satu jam seminggu chatting di messenger, seminggu sekali atau bahkan sebulan sekali bersms-an, tapi kualitas yang diperlukan dalam hubungan persahabatan sejati. Bagaimana kita menghargai sedikitnya waktu yang bisa kita lalui bersama membentuk suatu keakraban. Bukan dari seringnya intensitas pertemuan.
Satu pesan : persahabatan tidak dapat diukur dari kuantitas pertemuan namun kualitas pertemuan yang perlu diperhatikan.
Kasus david hartanto
(post ini dapet dari Wenda)
Berikut kesaksian dari teman saya Klemens yang berkunjung ke rumah David Hartanto:
Hari ini (5/3-09) saya dan temen2 SD/SMP yang seangkatan sama David Hartanto (Ming2) kita sama2 main kerumah keluarga Hartanto, sekedar untuk menyampaikan bela sungkawa, serta mencari kebenaran yang sesungguhnya karena kami tahu kalau David tidak akan melakukan hal-hal yang seperti diberitakan oleh media. Disana kami disambut oleh kakak David, dan orangtuanya, kebetulan kami datang bersamaan dengan keluarga besar Hartanto, jadi kami lebih banyak mengobrol dengan kakak David, yaitu William Hartanto, atau dulu dikenal teman2 seangkatannya dengan panggilan Weha.
Semakin lama mendalami kasus ini, makin banyak keanehan yang terbuka, dan untuk adanya pemberitaan yang mulai menunjukkan kebenaran, kami berterima kasih untuk rekan David di NTU yaitu edwin, kami tahu dia mempertaruhkan gelar sarjananya demi mengungkap kebenaran, karena itu kami juga mau membantu menyebarkan kabar yang sesungguhnya.
Kejanggalan-kejanggalan yang ada:
1. Munculnya berita bahwa David menyerang Profesor Chan Kap Luk, lalu bunuh diri, padahal tidak ada bekas sayatan di pergelangan tangan seperti yang diberitakan, lalu darimana muncul berita tersebut? Untuk apa dimunculkan berita palsu bahwa David menyayat pergelangan tangannya?
2. Saat keluarga tiba disana senin malam setelah kejadian, keluarga ingin langsung melihat jenazah David, namun dihalangi oleh pihak2 tertentu, dengan alasan sudah peraturan, tentu saja keluarga harus menurut, apalagi saat itu keluarga masih syok. Lalu saat diizinkan melihat kondisi jenazah keesokan harinya, keluarga hanya diizinkan untuk melihat jenazah bagian leher ke atas, sedangkan bagian tubuh yang lain telah ditutupi plastik. Keluarga Hartanto juga telah mengkonfirmasikan ke pihak polisi Singapura, tidak ada luka di bagian pergelangan tangan. Saat itu keluarga Hartanto juga melihat di bagian leher depan (daerah leher dibawah bahu) terdapat banyak plesteran luka.
Pertanyaannya. Untuk apa keluarga Hartanto menunggu 1 hari untuk melihat jenazah keluarga kandung mereka sendiri? Mengapa jenazah harus ditutupi oleh plastik? Apakah benar ada peraturan seperti itu? Atau hanya karangan pihak2 tertentu saja untuk menutupi kenyataan? Darimana asal luka di leher? Mengapa jenazah David terlihat berdarah cukup parah di bagian bokong?
3. Saat keluarga tiba di TKP senin malam, karena tidak diizinkan untuk melihat jenazah, keluarga datang ke NTU untuk melihat TKP, namun saat sampai, polisi tidak menemukan satupun bekas darah ataupun police line. Hebat bukan? Hanya dalam waktu sekitar 7 jam sejak waktu kejadian, TKP telah bersih total, adakah alasan untuk buru2 membersihkan TKP?
4. Lalu keluarga datang melihat kamar David, dan apa yang ditemukan? Ternyata semua peralatan komputer yang ada di kamar itu semua MENYALA. Apakah seorang yang mau bunuh diri akan menyalakan semua peralatan komputernya? Bahkan menurut kesaksian seorang teman, account MSN David masih menyala. Apakah hal ini terlihat seperti David mau mengakhiri hidupnya? Bahkan dia masih bermain game online sampai jam 2 pagi di hari kejadian bersama teman yang tadi menjenguk keluarga David.
5. Pada ruangan profesor tertinggal tas David yang biasa dia bawa, dan tebak apa yang dia bawa dalam tasnya? Sebuah handuk dan botol air mineral 1,5 L. (Semua yang mengenal Ming2 pasti tahu, dikelas, sejak SD, Ming2 selalu membawa handuk, bahkan kadang dikalungkan di leher saat berada di kelas, dia juga selalu membawa air minum yang banyak karena mamanya selalu berpesan untuk banyak mengkonsumsi air). Apakah seorang yang mau membunuh, lalu bunuh diri, akan membawa barang seperti itu? Akan jauh lebih mudah untuk membawa sebilah pisau yang besar (lebih besar dari pisau berukuran 10cm yang muncul di TKP, yang entah milik siapa).
6. Keluarga dihalang-halangi saat hendak bertemu dengan Profesor Chan Kap Luk, dengan alasan, saat itu dia sedang di ICU, dan kenyataannya? Hari rabu sang Profesor telah keluar dari rumah sakit. Apakah ada catatan seorang yang menderita luka tusukan parah yang harus masuk ICU, dapat keluar dari rumah sakit dalam tidak sampai 2 hari? Benarkan sang Profesor terluka? Atau hanya membaca koran sambil bersantai di ICU?
7. Saat keluarga ingin bertemu dengan "saksi mata" yang melihat David melompat dari lantai 4, pihak NTU menghalangi dengan alasan hal itu harus dirahasiakan. Oke, kalau begitu, darimana kita tahu kalau benar2 ada orang yang melihat kalau David benar2 melompat, bukannya terjatuh ataupun dijatuhkan orang?
8. Data tentang David dan FYP (Final Year Project) nya telah dihapus dari database NTU. Hanya dalam 2 hari, NTU langsung menghapus data topik FYP yang sedang David kerjakan, adakah alasan khusus dibalik keterburu-buruan pihak NTU untuk menghapus data tersebut? Tidakkah ada rasa ingin mengenang salah satu mahasiswa berprestasinya, alih-alih langsung menghapus data, seakan David tidak pernah kuliah disana?
9. Polisi Singapura menahan Laptop milik David dan akan dikembalikan setelah penyelidikan selesai. Untuk apa?
10. Pisau yang ada di TKP, dilaporkan berasal dari hall 4, itu hasil investigasi? Atau hanya karangan? Seorang teman di NTU berkata bahwa biasanya seorang dosen memiliki pisau kecil di ruangannya yang biasa digunakan untuk memotong buah. Jadi? Itu pisau milik David Hartanto atau Chan Kap Luk?
11. Waktu kejadian adalah sekitar jam 10.45 waktu Singapura hari Senin, apakah tidak terdengar aneh jika hanya sedikit sekali mahasiswa yang ada dan menyaksikan kejadian? Adakah tekanan dari pihak NTU untuk tutup mulut?
12. Senjata yang ditemukan -pisau buah 10cm- ditemukan tanpa gagang, dimanakah gagangnya? Mengapa tidak dilakukan analisa sidik jari? Jelas tidak mungkin menusuk seseorang tanpa menggunakan gagang pisau, jadi entah siapapun yang menusuk siapa, pasti ada gagangnya, namun pemberitaannya belum jelas.
Pemberitaan miring yang disebutkan media pun tidak berdasar, berikut klarifikasinya:
1. David berniat membunuh Profesornya lalu bunuh diri meloncat. Di dalam ruangan tersebut hanya ada David dan Profesor, David telah tiada, dan kesaksian yang bisa didengarkan hanyalah dari Profesor, darimana kita tahu kalau kesaksian tersebut benar? Tanpa bukti2 yang cukup, kesaksian Profesor tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk menyalahkan David.
2. David dikatakan stress karena beasiswanya dicabut, bahkan dia salah sasaran, yaitu mengamuk ke dosen pembimbingnya. Tidakkah hal itu terdengan sangat aneh? David sangat tahu dengan jelas bahwa beasiswanya diberhentikan karena prestasinya menurun, bukan salah Profesor itu. Pihak keluarga telah diberitahu sejak hari pertama diberitahukan bahwa beasiswanya diberhentikan, dan pihak keluarga menerima, dan mampu untuk membayarnya, David juga bersikap biasa2 saja tentang pemberhentian beasiswanya. Bagi yang mengenal dia, tentu tahu bahwa dia orang yang sangat cuek, hal ini juga dapat dilihat dari post edwin.
3. Dikatakan pula, bahwa David depresi karena tidak mampu menyelesaikan FYPnya. Seorang rekan David disana menyatakan bahwa FYP David hampir selesai. Dia tidak pulang ke Indonesia pada akhir semester lalu, karena ingin berkonsentrasi menyelesaikan FYPnya. Bagi yang mengenal David, apalagi kami teman sekolahnya, tentu tahu, David sejak dulu memang ketagihan game, tapi 1 hal, dia selalu mengerjakan tugas dan PRnya dengan baik, tanpa bantuan orang lain apalagi menyalin hasil pekerjaan orang lain. Jadi, jika dikatakan dia menyerang dosen pembimbingnya karena FYPnya tidak selesai, hal itu benar2 tidak masuk diakal.
4. David diberitakan pula menghilang dari pergaulan selama kurang lebih 1 minggu sebelum kejadian, namun keluarga David tahu yang sebenarnya, David sedang berkonsentrasi untuk menyelesaikan FYPnya, jadi pernyataan bahwa David menghilang dari pergaulan karena sedang depresi dan ingin membunuh itu sangat tidak valid, karena saat itu dia banyak chatting dengan kakaknya, bahkan bermain game online bersama temannya di Indonesia. Terlihat seperti orang depresi yang mau membunuh dosennya? Tidak sama sekali!
Saat ini fakta-fakta yang muncul setelah menyingkirkan pemberitaan media adalah:
1. David meninggal jatuh dari lantai 4, tanpa luka sayatan di pergelangan tangan, dan dengan luka di bagian leher, serta bagian bokong berlumuran darah.
2. Sang Profesor keluar dari rumah sakit dalam 2 hari, tanpa kejelasan dan foto apakah dia terluka atau tidak.
3. Pisau tidak jelas berasal darimana, dan ditemukan tanpa gagang.
4. Pihak universitas menutup-nutupi kejadian ini.
Spekulasi dan kemungkinan-kemungkinan:
Apakah benar David menyerang profesor saat dia sedang membungkuk menghadap ke layar komputer? Jika itu benar, maka tidak mungkin saat ini profesor tersebut telah pulang ke rumahnya dalam 2 hari sejak kejadian.
Apakah sang profesor tersebut yang justru menyerang David?
Tidak tahu, namun jika ya, apa motifnya?
Saat ini santer beredar di Singapura kabar bahwa sang Profesor ingin merebut FYP milik David. Hal ini didukung oleh kesaksian teman David yang mengatakan FYP David hampir selesai. Apakah mungkin seorang dosen dan Profesor dari universitas terkemuka di negara maju mau merebut FYP milik mahasiswanya sendiri? Apakah ini motif sesungguhnya? Kita tidak tahu!
Apakah ada orang ketiga dalam kasus ini?
Kita tidak juga tahu.
Ming, saat ini lo udah gak ada, gak ada lagi yang bisa kita lakukan buat lo, selain pulihin nama baik lo, dan menyatakan kebenaran, lo istirahat yang tenang aja disana.
RIP, ming.
Kabarkan ini ke teman-teman, saudara, dan copylah tulisan saya ini di blog/forum/facebook/friendster anda.
Salam. ke semua anak indo d sg~
Tuesday, March 3, 2009
Nikah Nikah Nikah Lagi
Bagaimana dengan nikah ‘sirih’ yang lagi ngetrend, yang lagi booming sekarang ini gara-gara gossip dewi persik yang bikin heboh dunia infotaiment Indonesia, gossip simpang siur tidak jelas, menyudutkan dewi persik. Apakah nikah mereka legal secara hokum, secara agama, secara social masyarakat?
Persepsi pernikahan itu sah secara hokum dan agama yang berkembang dimasyarakat dewasa ini adalah bila pernikahan itu tercatat oleh kantor agama, pernikahan yang dicatat oleh catatan sipil dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya. Tapi apakah pernikahan itu dikatakan sah atau haram karena adanya hitam diatas kertas putih? Apakah pernikahan baru bisa diterima setelah hitam di atas putih?
Sebenarnya upacara pernikahan yang dilangsungkan hanyalah sebuah acara ceremonial, agar adanya suatu pencatatan didalam suatu Negara, agar ada kekuatan hukum disini, bukan persepsi yang mengatakan sebelum menikah melakukan hubungan suami istri itu berzinah, itu haram, itu dilarang agama, namun hakikat sebenarnya dari pernikahan dimasa sekarang ini adalah control agar tidak terjadi free sex secara bebas dan agar terjadi kemudahan dalam sensus penduduk.
Sistem yang membelenggu dan menjadi cara pandang masyarakat pada umumnya.