Kalo Anda berpikir cerita seru perjalanan kali ini hanya soal ticketing yang kacau, Anda salah! Seperti instingku beberapa hari ini, perjalanan ini bakalan akan kacau. Aku sudah punya mental dan akan tahu akan menghadapi berbagai obstacles, tapi aku tidak tahu akan seperti ini. Tak terpikir olehku, akan berwarna seperti ini.
Setelah boarding, dan pesawat delay sekitar 20 menit, Lion Air adalah pemenang delay all the time, jadi hari ini aku cukup beruntung, hanya 20 menit! Segera setelah pesawat take-off aku tidur, dan sudah tidak sadar apa yang terjadi, aku terlalu capek, kurang tidur, karena aku bangun pagi tadi dengan perasaan akan sesuatu buruk yang terjadi. Bangunnya aku kali ini memang dilanjutkan dengan kejutan tidak baik kembali, seorang pramugara menumpahkan air di celana-ku! Basah! Sementara penerbangan cuma menyisakan 15 menit lagi, bagaimana akan kering?!
Setelah meminta maaf, pramugara-nya beranjak pergi. Apa yang bisa aku lakukan? Masa nanti keluar pesawat dengan celana basah seperti ini, bagaimana kalo orang berpikir kalo aku ngompol? Bagaimana aku bisa survive, tidak malu saat naik MRT nanti? Apa aku dengar saja kata papaku untuk naik taxi saja? Ah tidak terlalu mahal, itu bukan pilihan.
Ideku, yah kain Bali, untung saja aku membawa kain Bali dan beberapa scarf, bisa aku buat kamuflase, seperti memakai rok saja pikirku, apa perkataan orang bodoh amat, yang penting pede! Apalagi ini negara sekuler, di negara orang lain, tidak banyak orang yang kenal aku. Temanku disini paling sekitar 20 orangan, tidak akan kebetulan, ga mungkin aku bertemu dengan mereka di office hour gini! Tapi, aku kan tidak seberuntung itu hari ini, tapi tetap aku mengikat kain bali di celanaku, untunglah warnanya senada.
Jeng jeng jeng, setibanya di Changi, aku lost, BB roaming-ku tidak aktif, bagaimana aku bisa menelepon ke orang tuaku, bagaimana mereka menghubungiku? Aku juga tidak tahu contact nomor mereka sekarang. Yang harus aku lakukan selanjutnya adalah mencari simcard secepat mungkin.
Seorang officer Starhub menawarkanku SIMCard seharga 50 SGD, dengan value 63 SGD. Ah jumlah itu terlalu mahal, aku tidak memerlukan value sebanyak itu, aku pun mencoba bertanya ke Singtel, paket perdana yang mereka tawarkan, yang termurah disediakan disitu 28 SGD. Seingatku tahun lalu, aku membeli kartu perdana disini, ada paket 10 SGD, tapi mereka tidak menyediakan di bandara. Doooooh! Aku harus beli sekarang atau nanti tidak bisa menghubungi orang tuaku. Akhirnya dengan berat hati aku keluarkan lembaran 100 SGD pertamaku.
Obstacles selanjutnya, bagaimana aku bisa menghubungi orang tua, tapi tidak tahu nomornya? Tentu saja otakku tidak pernah diam, segera aku menelepon ciciku untuk meminta nomor telepon bonyok. Setelah mengabarkan aku akan sedikit lama untuk mencapai daerah Bugis, aku meminta mereka untuk sabar aja menunggu.
Setelah membeli Russian vodka di Free Duty, titipan temanku, aku segera meluncur dg Skytrain dari terminal 1 ke Terminal 2. Kemudian dengan langkah seribu, aku mencari station MRT, dan mengisi EZLINK card-ku yang sudah lupa saldo terakhirnya berapa banyak. Antrian panjang! Ceeeeey! Setelah top up 10 SGD, aku ditepuk dari belakang. Wah aku mau di gendam di negeri orang pikirku! Hahaha.
Tapi itu hanya khayalanku, seorang bapak, berumur kira-kira 40 tahunan awal, memintaku untuk menolongnya membeli single trip dari Changi ke Bugis. Dia pertama kali datang ke Singapore, jadi tidak tahu bagaimana caranya. Lah aku? Aku tidak pernah beli single trip ticket, bijimane yaah? Ah pede aja, asal pencet pikirku! Hahaha
Ternyata yah karena emang agak user friendly tidak susah, tapi aku ngak tahu kalau untuk single trip kudu pake koin, untunglah si bapak ini punya banyak koin, dan akhirnya proses pembelian dengan mesin ini kelar sudah. Eh si bapak ini kan satu tujuan denganku ke Bugis, aku ajakin bareng aja deh. Tapi nantinya aku dikira jadi kucing om-om, errmm... Ah gapapa deh, tidak ada yang kenal aku ini di negeri orang dan teman-temanku masih kerja. Kasian bapak ini, kayaknya kudu ditemenin.
Yah berangkatlah kita berdua menyusuri MRT dari Changi ke Bugis, aku sedikit bertanya basa basi, ada keperluan apa dia ke Singapore, kok sendiri, kenapa enggak dijemput? kayaknya lagi business trip, apa koleganya sibuk semua? Ah urusan orang lain, jangan terlalu banyak bertanya. Akhirnya aku cuma diam sepanjang perjalanan. Dari investigasiku, dia asli Pakistan, business trip ke Singapore, sebelumnya dia dari Bangkok, dan dia akan menginap di hotel Summer View, Bugis. Dan itu searah denganku yang ke Bugis juga. Itu aja info yang penting, aku tidak banyak bertanya dan satu hal yang cukup mengejutkan disini adalah sesama orang keturunan Hindi, yang berkulit cokelat (India terdiri dari kulit Hitam dan Putih), mereka dimana-mana seperti saudara walaupun baru kenal. Kok bisa yah? Kayaknya itu kudu investigasinya berikutnya. Satu hal yang lucu dan tetap terjadi, aku ditebak orang Singapore asli, makanya dia tidak ragu meminta bantuanku membeli tiket tadi. Terus aku bilang aku bukan orang Singapore, dia menebak aku orang Taiwan, Hongkong! Aaah apakah aku ini kurang Indonesia?!! Orang Indonesia tidak punya warna kulit secerah ini katanya, aku tidak mungkin orang Indonesia. Iya sih pak, kalo bapak liat orang papua, kulitnya yah hitam. Tapi kan aku Indonesian Chinese yah wajar kayak orang Asia Timur *sisiran
Sang bapak yang pada saat itu aku tidak tahu namanya asik berbincang dengan orang India di depannya, dengan kepala godek-godek khas orang Calcuta lawan bicaranya berbicara cepat kayak MRT yang melaju kencang ini. Aku hanya bisa mendengar beberapa kata english yang tidak bisa aku sambung. Hahaha
Setelah tiba di Bugis, saya kembali membantunya untuk bertanya kepada salah satu officer, dimana hotel Summer View. Setelah mendapatkan direction yang cukup baik dan yakin dia tidak akan tersesat, kami pun berpisah di lampu merah Bugis. Dia menawarkanku untuk ke rumahnya kalo ke Pakistan :S kapan aku bisa masuk Pakistan, masih perang gitu? Ngak mungkin sih, tapi tawarannya yah oke juga. Tapi dia sekarang lagi bertugas di Bangkok, wooooah pikirku, mayan nih bisa dinner gratis ntar Agustus, recokin aaaah! Eh tapi, saking serunya cerita-cerita aku lupa nanya nama bapak itu siapa, contact number, ataupun email. Gimana bisa ketemu lagi yah? Masa aku harus ke Summer View Hotel nyari bapak-bapak itu?
Mungkin pertemuannya hanya sampai disitu, kalo beruntung ketemu di jalan di Bugis ini?! Sepertinya sangat tidak mungkin, ya udah sih, yang penting udah membantu orang hari ini. Aku sudah di Bugis dan segera bertemu orang tua. Dan tahu ngak, Summer View Hotel itu persis di sebelah hotel aku menginap! (Tapi sampai kunjungan terakhir tidak ketemu tuh si bapak-bapak itu lagi), hahaha...
(To be continued)
No comments:
Post a Comment