Weekend terakhir timeline di Twitter penuh dengan berita tentang trip yang dilaksanakan oleh kolaborasi 2 EO @lembahpelangi dan @picnicholic, dengan membawa float (entah band apa Dee tidak kenal dan baru pernah mendengar) bersama peserta-peserta lainnya dengan 4 bis ke Dieng dengan misi bersahabat dengan alam. Musik, camping, alam, dan persahabatan. Ide yang sangat menarik dan memang cukup layak untuk diikuti.
Untungnya sih ngak tahu ada event beginian, yang Dee tahu hanya Dieng culture Festival yang tidak lama lagi, dimana anak-anak gimbal Dieng akan mengalami acara ruwatan (potong rambut anak Gimbal). Anak gimbal Dieng sendiri merupakan suatu fenomena yang sangat unik, tidak semua anak di Dieng gimbal, dipercaya anak Gimbal di Dieng merupakan titisan dari (entah itu siapa, udah lupa), dan sebelum mengalami kegimbalan, anak tersebut akan mengalami panas tinggi selama beberapa hari, dan berusaha disembuhin oleh orang pintar setempat dan rambutnya akan gimbal sampai diadakan ruwatan ini.
Pemotongan rambut anak gimbal ini juga tidak boleh dilakukan sembarangan, dan harus dilakukan ketika si anak telah siap rambutnya untuk dipotong. Biasanya sebelum memotong rambut, anak ini akan meminta satu permintaan yang harus dituruti oleh orang tuanya sebelum rambut tersebut dipotong. Permintaan itu tidak aneh-aneh, hanya berupa makanan atau keperluan sehari-hari (kagum dengan kesederhanaanya), contoh 10 butir telur, ayam bakar seekor, tas baru, baju baru dan hal-hal yang tidak begitu berat. Tentu saja kalo anak perkotaan yang dapat?? Pasti banyak yang bakalan minta mobil! Hahaha..
Oke, back to topic tentang #Float2Nature, berangkatlah 4 bus, dengan tim advance yang berangkat duluan. Menurut kabar, ada bus yang tidak memiliki PIC dari pihak panitia, nomor telepon panitia tidak bisa dihubungi, supir tidak berpengalaman, bus yang tidak layak jalan dan itinerary yang berantakan. Tentu saja kesalahan tidak dari pihak panitia saja, terdapat hal yang tidak bisa ditolak, ada kecelakaan di jalan sehingga menghambat jalan selama 5 jam. Tetooot...
Panitia sendiri mengestimasi waktu tempuh Jakarta-Dieng, Dieng-Jakarta = 9-10 jam?! What? Panitia udah survey belum yah? Survey-nya pake mobil atau bus berpenumpang penuh juga? Hari weekend atau weekdays? Dan 9-10 jam itu nyampe dimana? Dahulu sebelum saya pernah menginjakkan kaki ke Dieng, saya juga diberitahu oleh teman ataupun EO bahwa jarang tempuh Jakarta-Dieng 9-10 jam! Itu pembohongan publik! Memang sih pengalaman saya ke Dieng dibarengi dengan macet luar biasa saat mudik lebaran, menurut keterangan bu Siti, pemilik homestay saya menginap di Dieng, waktu tercepat mencapai WONOSOBO itu adalah 12-14 jam dengan estimasi 2 jam itu macet normal. Nah itu baru tiba Wonosobo, belum Dieng, Dieng-Wonosobo, estimasi 45-60 menit dengan mobil, bukan dengan bus, bus besar sangat tidak diharapkan naik ke Dieng, jalanan licin, jalan sempit dan RAWAN LONGSOR! Bukan hanya membahayakan orang yang dibawa, tapi bila benar kelebihan muatan dan terjadi longsor, kalian juga mengganggu masyarakat Dieng. Please respect dengan penduduk setempat juga, hindari apapun yang beresiko merugikan penduduk setempat. Ini soal planning yang sudah salah dari awal, dan para peserta juga please lebih konsen dan cari informasi.
Dan kabarnya, setiap peserta membayar Rp. 850,000.- / pax, dan tidak ada pengembalian atau pergantian uang akibat waktu yang molor dan kegiatan yang tidak dilakukan?! Wait, EO-nya beneran nyari untung. Kabarnya selama perjalanan, banyak peserta yang makan dengan bayar sendiri, padahal sudah tertulis seharusnya makanan disediakan. Oke, bus tidak sampai tujuan karena waktu yang molor, BUKAN BERARTI panitia tidak bertanggung jawab soal makanan! Seharusnya mereka memiliki plan B, demi kenyamanan peserta, maaf kalo soal tidak ada makanan (makan siang), ini sudah tidak bisa ditolerir dan makan sore-nya pun peserta bayar sendiri! Dee yang tidak ikut perjalanan saja marah, apalagi kalo jadi peserta?! Ehtapi mau marah ke siapa? Hape ga bisa dihubungi, PIC ga ada di bus, supirnya tetap saja merupakan penderita juga disewa sama EO beginian? Ah, posisi peserta serba salah dan dirugikan sekali! Kalo menurut Dee, ini bisa dihindari dengan panitia memesan nasi kotak (bungkus), dan meminta maaf kepada peserta untuk makan di bus, setidaknya kondisi bisa lebih kondusif dan waktu tidak molor karena tidak istirahat. Kabarnya supir juga kelaparan, yoloh kasihan banget ini supir.
Dan ada cerita juga bus tidak kuat nanjak, para peserta turun bus dan sebagian naik pickup sampai di meeting point. Seharusnya jadwal tiba di Dieng Pukul 06:00, hingga pukul 18:00 peserta belum sampai dan panitia juga tidak bertanggung jawab. WTF!! Setelah diusut ternyata rem nya longgar?! Pfffttttt....!! Woooi kalian bawa orang yang bayar MAHAL dari seharusnya dan kalian masih menggunakan bus abal-abal yang bisa membahayakan orang banyak! Responsibility kalian dimana???!
Hal lain yang menjadi sorotan adalah CUACA. Please pertimbangkan cuaca yang sedang hujan-hujannya, kalian disana CAMPING! Dieng itu dingin, malam hari bisa mencapai 0 derajat celcius dan kalian berani camping, memang kalian sudah menghimbau peserta untuk membawa peralatan sendiri yang tebal dan menghangatkan, tetapi setiap melakukan trip apapun pasti ada yang bandel, apa panitianya sudah mempertimbangkan hal terburuk, misal peserta tidak bawa apa-apa, apa mereka akan menyalahkan peserta juga? Selama ini ikut EO trip, kebanyakan EO sih lepas tangan, resiko ditanggung sendiri. Di kondisi ini serba salah, karena panitia bisa menyalahkan ALAM. FYI, pertama kali di Dieng, dinginnya luar bisa, di homestay saja, malam hari, kita tidur dengan dua lapis jaket dan dua lapis selimut dengan kondisi masih dingin, apalagi kalo di tenda.
Terus mandi mereka gimana yah? Pakai air dingin di Dieng??? Ermmm.... Mandi dengan water heater saja masih dingin pas keluar kamar mandi, dan malas untuk mandi di Dieng, apalagi di alam terbuka?? Aaaaahhhh.. berani yah pada mandi, emang sih Dee tidak bisa, orang lain mungkin bisa, tapi ingat kembali kalian BAYAR mahal, masa tidak dapat fasilitas apa-apa?? Sebagai perbandingan, trip kami ke Dieng hanya 4 orang, di hari Lebaran, peak season saat semuanya serba dinaikkkan harganya di Dieng, dan hanya mengeluarkan uang < 1juta per orang, dengan catatan pergi dengan bus, pulang dengan pesawat, tinggal di homestay, keliling-keliling di Dieng pake mobil! (Cerita lengkapnya ada disini Dieng ) So?? apa yang kalian bayar? Makan yang seharusnya di dapat aja.. pffftttt....
Kemudian soal tanam pohon di Dieng. Seriously? Nanam pohon di Dieng?? Memang Dieng rawan longsor, semuanya sudah menjadi lahan perkebunan. Nah pertanyaannya, lahan siapa yang ditanami pohon kalian? Ada penduduk yang mau 'nyumbang' lahan, atau tanam pohon itu hanya formalisasi? (Maaf soal tanam pohon ini belum mendapatkan info yang lengkap). Dan pohon apa yang di tanam di Dieng?? Ide menanam pohon di Dieng ini sebenarnya, seperti formalitas saja, IMHO useless banget.
Dan untuk segala macam kekurangan, orang yang pertama kali ke Dieng, mungkin memaklumi setelah melihat alam Dieng yang indah! Yah, indah tak terlukiskan, tapi..! Kalian tidak bisa membiarkan EO/panitianya hanya meminta maaf! Mereka harus dimintai ganti rugi, telah membahayakan orang dan membuat orang kelaparan, bagaimana bila ada yang mengalami masalah percernaan parah? Kabarnya juga tidak ada air minum ataupun kudapan kecil di bus! Pffftttt..........
Mungkin EO-nya perlu belajar dari mahasiswa di kampus yang terbiasa melakukan trip dengan bus selama beberapa hari ke luar kota. Memang sih belum pernah pengalaman sampai empat bus, tapi tiga bus saya sudah pernah mengalaminya. Tiga bus dengan orang-orang yang mengerjakan masih dibawah umur 21 tahun, 10 hari di jalan dan mengunjungi berbagai desa untuk melakukan bakti sosial, semuanya berjalan lancar dan keselamatan diutamakan. Tidak ada yang namanya nyasar, supir tidak tahu jalan. Memang membayar bus yang lebih mahal, tapi keselamatan orang tidak bisa ditawar bung, coba lihat track record armada bus yang bersangkutan, lebih baik Anda bayar lebih mahal tetapi lebih nyaman, ini menyangkut nyawa orang banyak, kalo diri sendiri yah tidak masalah. Memang tidak ada hal yang tidak diinginkan yang terjadi, tapi EO-nya harus diberi pelajaran, Anda juga tidak ingin kan setelah ada (korban) baru mencak-mencak, lebih baik dari sekarang untuk menghindari hal buruk yang mungkin (akan) terjadi nantinya oleh EO abal-abalan ini.
Akhir kata, please respect penduduk setempat, alam, cari info lebih banyak dan hindari JANJI PALSU!
Dear readers, kalo mau ikut kegiatan @lembahpelangi atau @Picnicholic, harap berhati-hati! Kalo menurut saya lebih baik blacklist. Ciaaao....
UPDATE:
Kabarnya hari ini (14 June 2012 Pukul 00:00AM) Acara #Float2Nature masuk TV, pantesan bayar Rp. 850,000.-
Info terakhir ternyata FLOAT itu musisi Indie, jadi yah pasti bayar lagi yah ke mereka untuk project ini, besarannya berapa yah tidak tahu juga.
UPDATE:
Kabarnya hari ini (14 June 2012 Pukul 00:00AM) Acara #Float2Nature masuk TV, pantesan bayar Rp. 850,000.-
Info terakhir ternyata FLOAT itu musisi Indie, jadi yah pasti bayar lagi yah ke mereka untuk project ini, besarannya berapa yah tidak tahu juga.
3 comments:
Oh Tuhan terima kasih ada yang menyebarkan berita iniii! =)))
TTD,
Peserta yang terzholimi =)))
Teppy
Hahaha sedang cari popularitas ya mas? Kayaknya gw baca di TL Twitter yang ikut justru gak semurka lo...Man you should probably go on the next Float2Nature, i bet you'll think differently. dont be such a bitch by saying words that you don't know for sure. Live a little, life's good, don't you think? ;)
TTD,
Somebody unimportant
Yuda
ciye ada yang pake account anonym.. ciyeee.....
Murka? Ermm.. Perasaan situ aja kali lagi sensi, merasa melakukan kesalahan tapi tidak mau menerima.. ~lalalala....
Post a Comment